Seorang teman pernah berkata “Mayoritas orang terkaya di Indonesia tidak terlihat apalagi terekspos media,” katanya. Kalimat pendek itu membawa ingatan ke alur cerita salah satu novel terlaris berjudul Crazy Rich Asians karya penulis Kevin Kwan, yang juga diangkat ke layar lebar tahun lalu.
Kwan dengan apik menggambarkan kehidupan sehari-hari orang super kaya di Asia mulai dari pesta pernikahan ekslusif, perayaan melepas masa lajang di pulau pribadi, hingga hal-hal detail yang jarang muncul ke permukaan, seperti lokasi rumah mewah yang sulit diakses publik dan keharusan menikah dengan sesama orang kaya—atau kolega bisnis.
Agaknya, tindak-tanduk orang super kaya yang digambarkan Kwan memang ada di dunia nyata, tidak terkecuali Indonesia.
Akhir tahun lalu jagat dunia maya dihebohkan foto dan video pernikahan mewah bertagar ‘Crazy Rich Surabaya’. Pernikahan yang ditaksir mencapai Rp 10 miliar itu dihadiri kalangan artis dan pejabat dari dalam dan luar negeri.
Karena menyita perhatian masyarakat, keluarga mempelai yang berasal dari kalangan pengusaha ini menggelar konferensi pers untuk mengonfirmasi berbagai hal. Sebelumnya, mereka tidak pernah terekspos media maupun terjamah netizen.
Eksistensi orang-orang super kaya Indonesia juga berbanding lurus dengan keberadaan gerai-gerai merek fesyen tersohor di sejumlah mal. Kendati gerai kerap terlihat sepi, tetapi arus transaksi nyatanya mengalir deras. Produk keluaran terbaru yang dibandrol dengan harga belasan hingga puluhan juta laris manis.
“Biasanya (pembeli) sudah telepon jadi tinggal ambil barang, atau pakai jasa penitipan belanja,” ujar seorang karyawan gerai tas bermerek asal Eropa di mal Plaza Senayan, Minggu (10/3/2019).
Potret kecil orang super kaya Indonesia itu seperti memperkuat proyeksi Knight Frank LPP dalam laporan kekayaan tahunan ‘The Wealth Report 2018’ yang dirilis pekan lalu.
Pertumbuhan orang super kaya, atau disebut ultra-high net worth population (UHNWP), di Indonesia bisa mencapai 32 persen, dari 756 orang tahun 2018 menjadi 995 orang tahun 2023.
Mereka yang masuk kategori orang super kaya itu memiliki net asset atau aset bersih sama atau lebih dari 30 miliar dollar AS, setara Rp 420 triliun. Net asset adalah total minimal kekayaan yang dimiliki, baik berupa fisik (gedung atau bangunan) dan non-fisik (investasi pasar uang dan pasar modal).
Di Asia, pertumbuhan jumlah orang super kaya Indonesia menempati peringkat ke-4 setelah India yang tumbuh 39 persen menjadi 2.697 orang tahun 2023, Filipina tumbuh 38 persen menjadi 296 orang, dan China tumbuh 35 persen menjadi 13.429 orang.
Selain orang terkaya, Knight Frank LPP juga mencatat ada 20 orang milyader dan 43.118 orang jutawan di Indonesia pada 2018. Dalam kurun 2018-2023, populasi milyader dan jutawan itu diproyeksikan tumbuh masing-masing 25 persen dan 28 persen.
Penggerak ekonomi
Ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, dalam sebuah diskusi, berpendapat, geliat ekonomi dan iklim investasi yang terjaga baik akan mendorong pertumbuhan penduduk berpendapatan tinggi dan menengah. Daya beli kedua kelompok penduduk ini menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi domestik.
“Yang mendorong perekonomian adalah permintaan. Persepsi kelompok menengah telah berubah, bukan lagi berdasarkan kebutuhan, tetapi keinginan,” kata Chatib.
Di tengah risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi, kontribusi konsumsi dan investasi menjadi penopang. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,3 persen dengan kontribusi pertumbuhan konsumsi mencapai 5,1 persen dan investasi 7 persen.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdulah, hampir 70 persen kontribusi konsumsi terhadap produk domestik bruto (PDB) berasal dari penduduk berpenghasilan sedang dan tinggi. Konsumsi mereka mesti digenjot melalui sektor pariwisata dan industri kreatif.
”Penduduk berpenghasilan menengah dan tinggi cenderung mengalihkan konsumsi ke investasi. Pengeluaran konsumsi juga bisa diarahkan untuk pengalaman wisata,” ujar Rusli.
Laporan kekayaan tahunan ‘The Wealth Report 2018’ juga menyebutkan populasi orang super kaya di Asia akan tumbuh pesat dalam empat tahun mendatang kendati ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang AS-China masih membayangi.
Populasi orang super kaya akan meningkat menjadi 1.003 orang atau 27 persen dalam rentang tahun 2018-2023. Jika itu terealisasi, populasi orang terkaya di Asia akan mewakili sepertiga orang terkaya di dunia yang saat ini berjumlah 2.696 orang.
Di sisi lain, semakin kaya seseorang, mereka akan lebih berhati-hati mengelola keuangan. Orang-orang super kaya di Asia diperkirakan lebih memilih menyimpan aset dalam bentuk tunai dan mengurangi penyimpanan dalam emas atau obligasi yang mudah terpapar situasi global.
“Kami melihat adanya keseimbangan baru dari kekayaan dalam bentuk portofolio ke aset yang lebih defensif,” ujar kepala peneliti Knight Frank Asia Pacific Nicholas Holt yang dikutip dari laman Bloomberg.
Kendati risiko pelemahan ekonomi masih ada, menurut Holt, prospek pertumbuhan ekonomi di Asia cukup menguntungkan dalam jangka menengah. Ekonomi beberapa negara-negara berkembang menunjukkan penguatan, seperti di India, Filipina, juga termasuk Indonesia, meskipun perekonomian China melambat.