Washington menilai India gagal menjamin ketersediaan akses pasar, sedangkan Turki dinilai tidak memerlukan lagi fasilitas tarif preferensial.
washington, senin Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat, Senin (4/3/2019), menyatakan, Washington akan mengakhiri atau mencabut status India dan Turki sebagai negara berkembang penerima fasilitas tarif preferensial yang diterapkan di bawah program Sistem Preferensi Umum atau GSP oleh Washington. Sesuai arahan Presiden AS Donald Trump, India dan Turki dinilai tak lagi memenuhi kriteria kelayakan sebagai negara penerima fasilitas.
Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengumumkan bahwa India dan Turki akan kehilangan status GSP mereka dalam 60 hari. Dia mengatakan, India telah gagal memberi Washington jaminan, AS akan mendapat akses yang adil dan masuk akal ke pasar India di berbagai sektor.
Pemerintah India menilai keputusan itu merefleksikan kegagalan AS-India untuk mencapai kesepakatan dalam sejumlah isu perdagangan. Namun, New Delhi mengatakan tidak akan melawan kebijakan Washington itu.
Juru bicara Kementerian Perdagangan India, Monideepa M Mukherjee, mengatakan, India tidak setuju atas masalah akses pasar, tetapi mengakui telah melampaui kondisi di luar GSP. Pemerintah India mengungkapkan, penghematan tarif bagi India hanya mencapai 190 juta dollar AS per tahun. ”GSP ditujukan bagi negara-negara berkembang, dan India telah lulus dari kondisi itu,” katanya.
Kecewa
Nada kekecewaan justru terdengar keras dari Turki. Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan mengatakan, rencana AS untuk mengakhiri status perdagangan preferensial yang diberikan kepada Turki bertentangan dengan dorongan sebagai sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yaitu untuk meningkatkan pertukaran komersial.
”Keputusan itu berlawanan dengan tujuan kedua negara dalam upaya mencapai volume kerja sama perdagangan senilai 75 miliar dollar AS. Keputusan itu akan berpengaruh buruk terhadap para pelaku usaha kecil dan menengah AS,” kata Pekcan melalui media sosial Twitter. ”Kami tetap akan mengejar target kami dalam meningkatkan perdagangan bilateral kami dengan AS, yang kami lihat sebagai mitra strategis tanpa harus kehilangan momentum apa pun.”
Di bawah program GSP, beberapa produk dari negara penerima dapat memasuki AS dengan status bebas tarif. Salah satu syaratnya adalah jika negara penerima memenuhi kriteria, termasuk menawarkan akses pasar yang ”adil” bagi AS.
Program itu dimaksudkan untuk membantu negara-negara penerima menumbuhkan ekonomi mereka. Saat ini, India adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat secara global, di bawah China. Turki termasuk negara penerima GSP pada tahun 1975. Washington menilai Ankara telah menunjukkan ”tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi” yang berarti bahwa Ankara ”lulus” dari program itu.