BIRMINGHAM, SABTU — Hendra Setiawan (34) tampil dengan betis kanan dibebat sejak gim kedua semifinal ganda putra All England di Arena Birmingham, Inggris, Sabtu (9/3/2019). Langkahnya pincang. Namun, semangat juang akhirnya membawa Hendra bersama partnernya, Mohammad Ahsan (31), ke final kejuaraan bulu tangkis paling prestisius itu.
Di bawah dukungan penonton Indonesia yang dengan lantang selalu meneriakkan ”Indonesia!” serta bernyanyi lagu ”Garuda di Dadaku”, Hendra/Ahsan menaklukkan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang), 21-19, 21-16. Inilah final pertama All England bagi ”The Daddies”, duet pemain berstatus ayah sejak juara pada 2014.
”Tentu kami senang bisa ke final lagi, sudah lama tidak lolos ke final di sini,” kata Ahsan.
Taktik yang tepat, semangat, dan saling pengertian di antara kedua pemain yang berpartner sejak Oktober 2012 itu menjadi kunci kemenangan atas Kamura/Sonoda yang dikenal ulet.
”Saya senang, tetapi pertandingan belum selesai, masih ada final,” ujar Hendra.
Hendra/Ahsan berusaha menyerang lebih dulu dengan menguasai permainan di depan net. Dalam nomor ganda, pasangan yang bisa dominan di depan net akan lebih mudah untuk mengontrol permainan. Ini sebenarnya menjadi tugas Hendra sebagai pemain depan, tetapi Ahsan juga bermain baik ketika berada pada posisi tersebut.
Tak bisa mengimbangi lawan-lawan yang lebih muda dengan kekuatan pukulan, Hendra mengontrol permainan melalui kombinasi pukulan halus dan cepat di depan net. Ahsan, di bagian belakang lapangan, meraih poin dengan smes keras yang dilancarkan bergantian dengan drop shot. Mereka juga jeli dalam menempatkan kok ke area lapangan kosong.
Taktik itu diperkuat dengan tekad besar untuk menang meski Hendra mengalami cedera betis kanan sejak akhir gim pertama. Sambil menahan rasa sakit, meski dua kali dirawat dan dibebat sejak gim kedua, Hendra meneruskan pertandingan. Dia menahan rasa sakit itu, termasuk ketika harus mengembalikan kok sambil berlutut.
Dengan kondisi partnernya yang tidak fit, Ahsan pun menutup ruang gerak yang ditinggalkan Hendra ketika lawan berusaha mempersulit dengan menjauhkan jangkauan kok dari Hendra/Ahsan.
Hanya semangat juang yang akhirnya menjadi faktor untuk mengatasi kendala tersebut. ”Koh Hendra tetap mau berjuang. Jadi, kami harus berusaha,” kata Ahsan seperti disampaikan kepada Humas PP PBSI.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis, Herry Iman Pierngadi, yang membantu mendampingi Hendra/Ahsan, memuji sikap mereka. ”Kondisi pincang masih bisa menang. Perjuangannya luar biasa. Saya sendiri terkejut mereka bisa masuk final,” kata Herry.
Ini menjadi final kedua Hendra/Ahsan di All England setelah mereka mengalahkan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang), 21-19, 21-19, pada final 2014. Mereka memecah kebuntuan ganda putra Indonesia yang terakhir kali meraih gelar juara All England pada 2003 melalui Candra Wijaya/Sigit Budiarto.
Di final, Minggu, Hendra/Ahsan akan bertemu pemenang Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto melawan Aaron Chia/Soh Wooi Sik (Malaysia) yang bersaing pada semifinal sesi kedua yang dimulai pukul 17.00 waktu setempat atau pukul 24.00 WIB. Pertandingan kedua pasangan berlangsung pada partai kelima.
Final nanti menjadi final pertama Hendra/Ahsan dalam kejuaraan besar sejak mereka menjuarai final Super Series, Desember 2015. Setelah itu, penampilan mereka menurun, bahkan tersingkir pada penyisihan grup Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Mereka berganti pasangan pada 2017 ketika Hendra keluar dari pelatnas. Bergabung lagi pada 2018, Hendra/Ahsan kembali memulai perjalanan dengan mengikuti turnamen kategori international challenge yang berada lima tingkat di bawah BWF World Tour Super 1000, seperti All England.
Mereka memutuskan menjadi pemain profesional bersama sejak 2019. Sempat kesulitan mencari sponsor, Hendra/Ahsan akhirnya didukung produsen peralatan olahraga asal Jepang, Mizuno.
Prestasi keduanya naik lagi dengan mencapai final Indonesia Masters 2019 dan All England. Hendra/Ahsan kembali ke peringkat 10 besar dunia—saat ini di posisi ketujuh—posisi yang terakhir kali ditempati pada Desember 2016.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, dalam beberapa kali perbincangan menyebut, pembeda atlet-atlet seperti Hendra/Ahsan dan Liliyana ”Butet” Natsir dengan atlet lain adalah gairah mereka pada dunia bulu tangkis. Atlet-atlet top dunia menyebutnya sebagai passion. Faktor inilah yang membuat Hendra/Ahsan dan Butet bisa memiliki prestasi tingkat dunia untuk waktu yang lama.
Menuju sejarah
Kehadiran dua wakil ganda putra Indonesia pada semifinal mengulang momen yang terakhir kali terjadi pada 2014. Hendra/Ahsan menang atas Markis Kido/Marcus Fernaldi Gideon pada semifinal.
Kali ini, dengan berada pada paruh undian berbeda, Hendra/Ahsan dan Fajar/Rian berpeluang membuat final sesama Indonesia. Dua ganda putra Indonesia yang terakhir kali melakukan hal ini adalah Tony Gunawan/Halim Haryanto dan Candra/Sigit di final 2001. Saat itu, Tony/Halim menjadi juara.
Indonesia pun akan memperpanjang gelar ganda putra jika membawa trofi juara dari Arena Birmingham. Nomor ini menjadi milik Indonesia ketika Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Gideon, yang tersingkir pada babak pertama, menjadi juara 2017-2018.
Dengan total 20 gelar, Indonesia berada pada peringkat ketiga negara peraih gelar juara ganda putra terbanyak, yaitu sejak era Christian/Ade Candra (juara 1972) hingga Kevin/Marcus. Berada di atas Indonesia adalah Denmark (21 gelar) dan Inggris (28 gelar) yang menguasai pada 1899 hingga 1938.
Dari hasil semifinal sesi pertama, pemain lain yang lolos ke final adalah tunggal putri Tai Tzu Ying (Taiwan), Yuta Watanabe/Arisa Higashino (ganda campuran/Jepang), Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (ganda putri/Jepang), dan Kento Momota (tunggal putra/Jepang). Tai dan Watanabe/Higashino merupakan juara bertahan.