Wisata Mata dan Lidah di Jalan Daendels
Kota Bogor tak pernah berhenti memikat warga kota tetangganya untuk terus jatuh cinta dan kecanduan mengunjunginya. Selalu ada yang asik dikunjungi lengkap dengan tawaran menu lezat siap santap. Bersama yang terkasih, mari telusuri Jalan Ahmad Yani dan Sudirman akhir pekan ini. Temukan kisah indahmu di sana.
Panjang dua ruas jalan ini sekitar empat kilometer dan termasuk jalan legendaris. Sebab, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Jenderal Sudirman, di Kota Bogor ini, adalah bagian dari Jalan Pos yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels pada awal abad 18 silam.
Sisa peninggalan masa lampau itu adalah pohon-pohon kenari tua, diselingi beberapa pohon tua lain. Khususnya di Jalan Ahmad Yani, ada beberapa rumah hunian tua masa lalu yang masih ada, juga bangunan kantor lama, seperti rumah Keuskupan Bogor dan Pusat Pendidikan Zeni TNI Angkatan Darat.
Perjalanan waktu mengubah kawasan itu, setelah beberapa kantor baru tumbuh di sana. Dan, satu tahun terakhir ini, menjamurlah berbagai restoran atau warung makan kaki lima dan food truck yang layak dikunjungi dan dicoba kelezatan masakannya. Selain tempat makan baru, juga masih bisa dijajal beberapa rumah makan yang telah lebih dulu ada di sana, bahkan yang tergolong tua telah bertahun-tahun melayani pelanggannya.
Menikmati Ahmad Yani disarankan sore sampai malam hari. Hal ini karena rata-rata tempat makan di sana baru buka menjelang pukul 16.00, walaupun di antaranya sudah bukan mulai pukul 10.00.
Di akhir pekan, ada yang beroperasi sampai lepas pukul 01.00, baik itu resto maupun warung kaki lima. Yang penting, anggarkan saja Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per orang, diluar biaya parkir kendaraan.
Untuk menu andalan resto tertentu, ada masakan yang harganya hampir Rp 200.000 per porsi dan minuman per gelasnya di atas Rp 100.000. Jenis makananya, berbagai masakan Indonesia, barat, cina, dan masakan laut serta aneka mi, yang dijajakan di puluhan restoran atau warung tenda kaki lima di dua ruas jalan itu.
Hadirnya beberapa restoran anyar kini menambah daya pikat tersendiri di Jalan A Yani salah. Salah satu resto terkini itu adalah Jambo Kupi. "Ini warung masakan Aceh ketiga, baru operasi penuh dua bulan ini. Dua warung lainnya sudah tahunan di Pasar Minggu dan Kemang, Jakarta Selatan," kata Fachry Sungkar, penanggung jawab Jambo Kupi itu.
Ia menyebut restonya sebagai warung, karena jambo dalam bahasa Indonesia berarti warung. Tapi, Jambo Kupi atau Warung Kopi ini, adalah "warung butik", bangunan resto kekinian dengan kapasitas 120 kursi plus ruang rapat, semua hidangannya, baik makanan, minuman, dan kudapannya adalah kuliner khas Aceh.
Di sini, selain ada mi aceh yang kaya rempah itu, juga tersedia sayur pliek u (yang pakai jantung pisang dan santannya difermentasi), sayur dalica yang pakai kedongdong, selain kentang, terong, dan okra. Juga ada pajri nanas yang manis pedas. Tak ketinggalan masakan pilihan seperti dendeng sapi aceh, ayam tangkap, dan bebek bireuen, serta nasi gurih.
Camilan yang tersedia adalah kue-kue tradisional Aceh seperti pulut, sarikaya, martabak, dan pisang goreng. Martabak aceh beda dengan martabak telur biasanya, karena telur yang membungkus kulit martabaknya, bukan sebaliknya. Pisang gorengnya pun, dimakan dengan kuah tuhe, yang rasanya manis pedas. Semua camilan itu enak dinikmati sambil menyeruput kopi ulee kareng atau teh tarik.
Gunung dan musik hidup
Jika makan atau ngopi di lantai dua Jambo Kupi ini, panoramanya paduan pemukiman penduduk dan deretan pegunungan yang mengelilingi Bogor si kota hujan.
Panorama yang sama, juga kita dapati jika berada di The Teras Dara atau Tier Siera Resto & Launge, yang lokasinya satu jalur dengan Jambo Kupi. Tier Siera diambil dari bahasa Italia yang artinya jajajaran pegunungan. Resto ini sudah lima tahun beroperasi dengan menu andalannya steak yang disajikan antara lain dengan tambahan butter dan tiga pilihan saus; lada hitam, barbecue, atau jamur. Lainnya ada pasta dan pizza.
