Daerah pemilihan Banten II, mencakup Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, yang terletak di ujung utara wilayah Banten, berkembang sebagai kawasan industri. Di sini, aktivitas perindustrian menjadi sektor dominan, mencapai lebih dari 50 persen penyokong perekonomian.
Ada lebih dari 500 aktivitas industri beroperasi di wilayah Banten II. Dari jumlah itu, sekitar 392 manufaktur terdapat di Kabupaten Serang. Geliat industri yang begitu besar tersebut membuka lapangan pekerjaan untuk lebih dari 200.000 pekerja.
Kondisi wilayah semacam itu mendorong keberhasilan perekonomian wilayah. Pertumbuhan ekonomi rata-rata daerah pemilihan (dapil) ini menyentuh 5,78 persen. Sementara produk domestik regional bruto (PDRB) Banten II mencapai lebih 167 triliun, di atas rata-rata PDRB dapil secara nasional. Angka kemiskinan pun sangat kecil, hanya sekitar 4,5 persen, dua kali lipat lebih rendah dibandingkan rata-rata dapil keseluruhan.
Latar belakang kondisi sosial ekonomi daerah memengaruhi dinamika politik. Pada Pemilu 2019, Banten II akan menjadi arena pertarungan politik yang terbuka, terutama untuk partai-partai yang memiliki afiliasi nilai kuat pada kultur masyarakat yang sangat mengakar.
Peta politik di dapil dengan jumlah pemilih lebih dari 1,9 juta orang ini dikenal memiliki karakter akar rumput yang kuat. Dalam dua periode pesta demokrasi, Pemilu 2004 dan 2009, dapil ini menjadi lumbung suara untuk Partai Golkar. Pada Pemilu 2004, partai beringin itu sukses menjadi pemenang dengan meraih tidak kurang dari 18 persen suara.
Begitu pula pada pemilu selanjutnya di 2009, Golkar kembali menjadi partai juara di Banten II dengan peningkatan penguasaan suara menjadi 26 persen. Kejayaan Golkar tidak bertahan hingga pemilu selanjutnya.
Tahun 2014, Gerindra justru keluar sebagai partai pemenang yang sukses menguasai 16 persen suara Banten II. Padahal, lima tahun sebelumnya, perolehan suara partai besutan Prabowo ini hanya 4,58 persen.
Kemenangan Gerindra kali ini juga kembali mengulang tren bahwa dapil ini bukanlah milik partai pemenang nasional. Meski unggul dengan menguasai 18,9 persen suara nasional, di Banten II, PDI-P harus puas berada di urutan keempat, masih kalah suara dari Golkar dan PAN.
Dari sisi aktor politik pun demikian. Peluang caleg pendatang baru untuk berebut suara terbuka lebar. Selain mengedepankan nilai primordial dalam budaya masyarakat, perebutan suara pemilih juga masih dapat menyasar pemilih rasional yang berorientasi pada kemajuan ekonomi wilayah dan sektor perindustrian. (LITBANG KOMPAS)