Harry Kane, penyerang Tottenham Hotspur, kembali bersinar setelah kembali dari cedera. Kane mencetak tiga gol dalam empat pertandingan terakhir Liga Primer Inggris. Namun, pada saat bersamaan, Spurs tidak pernah menang sekali pun.
Lebih parahnya lagi, Spurs hanya menghasilkan satu poin dari empat laga sejak 23 Februari 2019. Mereka kalah dari Burnley (1-2), Chelsea (0-2), dan teranyar dari Southampton (1-2) pada laga di Stadion St Mary\'s, Sabtu (9/3/2019), serta imbang dengan Arsenal (1-1). Kane menjadi pencetak gol satu-satunya dalam seluruh laga itu.
Kami kehilangan semangat untuk bertarung
Uniknya, saat Kane absen setelah cedera di pertandingan melawan Manchester United, 14 Januari 2019, Spurs menyapu bersih kemenangan di empat pertandingan. Mereka menumbangkan Leicester City, Newcastle United, Watford, dan Fulham.
Pelatih Spurs Mauricio Pochettino menyebutkan rentetan hasil buruk, khususnya kekalahan terbaru melawan Southampton, merupakan hasil dari kepuasan diri dan kesombongan. “Kami kehilangan semangat untuk bertarung,” katanya, Sabtu kemarin.
Kehadiran penyerang nasional Inggris itu membuat skuad Spurs masuk ke dalam zona nyaman. Mereka berpikir Kane akan mempermudah kemenangan. Hal itu menjadi bumerang, karena para pemain terlalu mengandalkan striker berusia 25 tahun tersebut.
Spurs menjadi “Kane Sentris”. Sejak kembali, dia mendominasi barisan depan dengan melakukan 16 dari 53 tendangan, atau 30 persen total tendangan Spurs. Sabtu kemarin, dia mengeksekusi 8 dari 16 tendangan atau 50 persen total tendangan timnya saat kalah dari Southampton. Tidak ada pemain lain yang mendekati jumlah tendangannya.
Tanpa Kane, serangan Spurs lebih bervariasi. Dalam empat laga, mereka menendang sebanyak 64 kali. Dari jumlah itu, penendang terbanyak dibagi rata ke tiga pemain, Son Heung-min (14 tendangan), Fernando Llorente (14 tendangan), dan Cristian Eriksen (11 tendangan).
Perbedaan tampak jelas. Dengan Kane, Spurs hanya mencetak 0,75 gol per laga. Tanpa Kane, mereka menghasilkan 2 gol per laga. Dan gol berasal dari enam pemain, Tiga gol dari Heung-min, dan sisanya dari Eriksen, Llorente, Dele Alli, Harry Winks, dan Davinson Sanchez.
Kami berada dalam tekanan
Statistik itu menunjukkan lawan dengan mudah bisa mematikan Spurs. Mereka cukup menghentikan Kane. Strategi itu dilakukan Chelsea dan Arsenal. Meski Kane mencetak gol ke gawang Arsenal, gol itu berasal dari titik putih. Dia hanya menendang empat kali dalam dua laga itu.
Kane menilai kekalahan sejak dirinya kembali hanya karena pemain lain belum siap menghadapi tekanan perebutan gelar Liga Inggris. “Kami berada dalam tekanan. Untuk itu, kami harus bisa keluar dan menyelesaikan tugas kami,” kata kapten timnas Inggris tersebut.
Setelah gol Sabtu kemarin, Kane semakin mentereng dengan menembus rekor 200 gol untuk Spurs dan timnas Inggris. Sementara itu, Spurs kini dalam krisis. Sebulan lalu mereka dalam jalur perebutan juara, sedangkan saat ini mereka lebih dekat untuk keluar dari zona empat besar. (REUTERS)