JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue di Provinsi Papua terus bertambah pada awal Maret ini. Hingga Jumat (8/3/2019), telah terjadi 380 kasus. Terjadi peningkatan 48 kasus dalam dua hari terakhir. Jumlah korban meninggal tiga orang.
Sebelumnya pada Rabu (6/3/2019), jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi Papua sebanyak 332 kasus.
Kepala Seksi Penanganan Krisis Kesehatan dan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua Yamamoto Sasarari di Kota Jayapura, Papua, Jumat (8/3/2019) mengatakan, sebelumnya pada Januari terjadi 70 kasus DBD. Selama Februari hingga 8 Maret terjadi peningkatan luar biasa menjadi 380 kasus.
Kasus tersebar 11 kabupaten di Papua, yakni Kota Jayapura 29 kasus, Asmat 11 kasus, Merauke 31 kasus, Kabupaten Jayapura 3 kasus, Nabire 13 kasus.
Adapun Biak Numfor 57 kasus, Mimika 75 kasus, Keerom 4 kasus, Sarmi 11 kasus, Kepulauan Yapen 1 kasus, dan Boven Digoel 145 kasus.
”Ada dua kabupaten di Papua dengan jumlah kasus DBD tertinggi adalah Boven Digoel sebanyak 145 kasus dan Mimika di urutan kedua dengan 75 kasus,” kata Yamamoto.
Pemda yang telah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) hingga Jumat ini adalah Biak Numfor dan Asmat karena peningkatan jumlah penderita DBD tahun ini dibandingkan dengan tahun 2018.
Adapun terkait kabupaten lain, pihaknya masih berkoordinasi. ”Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel agar segera menetapkan status KLB. Sebab, jumlah kasus DBD di Boven Digoel hanya 34 kasus pada tahun lalu. Saat ini 145 kasus. Diduga Kabupaten Mimika juga mengalami KLB DBD karena jumlah kasus yang tinggi,” tutur Yamamoto.
Ia mengimbau agar seluruh tenaga kesehatan di daerah yang rawan secara langsung terjun untuk mendata peningkatan kasus DBD. Selain itu, kegiatan sosialisasi bagi masyarakat untuk pola hidup bersih dan sehat harus ditingkatkan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Reynold Ubra mengatakan, tingginya kasus DBD karena tidak ada kesadaran warga untuk menjaga kebersihan di kompleks permukimannya.
Tingginya kasus DBD karena tidak ada kesadaran warga untuk menjaga kebersihan di kompleks permukimannya.
”Di Timika, masih banyak warga yang membuang sampah ke saluran drainase dan di sekitar rumahnya. Hal ini menjadi salah satu pemicu rawan penyakit DBD di Mimika,” ungkap Reynold.
Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Biak Numfor Ruslan Fajar saat dihubungi menyatakan, pihaknya telah menetapkan status KLB DBD sejak sepekan lalu.
Ruslan menuturkan, seluruh petugas Dinas Kesehatan Biak Numfor telah diterjunkan untuk memberikan sosialisasi tentang pencegahan DBD serta melakukan pengasapan (fogging)di setiap permukiman warga dalam tiga bulan terakhir.
Diketahui terdapat 19 distrik atau kecamatan di Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan pendataan dinkes setempat, persentase daerah yang bebas jentik nyamuk hanya 18 persen.
”Dinkes Biak Numfor terus berupaya meningkatkan kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan serta pencegahan DBD. Kami juga akan menyediakan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk,” tutur Ruslan.