MADIUN, KOMPAS — Bencana banjir di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, hingga Rabu (6/3/2019) petang semakin parah dengan area terdampak kian meluas. Jika sebelumnya banjir melanda daerah hulu, kini aliran air meluas ke kawasan hilir. Total lebih dari 600 keluarga atau sekitar 4.000 jiwa terdampak dan sebagian besar mengungsi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, hingga pukul 17.00, total delapan kecamatan yang terkena banjir, di antaranya Kecamatan Madiun, Saradan, Sawahan, Mejayan, Wungu, dan Wonoasri. Sebanyak 34 desa terdampak. Adapun ketinggian air rata-rata 50 sentimeter hingga 200 cm.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Subhan Wahyudiono mengatakan, banjir tidak surut, justru semakin bertambah parah. Hingga petang, petugas gabungan dan sukarelawan terus berupaya mengevakuasi warga korban banjir. Lebih dari 10 unit perahu dikerahkan.
”Perahu yang dikerahkan merupakan perahu motor atau bermesin karena kondisi arus air deras. Perahu karet tidak bisa digunakan,” ujar Subhan.
Banjir di Kabupaten Madiun terjadi sejak Selasa (5/3/2019) malam sekitar pukul 23.00 setelah hujan deras mengguyur lebih dari tiga jam. Ketinggian air di setiap titik bencana bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 200 cm. Arus air deras sehingga menghanyutkan puluhan ekor ternak milik warga.
Jumlah pengungsi korban banjir di Madiun mencapai ribuan orang, tetapi sebagian besar memilih tinggal di tempat sanak saudara, tetangga, hingga mendirikan pengungsian darurat di tepi jalan tol Madiun. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, sementara disuplai dapur umum yang didirikan dinas sosial.
”BPBD Jatim telah mendistribusikan paket lauk-pauk sebanyak 4.356 kaleng, tambahan gizi sebanyak 864 kaleng, beras 200 kilogram, air mineral kemasan sebanyak 150 dus, dan biskuit sebanyak 10 dus. Pendistribusian bantuan pangan itu akan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat korban,” kata Subhan.
Tidak hanya menggenangi permukiman warga, banjir juga merendam lebih dari 200 hektar tanaman padi. Selain itu ruas jalan nasional Caruban-Ngawi dan Madiun-Surabaya juga tergenang banjir dengan arus air yang deras. Banyak kendaraan yang terjebak banjir dan belum bisa dievakuasi.
Hingga malam ini, BPBD Jatim dan BPBD Kabupaten Madiun bersama sukarelawan masih fokus menangani masyarakat yang terdampak banjir karena jumlahnya terus bertambah seiring meluasnya area terendam. Petugas harus memastikan semua warga dalam kondisi selamat dan sudah mendapatkan pertolongan.
Pendistribusian bantuan pangan itu akan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat korban.
Curah hujan
Pelaksana tugas Kepala Bidang Pengairan Kabupaten Madiun Maskuriatin mengatakan, banjir disebabkan curah hujan tinggi, terutama di wilayah hulu, yaitu Kecamatan Kare dan Gemarang yang berada di lereng Gunung Wilis. Air mengalir ke hilir dan masuk ke sungai-sungai di wilayah Madiun, seperti Sungai Kembang, Sungai Piring, dan Sungai Sono.
”Air kemudian bermuara ke Sungai Jeroan yang mengarah langsung ke Bengawan Madiun. Namun, karena debit air di Bengawan Madiun tinggi, air meluap ke sejumlah wilayah,” ujar Maskuriatin.
Berdasarkan catatan alat pemantau curah hujan, rata-rata curah hujan di wilayah hulu di atas 100 milimeter per hari. Kondisi itu diperparah material tanah dari lereng pegunungan yang terbawa air hujan dan masuk ke sungai.
Material ini menyebabkan sedimentasi di dasar sungai tinggi sehingga kemampuan menampung air turun. Selain itu, material endapan ini menghambat laju aliran air menuju muara. Sungai yang seharusnya memiliki debit air 100 liter per detik menjadi tinggal 50-60 liter per detik.