H.E.R. Melawan Arus
Di industri musik yang sesak oleh hal-hal superfisial, ada seorang H.E.R. yang menjadi anomali. Alih-alih mengikuti arus, H.E.R. melaju penuh percaya diri dengan hanya satu amunisi: musik.
H.E.R. adalah nama panggung Gabriella Wilson (21), perempuan penyanyi sekaligus musisi berbakat kelahiran Vallejo, California, Amerika Serikat. Kariernya di dunia musik telah dirintis sejak belia. Di usia 12 tahun, dia dikenal sebagai anak ajaib. Namanya kembali membetot perhatian setelah dia melempar mini album: H.E.R. Vol. 1, tiga tahun lalu.
Awal Maret lalu, H.E.R. tampil menjadi salah satu bintang di ajang special show BNI Java Jazz Festival (JJF) 2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Bagi penggemar H.E.R. di Jakarta, ini adalah momen istimewa karena menjadi kesempatan untuk menyaksikan H.E.R. secara langsung. H.E.R. antara lain populer lewat lagu ”Best Part” yang dinyanyikan bersama Daniel Caesar, juga ”Focus”.
Saat tampil di panggung JJF 2019, H.E.R. membuktikan dia tak hanya seorang penyanyi bersuara emas, tetapi juga musisi penuh talenta. Dalam penampilan selama hampir dua jam, H.E.R. menyanyi sambil memainkan berbagai alat musik, mulai gitar, bas, kibor, hingga drum.
H.E.R. sungguh-sungguh menyuguhkan pertunjukan yang sangat musikal. Penonton ”dipaksa” hanya fokus pada atraksi musikalnya, bukan pada hal lain seperti penampilan ragawi. Sosoknya yang dikenal ”misterius” tampil bersahaja dengan baju terusan dan celana panjang, juga kacamata gelap yang menjadi ciri khasnya.
Selama pertunjukan, tak ada lampu yang khusus menyorot sosoknya, apalagi wajahnya. Hanya siluetnya yang khas, dengan rambut panjang bergelombang dan gitar ”menggantung” di tubuhnya yang terlihat ”memancar” di panggung.
Sebuah penampilan ”berkelas” Grammy. Dua minggu sebelum kehadirannya di Jakarta, H.E.R. menyabet dua Grammy di ajang Grammy Awards Ke-61 pada 11 Februari 2019. H.E.R. yang dinominasikan untuk lima kategori menyabet Best R & B Performance dan Best R & B Album.
Perjalanan ”gila”
Dalam wawancara dengan Kompas, Jumat (1/3/2019) siang di Hotel Borobudur, Jakarta, H.E.R. mengungkapkan rasa gembiranya yang belum juga habis setelah menerima Grammy. Dia tak memungkiri bahwa itu adalah saat yang sangat penting sekaligus menggembirakan dalam perjalanan kariernya.
”Sungguh itu adalah saat yang sangat istimewa. Namun, yang membuat aku sangat senang adalah setiap orang yang aku cintai ada di sana dan kami bisa berbagi momen itu bersama, memutar kembali semua momen yang telah membawa kami ke titik itu. Aku sungguh sangat bersyukur,” ungkap H.E.R. riang.
Perempuan muda itu duduk di sofa dengan santai. Meski kerap diberitakan tertutup kepada media, siang itu dia terlihat ramah. Dari balik matanya yang tertutup kacamata hitam, ada aura hangat yang memancar. Dia tak pelit tersenyum, juga tak sungkan tertawa. Sama sekali tak ada kesan sok ”diva”.
H.E.R. sepertinya sadar betul, Grammy tak serta-merta membuat kerja kerasnya berakhir. Dengan atau tanpa Grammy di tangan, perjalanannya di dunia musik tetap akan menjadi perjalanan ”gila”. ”Gila dalam arti positif. Kamu tahu, banyak sekali naik-turun dalam perjalanan ini. Namun, semua itu sekarang jadi hal yang sangat berharga. Di depan masih banyak hal yang akan terjadi. Aku harus benar-benar mempersiapkan diri,” ungkapnya.
Pulang dari Jakarta, H.E.R. akan kembali sibuk menggarap album terbaru. Ada banyak hal yang menjadi inspirasinya. ”Inspirasiku bisa datang dari mana saja. Dari orang-orang di sekitarku, terutama pengalaman personalku. Tergantung juga pada musik yang sedang aku dengarkan. Datang ke Jakarta pun bisa jadi sumber inspirasiku,” katanya dengan senyum lebar.
H.E.R. tampaknya bersungguh-sungguh. Meski baru pertama kali ke Jakarta, dia merasa senang. Saat bertandang ke sebuah mal di Jakarta, dia bertemu banyak orang yang mengungkapkan betapa mereka menyukai musik dan lirik-lirik lagunya.
