Amankah Terbang dengan Boeing 737 MAX?
Pesawat Boeing 737 MAX itu masih baru. Cuaca begitu cerah. Tidak lama setelah mengangkasa, pilot Ethiopian Airlines ET 302 itu merasakan sesuatu yang salah. Sang pilot berupaya kembali, namun mereka tidak pernah berhasil. Demikian tulis Associated Press.
Minggu (10/3/2019), Boeing 737 MAX itu jatuh sehingga mengakibatkan 157 penumpang dan awak pesawat—termasuk seorang WNI, meninggal dunia. Tidak ada seorang penumpang pun selamat. Pesawat buatan Amerika itu hanya sempat terbang selama enam menit.
Nyaris semua media besar dunia, termasuk Associated Press, mengaitkan kecelakaan ET 302 dengan jatuhnya B737 MAX 8 yang dioperasikan Lion Air pada Oktober 2018 di perairan Karawang. Dua kejadian dalam waktu dekat, dengan jenis pesawat yang sama, jelas menumbuhkan kecurigaan.
“Tapi, para penyelidik bukanlah orang yang begitu saja percaya dengan kebetulan,” ujar Profesor William Waldock, seorang ahli keselamatan penerbangan di Universitas Embry-Riddle.
Menurut Waldock, Boeing pasti akan mengamati lebih detil soal sistem manajemen penerbangan dan sistem automation pada B737 MAX. Namun, Waldock menegaskan, terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab jatuhnya ET 302.
Waldock memilih menunggu kerja penyelidik kecelakaan penerbangan yang kini memulai upaya pengumpulan data termasuk menggali data dari kotak hitam.
Baca Lagi:
Apa Kata Maskapai Amerika Tentang Boeing 737 MAX
Sementara, Alan Diehl, mantan penyelidik National Transportation Safety Board mengatakan, jelas ada kesamaan masalah yakni ketika kecelakaan itu terjadi beberapa saat setelah pesawat lepas landas. Namun, Diehl mengatakan, ada banyak kemungkinan mulai dari masalah mesin, kesalahan pilot, sabotase, tidak meratanya beban kargo pesawat hingga serangan burung.
NTSB, badan keselamatan penerbangan asal AS, dilaporkan telah menerbangkan empat anggotanya menuju Addis Ababa untuk membantu Etiopia menguak penyebab kecelakaan ini. Sebelumnya, NTSB dan Boeing juga terlibat dalam mengungkap penyebab jatuhnya Lion Air.
Jatuhnya B737 MAX tidak pelak menjadi perhatian bersama. Terlebih lagi, pesawat ini menjadi salah satu "kuda beban" di penerbangan domestik di Indonesia.
Pesawat baru
Pesawat Boeing 737 MAX tersebut juga terhitung baru. Meski sejauh ini, Boeing telah mengirim 350 unit B737 MAX ke berbagai maskapai pemesan. Sementara Boeing telah mendapatkan komitmen pembelian hingga 5.000 unit B737 MAX.
Di Amerika, pesawat itu telah diterbangkan oleh American, United dan Southwest.
Malindo Air, yang sahamnya juga dimiliki Rusdi Kirana yang juga pemilik Lion Air, ternyata menjadi maskapai penerbangan pertama di dunia yang menerima dan mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX 8 pada tahun 2017.
Pesawat itu berdimensi panjang 39,5 meter dengan bentang sayap 35,9 meter. Pesawat yang dapat mengangkut 180 penumpang itu lebih hemat bahan bakar dibandingkan pesawat sejenisnya. Penggunaan bahan bakar 737 MAX 8 bisa lebih hemat hingga 20 persen bila dibandingkan dengan Boeing 737NG.
Menurut Senior Vice President Asia Pacific and India Sales Boeing Commercial Airplanes Dinesh Keskar bunyi mesin Boeing 737 MAX 8 lebih senyap dibandingkan pesawat tipe sejenis. Karena itu, penumpang Boeing 737 MAX 8 dapat lebih nyaman menikmati perjalanannya.
Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana (Kompas, Selasa 23 Mei 2017) mengatakan, terdapat delapan Boeing 737 MAX 8 pesanan Lion Air Group yang diterima pada 2017. Sebanyak empat pesawat dipesan untuk maskapai Lion Air dan empat pesawat untuk Malindo Air.
Mengikuti jejak Lion Air, Garuda Indonesia juga mengoperasikan B737 MAX.
Jadi, amankah terbang dengan B737 MAX?
Sikap regulator
Menanggapi kejadian itu, Direktur Keselamatan dan Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Capt Avirianto, Minggu kemarin, mengatakan, regulator tidak akan terburu-buru melarang terbang pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan di Indonesia.
Ditjen Perhubungan Udara terus berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi dan Boeing mengenai kejadian ini.
Baca Lagi:
Kemenhub Periksa Boeing 737 MAX 8 Indonesia
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputera mengatakan, pihaknya terus melakukan prosedur inspeksi ekstra terhadap beberapa sistem yang diduga menjadi penyebab kecelakaan, seperti airspeed and altitude system, flight control system, dan stall management system.
Regulator penerbangan sipil di Amerika juga memilih untuk menunggu hasil penyelidikan. Menurut Reuters, regulator di Amerika mengaku belum mengetahui secara jelas penyebab jatuhnya penerbangan ET 302.
Sementara, Reuters mengutip pernyataan dari Ciajing dan China Business News, bahwa the Civil Aviation Administration of China (CAAC) telah memerintahkan penundaan penerbangan B737 MAX secara lisan. Meski kini, sejumlah pihak masih menunggu pernyataan resmi dari CAAC di situsnya.
Berdasarkan situs FlightRadar 24, tidak ada satu pun B737 MAX 8 yang boleh lepas landas di langit China pada hari Senin ini. Hanya ada dua B737 MAX 8 yang terbang pada Senin pagi karena baru saja tiba dari penerbangan internasionalnya.
Tidak ada satu pun B737 MAX 8 yang boleh lepas landas di langit China pada hari Senin ini.
Sikap dari berbagai maskapai pembeli B737 MAX tentu masih akan bermunculan. Begitu pula sikap dari berbagai regulator, yang belum tentu sama.
Bagaimana dengan sikap kita? Pilihan ada di tangan kita sendiri. Hidup ini pilihan, selalu ada kesempatan untuk memilih. Bukan hanya soal pilihan moda transportasi tetapi juga maskapai mana yang akan dipilih. Karena dengan memilih maskapai, kita paham dengan tipe pesawat mana yang akan kita gunakan untuk terbang.
Meski, industri penerbangan pun mengenal Swiss Cheese Model yang menekankan tidak pernah ada satu faktor tunggal dalam sebuah kecelakaan penerbangan.
Apapun, kata-kata Waldock tadi menarik untuk direnungkan. Waldock mengatakan, “… para penyelidik bukanlah orang yang begitu saja percaya dengan kebetulan”.
(AP/REUTERS)