Rasa Segar Dari Jazz
Datang ke sebuah festival musik selalu menyediakan pilihan: mau mendengar musik yang sudah diakrabi, atau bersiap melahap yang baru. Perhelatan BNI Java Jazz Festival 2019, selanjutnya disebut JJF, menawarkan keduanya. Terlalu naif kalau menganggap festival ini jazz melulu. Justru di tahun ini, ragam musiknya lebih modern dan segar, tanpa tercabut dari akarnya.
Ada tiga pertunjukan khusus, atau special show pada JJF 2019 ini, yaitu band rock Toto, dan dua penyanyi tunggal H.E.R dan Raveena pada hari yang berbeda. Dua nama terakhir itu adalah artis muda yang sedang dibicarakan di masa kini.
Raveena main pada hari kedua, Sabtu (2/3/2019) pukul 20.15 di aula terbesar, atau Hall D2. Sekitar satu jam sebelumnya, ratusan penonton mengantre di sisi paling ujung arena Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat ini. Antreannya panjang juga. Untuk bisa masuk ke pertunjukan Raveena, penonton harus punya tiket khusus, selain tiket masuk festival.
Arena pertunjukan Raveena bertempat duduk, tapi penonton bebas memilih sesuai selera. Penonton yang tiba di arena sebelum jadwal disuguhi panggung yang tertutup tirai. Lampu-lampu sorot membentuk bulatan-bulatan pada tirai.
Di depan tirai ada tongkat mikrofon yang dililiti bunga matahari, dan beberapa pot bunga warna-warni lainnya. Ada juga kru panggung yang membagikan bunga matahari kepada penonton di barisan depan. Bunganya asli, bukan plastik.
Usai lagu “Indonesia Raya” berkumandang, tirai dibuka. Terpampanglah pemandangan menyejukkan mata pada panggung. Bunga-bunga hidup itu bertebaran di mana-mana. Lampunya terang kebiruan tapi tidak menyilaukan. Raveena dengan baju jingga setengah berlari menghampiri bunga matahari di tiang mikrofonnya. Pertunjukan dimulai.
Lagu anyar “Sweet Time” dilantunkan penyanyi kelahiran Amerika Serikat keturunan India ini. Musiknya benar-benar manis seperti judulnya. Senyumnya juga begitu. Badan semampai dan rambut ikal tebalnya bergoyang pelan menyesuaikan alunan musik paduan antara soul dan R&B ini. Lagunya punya groove yang jazzy, kok, seperti menyimak rasa baru dari lagu-lagu milik Sade.
“Halo, selamat malam,” sapanya dalam bahasa Indonesia. “How are you feeling? Good?” lanjutnya dalam bahasa Inggris. Jawaban penonton sudah bisa ditebak: “Yeaaaahh!”
Lagu kedua adalah single dari mini album teranyarnya, “Love Child”. Banyak penonton yang sudah hafal liriknya. Sebagian yang semula berdiri di sisi samping arena, menyeruak maju ke bagian depan untuk ikutan bergoyang. Ada juga sepasang remaja yang duduk rangkul-rangkulan sambil ikutan menyenandungkan larik “I love your soul/You’re so pure to me.” Ah, sedap betul!
Lagu-lagu dari penyanyi bernama lengkap Raveena Aurora ini memang kuat memancarkan aura cinta; pada pasangan, pada diri sendiri, dan pada kehidupan. Dia menyatakan hendak menyebarkan tema itu kepada khalayak lebih luas lagi.
“Ini adalah anugerah bisa tampil di hadapan kalian, bisa mendatangi tempat baru untuk memainkan musik dan laguku pada banyak orang. Ini adalah kali pertama aku mendatangi Asia, dan aku ada di Indonesia, bukannya India,” kata dia setelah lagu “Johnny is The Last Time”.
Tak kurang dari dua belas lagu dia bawakan malam itu. Selepas “If Only” dia pamit undur. Layaknya pertunjukan lain di JJF, nyaris mustahil mengharapkan encore karena jadwal yang ketat. Sebagian penonton telah beranjak dari kursinya menuju pintu keluar. Rupanya, Raveena baik hati. Ada bonus satu lagu darinya. Sebagian penonton tak peduli, tapi banyak juga yang berbalik arah.
