Kolaborasi Digital Dorong Transaksi Pedagang Sayur Tradisional
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengembangkan aplikasi berbelanja sayur dan kebutuhan lain secara daring. Selain memudahkan konsumen, aplikasi bernama OkeSayur itu juga dibuat untuk membantu meningkatkan pendapatan para pedagang pasar tradisional.
”OkeSayur ini muncul dari permasalahan yang terjadi di pasar tradisional. Kami ingin membantu pedagang pasar tradisional agar tetap eksis di era digital,” kata salah seorang pendiri OkeSayur, Nindi Kusuma Ningrum, Jumat (8/3/2019), di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
OkeSayur dikembangkan sejumlah mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM angkatan 2016. Selain Nindi, aplikasi ini digawangi Fadlan Hawali, Alvin Novandi, Silvia, dan Muhammad Fuad Husein. Selain itu, ada pula Donatus Yoga dari Sekolah Vokasi UGM serta Losyiana Luh Jingga dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.
Nindi menjelaskan, OkeSayur merupakan penyedia layanan belanja serta antar sayur-mayur dan sejumlah kebutuhan lain, mulai dari buah-buahan, daging, makanan laut, hingga bumbu dapur. Saat ini, aplikasi yang dikembangkan sejak September 2017 itu memiliki sekitar 150 produk yang bisa dibeli konsumen secara daring.
”Ada 64 macam sayuran, 39 buah, 40 jenis seafood (makanan laut), 20 jenis lauk-pauk, serta beberapa produk organik,” ungkap Nindi. Untuk saat ini, OkeSayur baru beroperasi di DI Yogyakarta serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Para konsumen yang tertarik membeli produk-produk di OkeSayur tinggal memesan melalui aplikasi atau laman khusus. Pembayaran bisa dilakukan melalui transfer ke rekening bank atau membayar secara langsung ketika pesanan sudah sampai. Selain membayar barang yang mereka pesan, konsumen juga dibebani biaya belanja dan pengantaran.
Untuk menyediakan sayur, buah, dan kebutuhan lain, OkeSayur bekerja sama langsung dengan para pedagang pasar tradisional. Nindi menuturkan, saat ini, OkeSayur bekerja sama dengan belasan pedagang di dua pasar tradisional, yakni Pasar Kranggan di Kota Yogyakarta dan Pasar Klaten di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
”Kalau dibandingkan dengan aplikasi sejenis, harga di OkeSayur lebih murah karena bekerja sama langsung dengan pedagang pasar tradisional,” ujar Nindi.
OkeSayur juga bekerja sama dengan dinas perdagangan setempat untuk mengakses data harga sayur dan berbagai kebutuhan di pasar tradisional. Dengan begitu, konsumen bisa membeli barang kebutuhan mereka sesuai dengan harga riil di lapangan.
Untuk berbelanja barang yang menjadi pesanan konsumen, OkeSayur mempekerjakan pegawai di Yogyakarta dan Klaten. Sementara itu, untuk mengantarkan pesanan kepada konsumen, OkeSayur menjalin kerja sama dengan pengojek.
Nindi menambahkan, sambutan konsumen terhadap aplikasi OkeSayur cukup baik. Sejak diluncurkan pada November 2017, aplikasi tersebut sudah diunduh sekitar 1.000 kali. Adapun pengguna yang aktif mencapai sekitar 700 orang. ”Dalam satu hari, rata-rata ada lima kali transaksi di OkeSayur. Terkadang konsumen belanja sampai Rp 200.000 atau Rp 300.000,” katanya.
Sementara itu, Silvia mengatakan, aplikasi OkeSayur berhasil meraih prestasi saat diikutkan lomba Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) tahun 2018. Dalam lomba tersebut, OkeSayur menjadi pemenang pertama pada kategori pengembangan bisnis teknologi informasi dan komunikasi.
Ke depan, OkeSayur berencana mengembangkan jangkauan usahanya di luar wilayah Yogyakarta dan Klaten. Dengan adanya pengembangan usaha itu, OkeSayur diharapkan bisa melayani lebih banyak konsumen dan membantu lebih banyak pedagang pasar tradisional.