Operasi pencarian korban yang tertimbun runtuhan galian tambang emas di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, dihentikan meski belum semua korban ditemukan. Longsor dan retakan di lokasi dinilai membahayakan tim.
Nurani Mamonto (62), warga Kecamatan Poigar, Bolaang Mongondow, duduk lesu di depan Posko Post Mortem DVI Polda Sulawesi Utara di sisi kiri RSUD Kota Kotamobagu. Air mata menetes dari matanya yang sembap. Dia terpukul saat ambulans terakhir meninggalkan rumah sakit tanpa kabar tentang anaknya, Irwan Tobangsawan (43).
”Saya sangat berharap jasad anak saya ditemukan. Saya dan keluarga ingin memakamkan jasadnya, apa pun keadaannya,” katanya.
Kamis (7/3/2019) sore, para kerabat korban pulang dengan kecewa dan sedih. Terlebih saat rombongan tim DVI juga meninggalkan rumah sakit. Petugas yang tersisa membongkar tenda di depan posko dan beranjak pulang. Tak satu pun pejabat secara resmi menjelaskan kepada keluarga korban bahwa hari itu operasi SAR berakhir ataupun alasan penghentian.
Di antara kerabat korban ada Nurpina Mokodompit (42) yang sejak hari pertama nyaris tak pulang. Ia menunggu kepastian kabar tentang M Reza Sipasi (19). Warga Pontondon Timur, Kotamobagu Utara, ini berharap anaknya ada di antara kantong mayat yang masuk ke pos DVI. Namun, hingga identifikasi kantong mayat terakhir, nama Reza tak disebutkan.
Hal serupa dialami Armin Simbala (75) yang menunggu jasad anaknya, Kadri Simbala. Ada pula Misma Simbala yang menunggu kabar tentang kakaknya, Samsul Rizal Simbala. Masih banyak keluarga lain yang kecewa karena penantian mereka selama 10 hari tak berakhir dengan kejelasan.
Operasi SAR ditutup
Hari Kamis, tim SAR gabungan secara resmi mengumumkan kepada media bahwa operasi pencarian dan evakuasi korban yang tertimbun runtuhan galian tambang di Bakan ditutup. Kondisi medan pencarian yang rawan menjadi alasan pencarian tak bisa dilanjutkan.
”Sejak Rabu sore, tanah dan batu terus berjatuhan. Kamis dini hari, longsoran menutup hampir seluruh lubang yang sudah digali. Ada beberapa retakan cukup besar. Karena itu, kami memutuskan menghentikan pencarian,” kata Direktur Operasional Basarnas Budi Purnama.
Ferry Siahaan, Manager External Relations and Security PT J-Resources Bolaang Mongondow, mengatakan, kondisi lokasi tambang tak memungkinkan aktivitas dilanjutkan.
”Tim kami melihat kondisi lubang galian. Kondisinya sudah membahayakan alat berat dan tim evakuasi. Timbunan yang digali sudah lebih tinggi dari alat berat,” katanya.
Operasi pencarian korban dilakukan dalam tiga tahap. Setelah peristiwa terjadi pada Selasa (26/2) malam, tim bergerak melakukan pertolongan. Sebanyak 18 orang ditemukan selamat dan 10 meninggal. Tahap kedua, pengerahan alat berat untuk membuka akses ke lubang galian yang tertimbun.
Setelah akses terbuka, tahap ketiga adalah mengambil jenazah dari lubang. Hingga operasi berakhir, total korban yang dievakuasi 46 orang. Rinciannya, 18 orang selamat dan 28 orang meninggal. Sebelumnya, tim SAR menyebut dugaan ada 60 korban. Sementara petambang menyebut jumlah korban 70-100 orang.
Terkait korban yang belum ditemukan atau warga yang masih mencari anggota keluarga yang hilang, Ketua Tim DVI Polda Sulut Paula meminta masyarakat melapor ke polres. ”Nanti data kehilangan di polres akan dicocokkan dengan data dinas catatan sipil dan kependudukan,” katanya.
Cari solusi
Peristiwa kecelakaan tambang di Bolaang Mongondow bukan kali pertama. Tahun lalu, enam orang meninggal dalam lubang tambang di Lolayan, tak jauh dari lokasi yang saat ini runtuh. Bahkan, dua hari lalu, dua petambang meninggal kehabisan oksigen di salah satu lubang tambang di Desa Tanoyan, Lolayan.
Sejumlah petambang selamat menuturkan, kadar emas yang bagus di pegunungan menjadi alasan mereka nekat membuat galian dan masuk perut gunung. Alasan lain, kemudahan masuk ke lokasi.
Apalagi, mereka bisa mendapat Rp 500.000 hingga jutaan rupiah per hari. Keamanan dan keselamatan tak lagi jadi pertimbangan.
Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow mengatakan, setelah operasi SAR berakhir, pihaknya akan bertemu forum koordinasi pimpinan daerah untuk membahas masalah tambang liar. Ia berjanji mencari solusi.
Kapolres Kotamobagu Ajun Komisaris Besar Gani Fernando Siahaan mengatakan, persoalan tambang liar harus diselesaikan dengan memperhatikan aspek sosial dan ekonomi, tak bisa dari sisi kriminal semata.
”Pendekatannya harus mempertimbangkan bahwa sebagian warga tak punya pilihan lain untuk menghidupi keluarga selain dari tambang,” katanya.(Reny Sri Ayu)