Diera serba cepat nan canggih, jarak seharusnya bukan lagi kendala. Kesejahteraan manusia berpotensi meningkat saat sarana transportasi semakin mudah dijangkau. Menghidupkan kembali jalur penerbangan Darwin, Australia, dengan Maluku, berpotensi jadi ujian utama.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·4 menit baca
Di era serba cepat nan canggih, jarak seharusnya bukan lagi kendala. Kesejahteraan manusia berpotensi meningkat saat sarana transportasi semakin mudah dijangkau. Menghidupkan kembali jalur penerbangan Darwin, Australia, dengan Maluku berpotensi jadi ujian utama.
Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua menerima kunjungan Kepala Konsulat Jenderal RI untuk Darwin, Australia, Dicky D Soerjanatamihardja di Kantor Gubernur Maluku, Ambon, Rabu (6/3/2019). Tema utama pertemuan ini membuka kembali jalur penerbangan antara Darwin dan Maluku yang pernah ada setidaknya 30 tahun lalu.
Ada dua wilayah di Maluku yang mungkin menjadi pilihan: ibu kota provinsi, Kota Ambon, dan Saumlaki, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Ambon punya fasilitas dan infrastruktur lebih lengkap. Sementara Saumlaki adalah wilayah di Maluku yang paling dekat dengan Australia. Pembukaan kembali rute itu bertujuan menggairahkan sektor pariwisata di Maluku.
Alam Maluku yang terdiri atas pulau-pulau kecil kaya akan pesona pantai dan wisata bahari, begitu juga dengan peninggalan sejarah. Maluku adalah kepulauan rempah yang menjadi magnet datangnya kolonialisme Eropa sejak abad ke-16.
Di Ambon, juga terdapat Taman Makam Persemakmuran. Tempat ini menjadi ”rumah terakhir” bagi prajurit sekutu Perang Dunia II dari sejumlah negara yang tewas di Ambon. Selain Australia, ada juga tentara Inggris, Belanda, India, Kanada, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Dari 2.137 makam di sana, 694 makan di antaranya adalah makam tentara Gull Force Australia.
Setiap 25 April diperingati ANZAC (Australia and New Zealand Army Corps) Day atau Hari Peringatan Veteran Perang Tentara Australia dan Selandia Baru di tempat itu. Banyak keluarga tentara Australia menghadirinya. Jika tak sempat, mereka mengikut tur kapal pesiar yang menyinggahi Ambon agar dapat berziarah ke makam tersebut.
Menurut Dicky, banyak wisatawan Australia yang ingin menjelajahi Maluku. Namun, minat itu urung terlaksana lantaran perjalanan ke Maluku dianggap terlalu lama. Butuh dua hari dan itu melelahkan. Dari Darwin, wisatawan harus menuju Bali terlebih dahulu. Mereka kemudian pergi ke Makassar, Sulawesi Selatan, sebelum tiba di Kota Ambon.
Jika ada penerbangan langsung dari Darwin ke Ambon dan Saumlaki, waktu tempuh otomatis terpangkas. Jarak Ambon-Darwin sekitar 1.000 kilometer dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam menggunakan pesawat jet. Sementara jarak Saumlaki-Darwin sekitar separuh dari Ambon-Darwin.
”Hanya dalam waktu satu hari mereka sudah tiba di Maluku,” ujar Dicky.
Ia mengatakan, pembukaan rute itu juga sekaligus merekatkan hubungan sister city Ambon-Darwin. Hal itu sudah dibuka dengan kejuaraan lomba perahu layar bertajuk Darwin-Ambon Yacht Race and Rally yang digelar sejak tahun 1976. Belakangan menyusul digelar Darwin-Saumlaki Yacht Race and Rally.
Pemerintah Australia, kata Dicky, ikut mendorong pembukaan rute tersebut. Bahkan, salah satu pengusaha maskapai penerbangan di Australia telah mengutarakan kesediaannya. Mereka dulu terlibat dalam bisnis penerbangan dari Darwin ke Ambon menggunakan maskapai Airnorth.
”Dia bersedia kembali menjajaki penerbangan ke Ambon,” ucap Dicky.
Zeth Sahuburua berharap maskapai dari Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut. Wacana pembukaan rute dari Maluku ke Australia memang sudah pernah dibicarakan bersama Garuda Indonesia. Namun, Garuda Indonesia masih menjajaki wacana yang telah dimulai tiga tahun lalu itu.
Menurut Zeth, jika Garuda Indonesia tidak mengambil peluang ini, maskapai dari Australia dapat memanfaatkannya. Sebagai kesiapan daerah, pihaknya akan mendorong penyempurnaan fasilitas di bandar udara, termasuk meminta dibukanya kantor imigrasi.
”Ini peluang besar untuk memajukan pariwisata Maluku,” katanya.
Benahi destinasi
Kini, tugas pemerintah daerah dan para pelaku wisata adalah membenahi destinasi wisata di Maluku. Seperti di Kepulauan Banda, pemerintah perlu mendorong pembangunan bandar udara baru dengan landasan lebih panjang, Bandara di Banda saat ini hanya memiliki panjang landasan 900 meter. Perluasan bandara terkendala kondisi medan yang sulit. Akses jalan menuju Pantai Ora di utara Pulau Seram dan kelancaran transportasi laut ke Kepulauan Kei juga harus diperhatikan.
”Tidak kalah penting adalah menyiapkan masyarakat menjadi komunitas yang sadar wisata. Masyarakat lokal harus jadi pemain utama. Jangan sampai jadi penonton,” ujar Zeth.
Ia optimistis pembukaan rute penerbangan dari Darwin akan semakin menggairahkan pariwisata di Maluku. Turis asing yang datang ke Ambon semakin bertambah. Ambon yang dulu pernah tidak kondusif akibat konflik kini menjadi destinasi yang aman.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Maluku, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Maluku semakin bertambah. Pada tahun 2016, jumlahnya 15.015 wisman. Setahun kemudian, jumlahnya meningkat menjadi 18.075 wisman. Tahun 2018, jumlah kunjungannya naik menjadi 18.979 wisman.
Wacana pembukaan rute dari Darwin ke Maluku jelas perlu ditindaklanjuti hingga tuntas. Ini momentum guna memajukan pariwisata di Maluku yang kaya destinasi, tetapi belum dikelola optimal.