Masa kejayaan peradaban Hindu di tanah Jawa selalu identik dengan mahakarya kebudayaan Hindu, yaitu Candi Prambanan. Candi Prambanan pun sering dianggap orang awam sebagai satu-satunya saksi bisu sejarah budaya Hindu masa Mataram Kuno.
Padahal, kemegahan candi itu itu bukanlah bukti awal tumbuhnya budaya Hindu karena sudah ada sebuah candi yang telah berdiri sekitar satu abad sebelumnya. Arsitektur bangunan cikal-bakal peradaban Mataram Hindu itu bernama Candi Gebang.
Situs bersejarah tersebut berlokasi di Dusun Gebang, Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, sekitar 11 kilometer di utara Kota Yogyakarta. Diperkirakan, candi ini berdiri antara tahun 730 hingga 800, satu abad lebih awal ketimbang Candi Prambanan yang diprediksi berdiri antara tahun 850 hingga 910.
Ciri-ciri peradaban Hindu terlihat jelas dari fisik candi, yang cenderung tinggi dan ramping berbentuk bujur sangkar seluas 27,6 meter persegi dengan tinggi 7,75 meter. Candi yang dibangun pada masa Dinasti Sanjaya tersebut, juga memiliki dinding polos tanpa relief (hiasan ukir-ukiran).
Selain itu, Candi Gebang tidak memiliki undak-undakan atau tangga yang biasanya menghubungkan antara kaki candi dengan bilik utamanya. Pasalnya, pada masa itu diperkirakan tangga menuju bangunan candi masih terbuat dari bahan kayu atau batu putih sehingga saat ditemukan telah hancur dimakan usia.
Stupa-stupa kecil yang mengitari sekeliling puncak candi pun masih menyerupai lonceng duduk seperti stupa di candi-candi Buddha. Bahkan, bagian puncak candi masih berbentuk lingga yang beralaskan bunga seroja. Konon, situs sejarah seluas lebih kurang 1,5 hektar ini dulunya merupakan tempat sepi dan berfungsi sebagai padepokan untuk berdoa atau bertapa.
Tawur Agung Kesanga
Selain Candi Gebang, jejak lain peradaban Hindu di Indonesia adalah Candi Prambanan. Masyarakat Hindu di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, setiap tahun selalu memadati kompleks Candi Prambanan untuk merayakan Nyepi. Candi Prambanan tak pernah lepas dari kegiatan keagamaan karena memiliki salah satu fungsi sebagai tempat ibadah dan bagian dari sejarah perkembangan Hindu di Indonesia.
Salah satu ritual keagamaan Nyepi yang dilakukan umat Hindu adalah mengikuti Tawur Agung Kesanga di pelataran Candi Prambanan. Tawur Kesanga adalah kegiatan ritual yang dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941 atau 7 Maret 2019.
Dalam Tawur Kesanga, makna Tawur intinya adalah upacara Butha Yadnya yang bertujuan membina hubungan antara manusia dengan Sanghyang Widhi, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam. Sedangkan Kesanga adalah bulan tertinggi dalam kepercayaan agama Hindu. Akhir bulan itu merupakan pergantian tahun Saka.
Prosesi acara Tawur Kesanga diawali Mendak Tirta atau penjemputan air di tiga candi, yaitu Candi Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Ketiganya merupakan candi induk kawasan Candi Prambanan. Puncak prosesi yaitu persembahyangan bersama.
Di antara candi-candi Hindu yang ada saat ini, Candi Prambanan merupakan salah satu bukti kejayaan peradaban Hindu di Indonesia. Keistimewaan Candi Prambanan terutama terletak pada motif pahatan di lima candi yang berada di pelataran pusat. Ragam pahatan yang dikenal dengan nama Motif Prambanan itu tidak dimiliki oleh candi-candi lain di Indonesia.
Motifnya berujud tokoh singa dalam posisi duduk dan diapit dua pohon Kalpataru, yang dipahat dengan tingkat kehalusan serta daya imajinasi yang tinggi. Dalam agama Hindu, pohon Kalpataru merupakan lambang kehidupan, kelestarian, dan keselarasan lingkungan.
Total pahatan motif Prambanan ini ada 135 panel, 78 di antaranya menempel di dinding tiga candi utama, yaitu Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma. Tiga candi itu sendiri merupakan keistimewaan lain yang dimiliki Candi Prambanan.
Sebab, di dalamnya terdapat patung lambang para Dewa Trimurti, yaitu Siwa (melambangkan Dewa Perusak), Wisnu (Dewa Pemelihara), dan Brahma sebagai lambang Dewa Pencipta. Dewa-dewa ini merupakan tiga unsur kekuatan Tuhan yang dalam agama Hindu dikenal sebagai Sang Hyang Widhi. (LITBANG KOMPAS)