BERAU, KOMPAS — Transaksi perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia kian meningkat. Peningkatan itu mestinya bisa dimanfaatkan untuk mendorong platform e-dagang lokal dan penjualan produk dalam negeri. Berdasarkan data Bank Indonesia yang dihimpun dari tiga e-dagang terbesar di Indonesia, transaksi pada Januari 2017 sebesar Rp 1,911 triliun. Pada Januari 2018, nilai transaksinya naik 85,2 persen menjadi Rp 3,539 triliun.
”Transaksi pada Januari 2019 sebesar Rp 8,582 triliun. Nilai ini meningkat 142,5 persen dibandingkan dengan Januari 2018,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Berau, Kalimantan Timur, akhir pekan lalu.
Transaksi pada Januari 2019 sebesar Rp 8,582 triliun. Nilai ini meningkat 142,5 persen dibandingkan dengan Januari 2018.
Menurut Mirza, transaksi e-dagang yang meningkat itu mestinya bisa dinikmati pelaku usaha di Indonesia.
Namun, sebagaimana dikemukakan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, saat ini kemudahan pengiriman barang dari Indonesia ke luar negeri masih menjadi persoalan yang dihadapi dalam transaksi e-dagang Indonesia.
”Laman e-dagang besar sudah bisa dibuka di luar negeri. Tapi, saat pembeli ingin membeli barang yang tersedia di situ, masih belum bisa. Kesulitannya pada pengiriman barang ke luar negeri,” kata Onny.
Jika akses atau pengiriman barang dari Indonesia ke luar negeri masih sulit dilakukan dalam waktu singkat, penjualan produk lokal ke luar negeri menjadi terhambat. Akibatnya, calon konsumen dari luar negeri enggan membeli barang dari Indonesia.
Selama ini, pemerintah berupaya mengajak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memasarkan produk secara dalam jaringan. Penjualan produk UMKM, misalnya melalui laman daring, diyakini akan memperluas pasar. Produk itu tak hanya akan dikenal di dalam negeri, tetapi juga hingga ke luar negeri.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Ricky Satria menambahkan, masih ada kekhawatiran dari pelaku UMKM yang memasarkan produk di laman daring. Kekhawatiran itu perihal kemungkinan produk dan desainnya ditiru pelaku usaha lain.
Pembayaran
Peningkatan transaksi e-dagang ini sudah diperkirakan perbankan, sebagai penyedia layanan pembayaran belanja konsumen melalui e-dagang.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengakui, BCA meyakini e-dagang akan terus berkembang. Maka, BCA menyediakan layanan perbankan bagi konsumen yang akan membayar transaksi e-dagang.
”Ada produk kami yang memudahkan konsumen membayar berbagai transaksi di e-dagang,” ujar Jahja di Jakarta, Minggu (10/3/2019).
Di layanan perbankan internet BCA ada kanal pembayaran e-commerce. Di kanal itu terdapat kategori market place atau pasar dalam jaringan. Konsumen yang berbelanja di sejumlah laman daring bisa membayar transaksi belanja melalui layanan tersebut. Laman daring yang ada di kanal itu antara lain Tokopedia, Blibli.com, Blanja.com, OLX.co.id, dan Lazada.
Terkait dengan sistem pembayaran, Onny menyampaikan, BI sedang menyempurnakan aturan mengenai standar kode baca cepat atau QR Code.
Dalam kesempatan itu, Mirza menyampaikan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga diproyeksikan meningkat tahun ini. Keduanya akan menopang pertumbuhan ekonomi 2019, yang diperkirakan BI pada kisaran 5-5,4 persen.
Konsumsi rumah tangga yang pada 2017 tumbuh 4,94 persen dan pada 2018 tumbuh 5,05 persen diperkirakan tumbuh 5,1-5,5 persen pada tahun ini. (IDR)