Karier Raveena di industri musik belum terlalu panjang. Dia mulai mengedarkan lagu-lagunya secara komersil pada 2016. Rencananya, dia akan punya album penuh pertama pada tahun ini. Raveena tidak tergesa mengejar koleksi katalog lagu yang panjang. Namun, dia amat cermat memperlakukan setiap produk kreatifnya.
Dia menulis sendiri lagunya, hingga menyutradarai video musiknya. Itu bukannya tanpa alasan. Pada video lagu “Honey”, Raveena menampilkan sejumlah sosok perempuan beragam ras. “Penulisan lagunya terbebas dari perspektif laki-laki. Videonya pun kubuat sendiri. Itu rasanya lebih murni dan membebaskan,” kata penyuka yoga dan meditasi ini.
Sendirian
Bercorak serupa, tapi lebih mengentak, solois Sinead Harnett tampil di panggung lain, nyaris berbarengan dengan Raveena. Sinead mungkin satu-satunya penyanyi yang cuma memakai disc jockey (DJ) dalam racikan musiknya di ajang JJF kali ini. Tak ada pemain band di panggungnya.
“Ini kali pertama aku tampil di sebuah festival jazz. Bukanlah beban bagiku (ada di arena jazz) karena aku hanya didampingi DJ, bukan band. Justru aku berusaha memberikan warna lain pada festival ini. I’m excited,” kata penyanyi keturunan Thailand dan Irlandia ini sebelum pentas.
Sinead tidak mendaku dirinya sebagai penyanyi jazz. Musik yang ia buat adalah paduan antara soul, R&B, dan elemen hip-hop. Tak heran, di lagu-lagunya bunyi ketukan elektronik cukup mengemuka. Racikan musik itu membalut lirik-lirik percintaan yang ia tulis. Ia terpengaruh Amy Winehouse, D’Angelo, dan Lauryn Hill.
“Sejak remaja aku sering memikirkan sesuatu hal lebih dalam, mungkin terlalu dalam. Biasanya aku menulis tentang hubungan antarmanusia yang aku lihat pada lingkungan keluarga dan teman, tidak selalu kehidupan pribadiku,” ujar Sinead yang kini tinggal di London bagian utara ini.
Lirik bahaya
Nuansa elektronika lebih riuh terdengar dari panggung terbuka pada Minggu (3/3/2019) malam ketika band Knower tampil. Penampilan band dari Amerika Serikat ini terlalu rancak untuk dilewatkan meski gerimis. Banyak penonton memakai jas hujan atau berpayungan.
Anggota tetap Knower adalah pemain drum/perkusi Louis Cole, dan vokalis Genevieve Artadi. Malam itu, mereka ditemani tiga musisi lain yang masing-masing di posisi bas, keyboard, dan synthesizer. Ketukan elektronik mereka patah-patah, seperti besutan Le Tigre. Cara bernyanyi dan polah Genevieve mengingatkan pada aksi band punk Pussy Riot, maupun Yeah Yeah Yeahs.
Mereka membawakan salah satu lagu andalannya, “The Government Knows”. Louise yang pakai celana panjang bermotif macan tutul ikutan nyanyi. Lagu itu menyodorkan kenyataan keras bahwa pemerintah mengintip gerak-gerik warganya hingga urusan pribadi.
“The government knows when you feel alone…looking straight through your webcam/looking at you is Uncle Sam….” Sebuah suguhan yang berbahaya dari Louis dan Genevieve yang sama-sama lulusan studi jazz di California State University.
Knower, Sinead Harnett, dan Raveena, adalah tiga penampil yang menonjol sepanjang JJF 2019 ini. Beberapa nama lain yang keluar dari pakem jazz standar adalah grup Lucky Chops (AS), Moonchild (AS), GoGo Penguin (Inggris), juga band Airportradio (Yogyakarta). Inilah asyiknya sebuah festival: menambah cakrawala baru.