Upaya damai di Rakhine, Myanmar, masih menemui tantangan seiring dengan tingginya intensitas serangan kelompok pemberontak.
YANGON, MINGGU— Serangan kelompok pemberontak Tentara Arakan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (9/3/2019) malam, menewaskan sedikitnya sembilan polisi Myanmar. Sebagian besar wilayah Rakhine pun berpotensi menjadi area kontak senjata.
Serangan tersebut terjadi hanya beberapa minggu setelah militer mengumumkan gencatan senjata sepihak terhadap kelompok-kelompok etnis bersenjata di Myanmar.
Serangan pada Sabtu malam itu terjadi sekitar 50 kilometer arah utara ibu kota Rakhine, Sittwe, tepatnya di sepanjang jalan utama yang menghubungkan kota tersebut dengan seluruh wilayah Myanmar.
Saat peristiwa baku tembak berlangsung, penduduk desa mendengar suara tembakan para pemberontak yang menyerang sebuah pos polisi di Desa Yoe Ta Yoke. Seorang warga desa berusia lima puluhan tahun mengatakan, dua polisi yang ditempatkan di pos itu selamat dari serangan.
”Pertempuran berlangsung sekitar 20 menit,” kata penduduk desa yang meminta namanya tidak disebutkan itu. Serangan tersebut berlangsung setelah pukul 23.00. ”Saya berada di desa pada waktu itu dan mendengar suara tembakan, tetapi penduduk desa tidak melarikan diri.”
Kementerian Informasi Myanmar mengatakan melalui halaman Facebook-nya bahwa sembilan polisi yang semuanya direkrut dari desa terdekat dipastikan tewas dan seorang polisi lainnya masih hilang hingga hari Minggu (10/3).
”Sekitar 60 anggota kelompok teroris AA (Tentara Arakan) menyerang menggunakan senjata kecil dan besar,” demikian pernyataan Pemerintah Myanmar.
Dalam pernyataan terpisah, Minggu (10/3), militer Myanmar mengatakan, pasukan terlibat kontak senjata pada hari Sabtu dengan sekitar 200 orang dari Tentara Arakan di beberapa lokasi yang berbeda, di sepanjang perbatasan Myanmar dengan Bangladesh.
Meningkat
Sejak Desember 2018, kelompok pemberontak Tentara Arakan sering terlibat baku tembak dengan pasukan keamanan Myanmar. Pada Januari 2019, misalnya, serangan serupa terjadi di utara dan menewaskan 13 polisi.
Para pemimpin di Myanmar bertekad menghancurkan para pemberontak yang memperjuangkan otonomi bagi Rakhine. Bentrokan pun telah menyebar ke daerah-daerah baru, memaksa lebih dari 5.000 warga meninggalkan tempat tinggalnya.
Pihak berwenang menyatakan, sebagian besar wilayah utara di Rakhine terlarang bagi mayoritas lembaga pemasok bantuan kemanusiaan.
Pada tahun 2017, serangan pemberontak dari kalangan Rohingya terhadap pos keamanan memicu tindakan keras militer di negara bagian tersebut.
Akibatnya, lebih dari 730.000 orang mengungsi ke kamp-kamp di Distrik Cox Bazar di negara tetangga, Bangladesh, dan memicu krisis kemanusiaan yang hingga saat ini belum terpulihkan. (REUTERS/AFP/AP/ADH)