JAKARTA, KOMPAS—Hamparan eceng gondok mencapai puluhan ribu meter persegi menutupi sebagian permukaan Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara. Tumbuhan invasif ini berpotensi memicu pendangkalan waduk serta menyumbat aliran air ke pompa sehingga meningkatkan ancaman banjir.
Agar risiko tidak makin besar, Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengerahkan lima alat berat untuk membersihkan eceng gondok. Alat itu terdiri dari empat dreger ponton serta satu berky.
“Kami mulai membersihkan sejak kemarin (Selasa, 5/3/2019). Eceng gondok yang kami kumpulkan kemarin mencapai 157 meter kubik,” ucap Pemantau UPK Badan Air Kecamatan Penjaringan, Nicolas Bouk, Rabu (6/3/2019), di sempadan Waduk Pluit. Pada Rabu hingga pukul 14.30, tim UPK Badan Air sudah mengangkat total 120 meter kubik eceng gondok. Tumbuhan hama itu dikumpulkan lalu diangkut ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi.
Nicolas mengatakan, sebanyak 50 personel dari total 200 petugas UPK Badan Air di Kecamatan Penjaringan dikerahkan untuk menggerebek eceng gondok di Waduk Pluit. Mereka bekerja pukul 07.30 hingga 15.00 atau 16.00.
Menurut dia, eceng gondok memang selalu ada di Waduk Pluit tetapi biasanya tidak membentuk hamparan luas, hanya kumpulan-kumpulan kecil. Namun, dipicu bertambahnya debit air waduk setelah curah hujan meningkat di Jakarta, eceng gondok membentuk hamparan layaknya lapangan rumput.
Setidaknya ada dua hamparan yang masing-masing seluas lebih kurang 10.000 meter persegi, yaitu di permukaan waduk sisi timur serta di sisi utara. Eceng gondok yang mengumpul ke sisi utara dipicu oleh pengoperasian waduk pompa yang berada di utara waduk. Adapun eceng gondok di sisi timur terkumpul karena pengaruh arah angin.
Nicolas menuturkan, kumpulan eceng gondok terakhir kali sampai membentuk hamparan di permukaan Waduk Pluit adalah pada 2016. “Namun, belum separah yang sekarang,” ujarnya.
Keberadaan eceng gondok dalam jumlah masif menimbulkan ancaman. Sebelumnya, pakar limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Gadis Sri Haryani, menjelaskan, jumlah eceng gondok yang terlalu banyak bisa memicu pendangkalan.
Air menjadi jernih karena akar eceng gondok mengikat lumpur dan lumpur mengendap, tetapi dampaknya, endapan lumpur di dasar kali atau waduk menjadi bertambah. Jika mati, tanaman ini akan tenggelam dan menjadi sedimen serta mampu menambat kotoran yang halus sehingga semakin lama juga semakin mendangkalkan waduk. Kondisi itu akan mengurangi kapasitas waduk menampung air.
Waduk Pluit diresmikan Presiden Suharto pada 1968 dengan tujuan mengurangi risiko banjir Jakarta, setidaknya untuk kawasan seluas 34,2 kilometer persegi. Itu mencakup kawasan Monas, Istana Presiden RI, Jalan MH Thamrin, Cideng, dan Krukut.
Nicolas memperkirakan UPK Badan Air bisa menyelesaikan pembersihan eceng gondok pada Jumat (8/3/2019). Namun, ia yakin eceng gondok terus bakal tumbuh di Waduk Pluit mengingat terdapat bagian waduk yang akan sangat dangkal bahkan hingga memperlihatkan dasarnya saat volume air dikurangi pompa.
Padahal, ponton dan berky hanya bisa bekerja jika ketinggian air dari dasar waduk minimal satu meter. Itu membuat pertumbuhan eceng gondok di area dangkal telanjur tidak terkendali selama periode alat berat tidak mampu menjangkau.
Terkait itu, Kepala Bidang Sungai dan Pantai Sistem Aliran Tengah Dinas Sumber Daya Air DKI Robert Rajagukguk menjanjikan, pihaknya tahun ini akan mengeruk sedimen pada Waduk Pluit agar kedalaman bertambah dan daya tampung air makin besar, sekaligus membuat jangkauan alat berat UPK Badan Air untuk membersihkan eceng gondok lebih luas. Namun, ia tidak menjelaskan target waktu pengerukan.
Robert menambahkan, jika waduk dangkal, serta sampah atau eceng gondok menghalangi aliran air ke pompa, pompa akan lebih sering beroperasi sehingga berpotensi membuat mesin pompa “kelelahan”. Pada Januari lalu, misalnya, sejumlah pompa air DKI rusak setelah terus-menerus dioperasikan karena curah hujan yang tinggi dalam sepekan. Kerusakan antara lain berupa dinamo yang terbakar.
Padahal,”Pompa Waduk Pluit sangat vital karena cakupan areanya sangat luas, sampai ke daerah Istana (Kepresidenan),” kata Robert.