"Selain masakan barat, kami juga punya sop buntut, yang banyak dipesan pelanggan," kata Chacha, dari bagian general affairs Tier Siera.
Kalau hanya ingin nongkrong sambil menikmati musik hidup, datangi saja Homer Bar & Kitchen, yang berada berdekatan dengan Bakso Budjangan dan Kong Djie Coffee Shop.
"Setiap hari dari pukul 20.00 sampai pukul 24.30 kami ada musik hidup dengan lagunya dari all genre. Pada weekand ada penampilan DJ Angga Nova," kata Denny, salah seorang pramusajinya.
Andalan makanan di sini hamburger buatan sendiri, selain pizza dan spageti. Andalan mereka juga berbagai cocktail bersoda atau beralkohol, dan tersedia juga wine. Menikmatinya bisa di dalam ruangan resto atau di udara terbuka di halaman resto.
Di Jalan Ahmad Yani, ada juga Vikud Express DSF, yang menyediakan nasi kebuli kambing guling yang patut dicoba. Di sini, kambing guling disajikan atau dijual per porsi, tidak harus satu ekor.
"Kami restoran pertama yang menjual kambing guling per porsi lengkap dengan nasi kebulinya," kata Rangga Kusuma, chef resto berkapasitas 47 kursi ini.
Kaki lima hingga bunga
Warung tenda yang juga banyak didatangi pelanggannya adalah Coto Makkasar Daeng Tona di Jalan Ahmad Yani. Di sini pelanggan dipuaskan dengan sop konro dan konro bakar.
Warung tenda yang lebih lawas dari Daeng Tona adalah Warung Sate Madura Haji Amir Air Mancur di Jalan Sudirman.
"Kami sudah dagang di sini 40-an tahun. Haji Amir itu kakek saya. Dulu yang dagang di sini gak sampai 10 orang. Sop Buntut Sapi Mak Emun juga salah satunya. Mak Emun dulu tetangga," kata Ny Hj Samsiah, pemilik warung, asli dari Bangkalan, Madura.
Sate yang dijualnya adalah sate daging kambing, sapi, dan ayam, dengan bumbu kacangnya yang bikin ketagihan. Tersedia pula sop iga sapi.
"Dari masih kecil sampai sekarang, kalau makan sate ya, ke sini, walaupun tinggal di Cibubur. Waktu masih kuliah di Bogor, apa lagi. Selain bumbunya enak, daging satenya gede," kata Anya, yang menghabiskan 15 tusuk sate sendirian.
Selain Sate Madura Haji Amir dan Sop Buntut Sapi Mak Emun, yang legendaris lainnya di Jalan Jenderal Sudirman ini adalah Martabak Air Mancur, yang sangat terkenal martabak manisnya, Bubur Ayam Abah Ujang yang gurih dengan sate cungkringnya, Restoran Yun Yi yang terkenal dengan menu mi, dan Restoran Bogor Permai yang popular dengan berbagai roti dan kuenya. Roti dan kue ini cocok untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Kalau mau oleh-oleh lainnya, mampir saja ke pedagang kaki lima, salah satunya, gerobak kue basah Kang Ujang Juhara, masih di Air Mancur. Katanya, ia sudah belasan tahun menjajakan jongkong, nagasari, putu mayang, kelepon, lupis, putri noong, dan pacarcina. Kalau ingin wedang ronde kuah jahe untuk hangatkan badan, juga ada.
"Semua kue saya buat sendiri di rumah. Dulu juga buat kue putu. Dua tahun ini enggak lagi, karena beberapa kali kena gusur. Pindah-pindah tempat, walau masih kawasan Air Mancur, karena ada penataan PKL," kata Ujang.
Di Jalan Sudirman ini, juga kini banyak sekali pilihan kuliner, khususnya yang berupa warung tenda kaki lima. Mulai dari berbagai hidangan berbasis ayam, bebek, bakso, mi, sampai masakan khas daerah popular seperti gudeg, rawon, pecel madiun, sate padang pariaman, sop ikan batam. Pedagang masakan laut juga banyak, salah satunya Juragan Kerang yang menjual mentah secara kiloan, lantas dimasak dan disajikan.
Di Jalan Sudirman ini pun lengkap dengan tiga atau empat kios bunga potong segar, seperti bunga mawar yang rata-rata dijual Rp 10.000 per tangkai. Setangkai mawar cocok diberikan pada orang terkasih yang kita ajak menghabiskan malam berwisata kuliner di jalan legendaris itu.
Ah, so romantic.