JAKARTA, KOMPAS -- Usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) dan pelaku industri kreatif Indonesia didorong memperluas pasar ke Rusia. Produk-produk kreatif Indonesia diminati, dan peluang pasarnya masih terbuka.
Duta Besar RI untuk Rusia M Wahid Supriyadi mengatakan, minat itu antara lain terlihat dalam setiap pameran produk Indonesia. "Di Festival Indonesia 2018, ada peserta pameran yang kehabisan produk dalam waktu setengah jam sejak pameran dimulai,” ujarnya, Jumat (8/3/2019), di Jakarta.
Produk busana, kerajinan tangan, perhiasan buatan tangan, hingga tas sangat diminati. "Batik tulis dan busana Muslim laku di sana,” lanjut Wahid.
Masalahnya, UMKM peserta pameran dagang di Rusia kerap kewalahan memenuhi permintaan pasar Rusia. Karena itu, KBRI Moskwa akan menyeleksi calon peserta Festival Indonesia 2019 secara lebih ketat.
"Kami akan memprioritaskan UMKM yang siap masuk pasar ekspor. Untuk Indonesia Festival 2019, ada 70 gerai pameran gratis. Sekarang, sudah 100 UKM mendaftar,” kata Wahid.
Indonesia Festival 2019 akan digelar pada Agustus 2019. Selain pameran produk, akan ada pula forum bisnis dan pencocokan calon mitra. "KBRI Moskwa akan menyediakan penerjemah untuk memudahkan komunikasi UMKM Indonesia dengan calon mitra di Rusia,” tambah Wahid.
KBRI Moskwa juga akan memanfaatkan festival itu untuk memasarkan potensi pariwisata Indonesia. "Tujuan wisata Indonesia banyak sekali. Sebagian pulau-pulau terindah di dunia ada di Indonesia, ada Jawa, Bali, Lombok,” ujar Wahid.
Ia menjelaskan, produk halal juga berpeluang besar dipasarkan di Rusia. Sebagian penduduk Rusia adalah Muslim, dan mereka menyukai produk busana Muslim Indonesia. "Selain Rusia, ada empat negara lain di Eurasia yang sebagian penduduknya juga Muslim. Pasar itu punya potensi 240 juta orang,” kata Wahid.
Karena itu, KBRI Moskwa berusaha membuka produk halal ke pasar itu lewat Kazan Summit pada 24-26 April 2019. KBRI Moskwa juga mendorong UMKM penghasil busana Muslim, serta kosmetik dan pangan halal untuk memamerkan produknya di sana.
"Indonesia punya tempat pameran 100 meter persegi dan bisa dimanfaatkan UMKM Indonesia. Potensi pasarnya menjangkau seluruh negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Perwakilan dari OKI datang ke sana,” tuturnya.
Wahid juga menyinggung soal peluang senilai 550 juta dollar AS untuk aneka produk CPO, karet, hingga alas kaki. Produk-produk itu akan dibeli Rusia dalam kerangka imbal dagang pembelian 11 jet tempur SU-35 buatan Rusia. Jakarta-Moskwa menyepakati pembelian jet itu akan diikuti impor produk Indonesia.
Mekanisme itu diatur dalam Undang-undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Dalam UU itu, sebenarnya diatur imbal dagang mencapai 85 persen dari nilai kontrak perdagangan. Akan tetapi, Rusia hanya sepakat membeli produk Indonesia senilai 50 persen dari kontrak.
Selain itu, Rusia juga menyetujui alih teknologi. Dengan demikian, Indonesia bisa mengoperasikan hanggar sendiri. Ke depan, hanggar Indonesia bisa dipakai untuk perawatan jet tempur buatan Rusia yang dipakai negara lain di Asia Tenggara.
Wahid mengatakan, memang mekanisme imbal dagang sampai sekarang belum usai. Persoalan itu masih diurus oleh Kementerian Perdagangan. “Dari sisi teknis Kementerian Pertahanan, sudah selesai. Tinggal pembicaraan soal imbal dagang di Kementerian Perdagangan,” kata dia.