Terjerat Wajah Masa Lalu
Krisis yang menjerat Real Madrid dan AS Roma memaksa klub mencari sosok yang bisa mengangkat spirit para pemain. Mantan pelatih pun kembali dilirik untuk menjadi penyelamat.
Sepenggal lirik dari band rock era 80-an, Cinderella, tampaknya pas untuk menggambarkan suasana batin dua klub raksasa Eropa, Real Madrid dan AS Roma. ”Anda tidak pernah tahu apa yang Anda punya hingga itu pergi”.
Ya, Real dan Roma kini merindukan sosok mantan pelatih mereka, setelah mencampakannya pada masa lalu. Real sedang melirik pelatih baru. Mereka mengalami krisis seusai keluar dari perebutan gelar Liga Champions, La Liga, dan Copa del Rey, dalam sebulan terakhir. Pelatih saat ini, Santiago Solari, dinilai gagal mengangkat penampilan juara 13 kali Liga Champions itu.
Tim ibu kota Spanyol itu kebingungan mencari sosok pengganti yang tepat. Pada awal musim, sebelum Solari, mereka sudah memecat Julen Lopetegui saat baru melatih tiga bulan. Pergantian pelatih dua kali dalam satu musim itu memaksa mereka berhati-hati mencari kandidat berikutnya.
Kandidat terkuat pengganti Solari adalah Jose Mourinho, pelatih Real 2010-2013. Pelatih asal Portugal itu kembali dilirik Presiden Real Florentino Perez, setelah kontraknya diputus pada 2013.
Kala itu, Perez mengatakan, capaian Mourinho tidak sesuai dengan target klub sebesar Madrid. Tahun itu, mantan pelatih Chelsea itu membawa Real finis di peringkat kedua La Liga, menjadi finalis Copa del Rey, dan masuk empat besar Liga Champions. Real hanya mau gelar juara.
Selain pada musim 2012- 2013, prestasi Mourinho cukup mentereng. Dengan total rekor 127 kemenangan dari 178 laga di seluruh kompetisi, dia mengantarkan Real juara La Liga pada 2011-2012 dan Copa del Rey pada 2010-2011.
Kehilangan Mourinho baru terasa setelahnya. Di luar prestasi Eropa, di liga domestik Real tidak mampu berbuat banyak. Trofi La Liga itu merupakan yang terakhir dalam 10 tahun. Sementara itu, Real sudah empat musim gagal masuk final Copa del Rey.
Perlu dicatat, ”The Special One”, julukan Mourinho, meraih dua titel itu saat rivalnya, Barcelona, sedang dalam masa terbaik. Tim Catalan itu nyaris tidak terbendung saat dilatih salah satu pelatih terbaik dunia, Josep Guardiola.
”Kembali ke klub sebelumnya? Saya pikir jika klub itu tepat sesuai struktur dan ambisinya, tidak masalah sama sekali. Mereka (Real Madrid) adalah klub ikonik,” kata Mourinho kepada BeiN Sports, Senin (4/3/2019).
Baik Mourinho maupun Madrid punya kenangan manis dengan reuni. Mourinho pernah kembali ke Chelsea pada 2013 setelah pergi enam tahun sebelumnya. Hasilnya, dia membawa satu gelar Liga Inggris ke Stamford Bridge.
Madrid pernah mengembalikan Pelatih Fabio Capello pada musim 2006-2007 seusai pergi 10 tahun sebelumnya. Capello kembali dan membawa gelar La Liga bersama David Beckham dan rekan-rekan.
Meski begitu, mantan presiden Madrid, Ramon Calderon, menolak kembalinya Mourinho. ”Tentu saja tidak. Gaya bermainnya yang pragmatis bukan yang kami inginkan. Fans menginginkan permainan berani dan agresif, seperti Ajax Amsterdam. Mourinho tidak melakukan itu,” ucapnya kepada ESPN, Rabu (6/3).
Sementara itu, pendukung Madrid tampaknya sudah putus asa. Setelah kekalahan kedua beruntun dari Barcelona di Santiago Bernabeu dalam sepekan, mereka bernyanyi di luar stadion, meminta Perez mengembalikan Mourinho.
Luka serigala
Di Italia, Roma baru saja memecat pelatihnya, Eusebio Di Francesco. Dewan Direksi Roma memecat Di Francesco sehari setelah tim ibu kota Italia itu tersingkir di babak 16 besar Liga Champions.
Kabarnya, ”Serigala Roma” akan merekrut mantan pelatihnya, Claudio Ranieri. Adapun Ranieri sedang menganggur seusai dipecat klub Liga Inggris, Fulham, beberapa pekan lalu. Ranieri pernah melatih Roma musim 2009-2011.
Namun, dia tidak menyelesaikan musim keduanya. Sebelum akhir musim, pada Februari 2011, dia dipecat karena tiga kekalahan beruntun di Serie A.
Padahal, pada musim pertamanya, Ranieri cukup menjanjikan dengan mengantarkan Roma ke peringkat kedua Serie A, terpaut dua poin dari juara Inter Milan. Saat itu, Ranieri menggantikan pelatih sebelumnya, Luciano Spalletti, yang mengundurkan diri seusai kalah di dua laga awal liga.
Ranieri merupakan pilihan jangka pendek terbaik untuk Roma. Dia sudah tujuh kali menggantikan pelatih lain saat musim telah dimulai. Beberapa klub itu di antaranya, Valencia, Chelsea, Roma, dan Inter.
Pelatih berusia 67 tahun itu selalu menghasilkan efek instan. Contohnya, saat membawa tim papan bawah Leicester City juara Liga Inggris tiga tahun lalu pada musim pertamanya.
Namun, jangan terlalu berharap banyak kepada Ranieri untuk jangka panjang. Dari 19 tim yang pernah dilatih, rata-rata waktunya bertahan hanya 1,38 tahun. Artinya, pelatih asal Italia itu nyaris selalu dipecat pada musim kedua.
(AP/AFP/REUTERS/KEL)