Festival Satu Indonesia Bangun Optimisme Generasi Muda
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemilihan Umum 2019 disebut sebagai momentum transisi generasi karena terdapat lima juta pemilih pemula dan 80 juta pemilih berusia 17-35 tahun. Besarnya jumlah pemilih ini membuat dua mantan pendiri Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas dan Singgih Widiyastono mengadakan Festival Satu Indonesia di Istora Senayan, Minggu (10/3/2019), untuk mengenal sosok calon presiden 01, Joko Widodo.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 saat ribuan anak muda mulai memasuki Gedung Istora Senayan. Kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian putih, tetapi ada pula yang mengenakan pakaian casual. Terlepas dari itu semua, mereka berkelindan untuk mendukung calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo.
Dalam keterangan tertulis, Co-Founder Festival Satu Indonesia Amalia Ayuningtyas mengatakan, festival ini diselenggarakan untuk membuat generasi muda dapat terus optimistis masa depan bangsa.
"Besarnya populasi anak muda khususnya yang akan menjadi pemilih pemula mendorong kami untuk menggelar sebuah acara yang dapat menumbuhkan optimisme anak muda. Ini supaya mereka sadar betapa pentingnya peran mereka dalam menentukan arah bangsa ke depan," katanya.
Amalia menambahkan, festival ini mencoba memberikan pengalaman kampanye secara positif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan itu, Amalia turut mengundang sejumlah musisi tanah air seperti, White Shoes and The Couples Company, Elephant Kind, dan Polka Wars.
Ada pula penyanyi muda Brisia Jodie Maurinne, Sandhy Sandoro, Dira Sugandi, dan Afgan Syahreza. Turut hadir juga komika sekaligus sutradara Ernest Prakasa dan Ge Pamungkas yang akan memeriahkan sesi inspiring talks bersama Jokowi, Erick Thohir dan Sri Mulyani.
"Melalui acara ini anak muda bisa kenal dengan calon presidennya dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan," kata Amalia.
Selain itu, kata Amalia, dengan menghadirkan musisi lintas generasi, dia berharap mampu menarik anak muda untuk melek politik melalui musik. Musik yang memiliki bahasa universal diyakini mampu menjadi medium dalam menyalurkan semangat inspirasi dan optimisme generasi muda.
Erick Thohir menyatakan, pentingnya gerakan-gerakan sosial positif dalam membangun asa bangsa ke depan. "Dengan terlibat dengan gerakan sosial dan politik yang positif, Indonesia akan maju secara progresif," kata Erick.
Suci (24), mahasiswi yang turut hadir ke Festival Satu Indonesia mengatakan, anak muda harus peka dan peduli kepada isu-isu sosial dan politik di sekelilingnya. "Anak-anak muda yang belum paham politik seharusnya belajar mengenai itu, karena jangan sampai anak muda itu buta politik," ujarnya.
Dalam laporan Indonesia Millenial Summit 2019, sebanyak 86,7 persen penduduk dengan rentang usia 20-35 tahun optimistis terhadap keutuhan Indonesia. Optimisme itu juga ditunjukkan pada sistem demokrasi Indonesia (83,6 persen) (Kompas, 19 Januari 2019). (Dionisio Damara)