Musik H.E.R. adalah musik yang berinti sari R & B, dengan nuansa kekinian yang kental. Sementara liriknya didominasi ungkapan perasaan yang kuat tentang berbagai emosi, konon banyak bersumber dari pengalaman personal H.E.R..
”Bagiku ini sangat spesial. Ini adalah apresiasi yang berbeda jika dibandingkan dengan apresiasi di Amerika. Seperti yang aku dengar, orang-orang di sini (Jakarta) memang sangat mengapresiasi musik,” katanya.
Bermimpi besar
Meski berdarah Asia, bisa berkunjung ke Asia, khususnya Jakarta, tak pernah tebersit dalam benak H.E.R.. ”Aku memang selalu bermimpi bisa keliling dunia. Aku hanya tak menyangka semua bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Ini sungguh sangat spesial bagiku,” katanya.
Sejak lahir, musik telah menjadi bagian hidup H.E.R.. Ayahnya yang berdarah Afrika-Amerika adalah seorang musisi. Sementara sang ibu yang berdarah Filipina sangat menggemari karaoke. ”Jadi selalu ada hal musikal yang terjadi di sekitarku. Aku jadi sangat suka menyanyi, memainkan alat musik, tampil, semuanya,” kata H.E.R..
Dalam perjalanan kariernya kemudian, ada banyak penyanyi dan musisi yang menjadi sumber inspirasinya. Selain sang ayah, H.E.R. sangat memuja Prince, Alicia Keys, dan Lauryn Hill.
Kecintaannya pada ketiga sosok itu jelas berjejak pada sosok H.E.R.. Pada caranya memainkan gitar, ada jejak Prince di sana. Juga pada caranya memainkan kibor, ada jejak Keys di sana. Begitu juga pada caranya berolah vokal, ada jejak Lauryn Hill di sana. Tak heran H.E.R. menjadi sosok yang komplet.
Jika kemudian dia memilih menggunakan nama panggung H.E.R. yang merupakan akronim dari Having Everything Revealed, bukan semata demi sebuah sensasi. Ini adalah cara yang dipilih H.E.R. untuk mengungkapkan kedalaman musiknya.
Identitas barunya sebagai H.E.R., dengan sosok yang tak terlalu disorot, adalah caranya untuk membuat orang fokus hanya pada musiknya. Menurut dia, saat ini orang cenderung lebih fokus pada hal-hal superfisial seperti penampilan ragawi, kadang juga hal-hal di luar musik yang digeluti.
”Orang tak peduli lagi dengan lirik-lirik yang nyata atau kisah nyata yang membuat orang merasakan sesuatu. Kadang kita kehilangan fakta bahwa musik adalah hal yang sangat indah, yang membuat orang istimewa, dan seperti itulah seharusnya. Aku ingin kita kembali ke semua itu, kembali ke otentisitasan, di mana orang membuat musik dari kedalaman hati. Itulah yang ingin aku lakukan,” katanya.
Toh, dia lagi-lagi sadar, tak mudah melakukan itu semua. Terlebih, kompetisi di dunia musik bukanlah hal ringan. ”Yang paling penting adalah tetap fokus. Menyadari apa yang membuatku bisa berada di sini, mengapa aku memulai musik, mengapa aku jatuh cinta pada musik, dan orang-orang yang sudah ada untukku. Mengapa aku menulis dan menampilkan musik yang aku sukai. Pada hal-hal itulah aku akan fokus, bukan pada hal lain,” kata H.E.R..
Pengakuan, seperti halnya Grammy, tentu sangat membanggakan. Namun, tetap saja, pada akhirnya bukan Grammy, uang, atau popularitas yang menjadi tujuannya bermusik. ”Inilah hal penting yang akan selalu kuingat saat aku melakukan seluruh kegilaan dan kompetisi ini. Dan meskipun orang cenderung melihat orang lain, sehingga kadang aku merasa harus melakukan seperti apa yang mereka lakukan, aku akan tetap fokus pada jalan yang sudah kupilih, jalan yang sudah ditetapkan untukku,” katanya.
Setiap hari, dia selalu berusaha untuk bermimpi lebih besar dan lebih besar lagi. Dia ingin bisa menyentuh dan memberi dampak pada banyak orang melalui musiknya dengan cara dan bentuk yang berbeda. ”Jadi yah, aku hanya berusaha untuk selalu bermimpi lebih besar setiap hari,” katanya optimistis.
H.E.R.
Lahir: California, Amerika Serikat, 27 Juni 1997
Penghargaan (antara lain):
Grammy untuk Best R & B Performance dan Best R & B Album
Karya:
- Mini album H.E.R. Volume 1
- Mini album H.E.R. Volume 2
- Mini album H.E.R. Volume 2: The B Sides
- I Used To Know Her: The Prelude
- I Used To Know Her: Part 2