Makin Banyak Orang Muda Terkena Serangan Jantung
Secara keseluruhan, tingkat serangan jantung di Amerika Serikat menurun. Namun, jumlah orang muda, berumur 20-an tahun atau 30-an tahun, yang mengalami serangan jantung justru meningkat. Studi lain menunjukkan, peningkatan serangan jantung pada anak muda itu lebih tinggi terjadi pada perempuan.
Meski berusia muda, mereka menghadapi risiko pascaserangan jantung yang sama seperti serangan jantung yang dialami penduduk berumur tua, termasuk kematian. Karena itu, pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular juga perlu diintensifkan pada penduduk muda.
Banyaknya orang muda yang mengalami serangan jantung itu diperoleh dari studi terhadap 2.100 pasien serangan jantung di salah satu rumah sakit di Amerika Serikat, antara tahun 2000 dan 2016. Sebanyak 20 persen pasien serangan jantung itu berumur kurang dari 40 tahun. Selama 10 tahun terakhir studi, proporsi pasien berumur kurang dari 40 tahun naik sekitar 2 persen per tahun.
Ron Blankstein, salah satu peneliti dari Rumah Sakit Brigham and Women’s di Boston, AS, mengatakan, pada masa lalu, sangat jarang terdapat pasien serangan jantung berumur kurang dari 40 tahun. Kini, banyak di antara pasien itu berumur 20-an tahun dan 30-an tahun.
”Sepertinya kita bergerak ke arah yang keliru,” katanya, seperti dikutip Livescience, Kamis (7/3/2019).
Repotnya, meski mereka berusia muda, potensi mengalami berbagai gangguan kardiovaskular dan kematian akibat serangan jantung yang mereka alami sama besarnya dengan mereka yang berumur lebih dari 40 tahun. Itu berarti, usia muda tidak menjamin mereka mendapat perlindungan alami dari serangan jantung.
Meski mereka berusia muda, potensi mengalami gangguan kardiovaskular dan kematian akibat serangan jantung yang mereka alami sama besarnya dengan mereka yang berusia lebih dari 40 tahun.
Dalam studi tersebut, pasien serangan jantung berumur kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun sama-sama memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti diabetes melitus, tekanan darah tinggi, merokok, dan riwayat keluarga dengan serangan jantung.
Hal yang membedakan, pasien berumur kurang dari 40 tahun cenderung lebih banyak menyalahgunakan penggunaan narkoba, termasuk ganja dan kokain. Sebanyak 18 persen pasien berumur kurang dari 40 tahun melaporkan penyalahgunaan zat adiktif tersebut dibandingkan pada pasien berumur lebih dari 40 tahun sebanyak 9 persen.
Situasi itu menunjukkan, penggunaan narkoba dan zat adiktif lainnya turut meningkatkan risiko serangan jantung pada penduduk usia dewasa muda. Namun, dugaan itu membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Temuan lain menunjukkan, pasien serangan jantung berumur muda lebih sedikit mengonsumsi aspirin dan statin pasca-mengalami serangan jantung. Dokter kemungkinan kurang merekomendasikan kedua obat itu pada pasien serangan jantung berusia muda karena umur mereka.
Menurut situs Harvard Health Publishing, Sekolah Kedokteran Harvard di health.harvard.edu, aspirin membantu meminimalkan pembekuan darah akibat pecahnya plak di dalam pembuluh darah. Pecahnya plak itulah yang memicu serangan jantung. Namun, sembari mengonsumsi aspirin, orang dengan serangan jantung harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan darurat.
Sementara dari studi yang dilakukan sejumlah peneliti Inggris dari Imperial College London dan Universitas Glasgow, Skotlandia, Inggris, menunjukkan, statin mengurangi kolesterol tinggi dan risiko penyakit jantung pada pasien dengan kadar kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) tinggi, lebih dari 190 miligram per desiliter (mg/dL).
”Konsumsi harian 40 mg pravastatin, jenis statin yang relatif lemah, mengurangi kematian akibat penyakit jantung hingga 28 persen,” kata Kausik Ray, pimpinan studi yang merupakan profesor di Imperial College London, seperti dikutip sciencedaily.com, 6 September 2017.
Konsumsi harian 40 mg pravastatin, jenis statin yang relatif lemah, mengurangi kematian akibat penyakit jantung hingga 28 persen.
Perempuan
Studi lain menunjukkan, serangan jantung yang makin banyak terjadi pada penduduk muda itu mengalami peningkatan signifikan pada kelompok perempuan muda.
American Heart Association (AHA) atau Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Amerika Serikat pada 12 November 2018 menyebut studi internasional antara 1995 dan 2014 menunjukkan pasien serangan jantung usia muda, antara 35 tahun dan 54 tahun, naik dari 27 persen menjadi 32 persen. Studi itu melibatkan lebih dari 28.000 pasien serangan jantung yang dirawat di rumah sakit di sejumlah negara.
Selama ini, penyakit jantung dianggap sebagai penyakit laki-laki tua karena serangan jantung pada perempuan memang lebih sedikit terjadi. Perempuan memiliki gaya hidup lebih sehat dibandingkan laki-laki, baik dari jumlah asupan makanan yang lebih sedikit hingga kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebih yang memang lebih rendah dibandingkan laki-laki (Kompas, 2 Januari 2016).
Kini, jumlah perempuan dan muda yang mengalami serangan jantung terus naik. Dari studi yang dipimpin Sameer Arora, ahli kardiologi dari Sekolah Kedokteran Universitas Carolina Utara, AS, menunjukkan, perempuan muda yang mengalami serangan jantung selama 1995-2014 itu naik dari 21 persen menjadi 31 persen. Kenaikan itu lebih besar dibandingkan pertumbuhan pasien serangan jantung laki-laki muda.
Kenaikan itu diduga karena perempuan muda kurang mendapat terapi penurunan kolesterol dibandingkan laki-laki. ”Gangguan kardiovaskular pada perempuan tidak dikelola dengan cara yang sama yang dilakukan terhadap laki-laki,” katanya seperti dikutip dari heart.org.
Perbedaan tata laksana itu, salah satunya berupa gangguan nyeri dada pada perempuan yang datang ke unit gawat darurat rumah sakit kurang dianggap berisiko tinggi. Selain itu, tanda serangan jantung pada perempuan lebih sering muncul dengan pola atipikal atau tidak sama dengan gejala serangan jantung yang umum pada laki-laki.
Situasi itu membuat diagnosis dan penanganan serangan jantung pada perempuan menjadi kurang tepat hingga memicu perawatan yang buruk. ”Penyakit pembunuh nomor satu pada perempuan itu adalah penyakit jantung, bukan kanker payudara atau kanker rahim,” ujarnya.
Kenaikan jumlah perempuan muda yang menderita serangan jantung itu sejalan dengan kecenderungan perempuan mengalami tekanan darah tinggi dan diabates yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Karena itu, salah satu upaya pencegahan penyakit jantung pada perempuan, sama seperti pada pasien laki-laki, adalah menjaga berat badan, aktif bergerak dan berolahraga.
”Kesibukan menjalani dua tugas sekaligus, bekerja dan mengurus keluarga, membuat banyak perempuan mengabaikan kesehatannya sendiri,” kata Ileana L Piña, profesor kedokteran dan epidemiologi Pusat Kedokteran Montefiore, New York, AS, yang tidak terlibat dalam studi.