JAKARTA, KOMPAS – Misteri kematian Eljon Manik yang jenazahnya ditemukan di Kampung Caman Raya Baru, Kota Bekasi, Senin (4/3/2019), terungkap. Ia dibunuh karena terlibat dalam cinta segitiga.
Jenazah Eljon Manik ditemukan terbungkus dalam karung yang dilapisi kantong plastik sampah di Kali Cibening, Kampung Caman Raya Baru, Kelurahan Jakasampurna, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Bungkusan itu diikat dengan tali plastik ke dinding jembatan yang ada di atas aliran sungai.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Rabu (6/3/2019), mengatakan, Eljon dibunuh oleh SJ (54) pada Sabtu (2/3/2019). Keduanya terlibat cinta segitiga karena sama-sama memiliki hubungan cinta dengan perempuan bernama WGS (28). Meski demikian, tidak ada di antara mereka yang menikah.
Pada Sabtu, Eljon mendapati WGS tengah bersama dengan SJ. Ia yang kesal pun memaki SJ. "Setelah terjadi cek cok, SJ menghantam kepala korban dengan tabung gas 3 kg enam kali. Korban kemudian terluka parah dan meninggal dunia," ucap Argo.
Seusai memastikan Eljon tewas, SJ mengikat kaki mayat itu. Kemudian mayat dikemas dalam karung beras yang dilapisi dua kantong sampah. Bungkusan itu ia gantung di dinding jembatan.
Sementara itu, WGS mengambil sejumlah barang milik Eljon, yaitu dompet yang berisi uang Rp 100.000 dan dua telepon seluler. Dompet tersebut dibakar untuk menghilangkan jejak.
Setelah mayat ditemukan warga pada Senin siang, polisi membekuk SJ dan WGS di wilayah Jakasampurna. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka.
Baik SJ maupun WGS dijerat Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) subsider Pasal 338 KUHP Lebih Subsider Pasal 351 KUHP tentang pembunuhan berencana. Mereka diancam hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Hubungan cinta misterius
Nuraedah (35), warga Kampung Caman Raya Baru, mengatakan, telah mengenal Eljon, WGS, dan SJ sejak 2018. Dirinya tinggal dalam satu kawasan rumah kontrakan yang mereka tempati. “Hubungan cinta mereka misterius dan rumit, saya tidak mengerti,” kata Nuraedah.
Ia menjelaskan, rumah kontrakan di lingkungan permukiman padat itu mulanya hanya ditinggali Eljon dan WGS. Akan tetapi, SJ juga datang setiap hari saat Eljon pergi bekerja di malam hari.
Eljon berprofesi sebagai tukang tambal ban di Jalan Raya Kalimalang.
“WGS tidak pernah mengakui Eljon sebagai suami, tetapi kakak laki-laki,” kata Nuraedah.
Ia menambahkan, Eljon dan WGS pun tidak lama menempati rumah kontrakan tersebut.Setelah lima bulan, keduanya pergi tanpa meninggalkan kabar.
Namun, beberapa waktu lalu, WGS kembali tinggal di kampung tersebut. Dia tinggal di gubuk seluas sekitar 4,5 meter persegi bersama SJ.
“Sekitar tiga bulan yang lalu, Eljon datang juga ke kampung ini. Dia mengaku sedang mencari istrinya yang dibawa kabur orang lain,” kata Siti Rohani (49), warga Kampung Caman Raya Baru. Ciri-ciri yang disebutkan mengarah pada WGS. Siti pun menunjukkan gubuk tempat tinggal WGS dan SJ.
Menurut Siti, Eljon tiga kali datang ke gubuk itu. Namun, tidak sekali pun ia berhasil menemui WGS dan SJ. Dalam dua kesempatan, gubuk terkunci, sedangkan di kesempatan lainnya gubuk terbuka dan penghuninya tidak ada.
Jaya (52), warga Kampung Caman Raya Baru yang memiliki bedeng di sebelah gubuk WGS dan SJ mengatakan, SJ yang mendirikan bangunan semipermanen tersebut. Mereka menempatinya selama tiga bulan, yaitu Agustus-Oktober 2018.
“Setelah itu mereka kembali pindah ke rumah kontrakan lain, sekitar 100 meter dari gubuk,” ujar Jaya.
Menurut dia, perilaku SJ dan WGS mencurigakan. WGS diperlakukan seperti orang yang tengah disembunyikan. Setelah keluar dari gubuk, mereka pun tidak pernah terlihat di berlalu lalang di Kampung Caman Raya Baru.
Menurut Nuraedah, ia terakhir kali bertemu SJ pada Sabtu (2/3/2019) siang. Saat itu ia menyusuri kebun pisang yang ada di tepi kali, di belakang gubuk lamanya. Pada sore di hari yang sama, Eljon pun melintas dari arah gubuk membawa karung putih. “Setelah itu mereka tidak terlihat lagi, sampai mayat Eljon ditemukan,” kata dia. (KRISTI DWI UTAMI)