LABUAN BAJO, KOMPAS —Hujan deras yang melanda Manggarai dan Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, selama empat hari hingga Kamis (7/3/2019) memicu banjir dan longsor di sejumlah tempat. Delapan orang tertimbun material longsor di Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Mangarai Barat. Dua orang ditemukan tewas, enam lainnya masih dalam pencarian.
Hujan deras juga menyebabkan jalan yang menghubungkan Labuan Bajo-Ruteng putus di Kilometer 23. ”Terjadi longsor di tiga titik pada ruas jalan itu. Longsor itu mulai terjadi di Roe sampai Labuan Bajo sepanjang 60 kilometer. Ketiga desa yang dilanda longsor itu, yakni Gorang, Gorontalo, dan Desa Weor, berada di Kecamatan Mbeliling,” kata Ketua Yayasan Predicator Unitatis Mundi (Prundi) Manggarai Barat, Pastor Marcel Agot SVD, ketika dihubungi di Labuan Bajo, Jumat (8/3/2019).
Hujan deras menyebabkan Sungai Nanga Nae di Desa Gorontalo meluap dan merendam permukiman warga dengan ketinggian air 70-80 sentimeter. Jumlah penduduk desa itu sekitar 370 jiwa, sebagian mengungsi ke Kantor Polres Manggarai Barat, sebagian lagi mengungsi ke rumah penduduk yang lebih aman.
Sungai Waelia di Desa Dolang, Kecamatan Komodo, juga meluap dengan ketinggian air sekitar 2 meter. Sungai ini melintasi ruas jalan Labuan Bajo-Ruteng, termasuk Sungai Nanga Nae.
Tak ada jalan alternatif yang menghubungkan Labuan Bajo-Ruteng. Pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) dari Depot Pertamina di Reo, Manggarai, menuju Labuan Bajo terhenti. Kebutuhan BBM di Labuan Bajo dan sekitarnya, sejak Jumat pukul 07.00 Wita, dilayani kapal pengangkut BBM dari Bima, sampai jalan Ruteng-Labuan Bajo normal. Kebutuhan lain, seperti bahan pokok dan sejenisnya, selama ini sebagian besar didatangkan dari Bima, Makassar, dan Surabaya.
Kepala Bagian Humas Pemkab Manggarai Barat Paulus Jeramun mengatakan, longsor dan banjir juga menyebabkan seluruh jaringan telepon seluler di Manggarai Barat terputus. Komunikasi dari pemerintah kabupaten ke setiap desa dan kecamatan untuk menghimpun informasi terkait bencana sangat sulit. Jaringan optik (seluler) terputus di perbukitan Puar Lolo Manggarai Barat. Jaringan itu mulai kembali normal sekitar pukul 15.00 Wita.
”Informasi bencana sampai terjadi korban jiwa dihimpun pemkab baru dari Kecamatan Mbeliling, jarak terdekat dengan Labuan Bajo. Sebelas kecamatan lain sedang didata. Kecamatan Mbeliling merupakan yang terparah,” kata Jeramun.
Hingga 16 Maret
Menurut Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lebat melanda wilayah Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. Kondisi ini masih berpotensi terjadi hingga 16 Maret 2019, terutama untuk wilayah Jawa bagian tengah hingga NTT, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua.
Meluasnya sebaran hujan ini bisa dilihat dengan intensitas hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Data BMKG menunjukkan, intensitas hujan tertinggi pada 4 Maret terjadi di Tanjung Priok, Jakarta, dengan intensitas 130 milimeter (mm) per hari disusul Bandara Internasional Lombok sebesar 89 mm. Pada 5 Maret, intensitas hujan tertinggi terekam di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, sebesar 125 mm per hari, serta Kemayoran 92 mm per hari.
Pada 6 Maret, curah hujan tertinggi tercatat di Tegal 112 mm per hari, disusul Naha di Sulawesi Utara 104 mm per hari), dan Pacitan 87 mm per hari. Pada 7 Maret, curah hujan tertinggi terekam di Tanah Merah, Boven Digul.
”Hujan di Indonesia pada periode Januari-Februari-Maret umumnya dipengaruhi monsun Asia. Penguatan monsun Asia ini terdeteksi sejak 4-5 Maret terjadi dorongan seruakan dingin (cold surge) yang terukur dari perbedaan tekanan udara antara Gushi di China dan Hong Kong,” kata Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra di Jakarta.
Aliran angin dingin dari Asia ini lalu bertemu dengan Madden Julian Oscillation (MJO) atau aliran gelombang udara di sepanjang Khatulistiwa yang tengah memasuki fase basah. ”MJO penjalarannya tepat memasuki wilayah Indonesia seminggu terakhir dan mengakibatkan interaksi berupa daerah pertemuan angin diiringi energi yang cukup besar. Akibatnya, curah hujan dari pesisir barat Sumatera hingga Jawa umumnya tinggi,” katanya. (KOR/AIK)