LABUAN BAJO, KOMPAS — Bencana longsor di Dusun Culu, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, menyebabkan delapan orang tertimbun material longsor. Dua orang ditemukan meninggal dan enam lainnya masih dalam pencarian.
Hujan deras selama empat hari hingga Kamis (7/3/2019) mengguyur wilayah Manggarai Barat dan sekitarnya, menyebabkan jalan yang menghubungkan Labuan Bajo-Ruteng putus di Kilometer 23. Jalan putus ini menyebabkan mobilitas bahan bakar minyak dari depot Reo ke Labuan Bajo terganggu.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat Paulus Jeramun, dihubungi di Labuan Bajo, Sabtu (9/3/2019), mengatakan, longsor di Dusun Culu menyebabkan delapan orang hilang. Dua orang di antaranya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
Korban meninggal adalah Hironimus Rius (50) dan dan Nardus Rifa (13). Adapun enam lainnya yang masih dalam pencarian adalah Margareta Ersi (40), Hilariani Jelita (12), Yosefa Nelti (6), Paulinus Salim (60), Remigius Sera (28), dan Fransiska Tania (8 bulan). Korban luka serius dua orang, Rosalia Sija (50) dan Serfiana Dewi (28).
Longsor dan banjir itu menyebabkan seluruh jaringan telepon seluler di Manggarai Barat terputus. Komunikasi dari Pemkab ke setiap desa dan kecamatan untuk menghimpun informasi terkait bencana sangat sulit. Jaringan optik (seluler) terputus di perbukitan Puar Lolo, Manggarai Barat. Jaringan itu mulai kembali normal sekitar pukul 15.00 Wita.
”Informasi bencana sampai terjadi korban jiwa dihimpun Pemkab baru dari Kecamatan Mbeliling, jarak terdekat dengan Labuan Bajo. Sebelas kecamatan lain sedang didata. Kecamatan Mbeliling merupakan yang terparah dilanda bencana,” kata Jeramun.
Ketua Yayasan Predicator Unitatis Mundi (Prundi) Manggarai Barat Pastor Marcel Agot SVD mengatakan, hujan deras dalam empat hari berturut-turut menyebabkan sejumlah bencana dan kerusakan di wilayah Manggarai dan Manggarai Barat. Jalan antara Labuan Bajo dan Ruteng benar-benar macet total, tidak bisa dilalui kendaraan.
”Terjadi longsor di tiga titik pada ruas jalan itu dengan kondisi parah dan ringan. Longsor itu mulai terjadi di Roe sampai Labuan Bajo sepanjang 60 km. Tiga desa dilanda longsor, yakni Gorang, Gorontalo, dan Desa Weor, ketiganya di Kecamatan Mbeliling. Belum ada laporan rinci mengenai kondisi warga di tiga desa itu,” kata Marcel.
Selain longsor, Sungai Nanga Nae di Desa Gorontalo pun meluap dan merendam desa itu dengan ketinggian air 70-80 sentimeter. Jumlah penduduk di desa itu sekitar 370 jiwa. Sebagian mengungsi di Polres Manggarai Barat dan sebagian lagi mengungsi ke rumah penduduk yang lebih aman.
Sungai Waelia di Desa Dolang, Kecamatan Komodo, juga meluber ke kiri dan kanan dengan ketinggian air sekitar 2 meter. Sungai ini melintasi ruas jalan Labuan Bajo-Ruteng, termasuk Sungai Nanga Nae. Luapan sungai ini menyebabkan aspal pecah. Terjadi pula longsor di dekat sungai, di salah satu sisi jalan.
Tidak ada jalan alternatif yang menghubungkan Labuan Bajo-Ruteng. Pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) dari depot Pertamina di Reo, Manggarai, menuju Labuan Bajo terhenti. Akibatnya, kebutuhan BBM di Labuan Bajo dan sekitarnya sejak Jumat lalu pukul 07.00 Wita dilayani oleh kapal pengangkut BBM dari Bima sampai jalan Ruteng-Labuan Bajo normal.
Kebutuhan lain, seperti bahan pokok dan sejenisnya, selama ini sebagian besar datang dari Bima, Makassar, dan Surabaya, kecuali hasil produksi hortikultura, seperti sayur, buah-buahan, bumbu dapur, kopi, ayam potong, daging sapi, kambing, dan babi.