Powell: Trump Tak Bisa Pengaruhi Suku Bunga The Fed
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) Jerome Powell menyatakan, serangan politik oleh Presiden Donald Trump tidak berperan dalam keputusan The Fed pada Januari yang mengisyaratkan bahwa pihaknya berencana mengambil jeda dalam menaikkan suku bunga. Dalam wawancaranya pada Minggu (10/3/2019), Powell juga menyatakan dirinya tidak dapat dipecat oleh presiden dan dia bertekad menjalani masa tugas sebagai gubernur secara penuh selama empat tahun.
Dalam sebuah wawancara dengan media CBS dalam program ”60 Minutes”, Powell mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa The Fed memutuskan menghentikan kenaikan suku bunganya pada Januari setelah menaikkan suku bunga empat kali tahun 2018. Hal itu adalah karena ekonomi global melambat dan risiko lain terhadap ekonomi AS yang meningkat.
The Fed mengatakan, pihaknya berencana untuk ”bersabar” dalam memutuskan kapan harus mengubah tingkat suku bunganya lagi. Diminta untuk mendefinisikan kata bersabar itu, Powell berkata, ”Sabar berarti bahwa kita tidak merasa terburu-buru untuk mengubah kebijakan suku bunga kita.”
Powell mengatakan, The Fed merasa kebijakan suku bunganya ”berada di tempat yang sangat baik saat ini” dengan suku bunga acuan pada kisaran 2,25-2,5 persen. Menurut Powell, kisaran suku bunga acuan itu adalah ”hampir netral”. Hal ini berarti, kebijakan The Fed di tingkat itu tidak merangsang ataupun sebaliknya menahan pertumbuhan ekonomi.
”Kami pikir itu adalah level yang tepat untuk ekonomi yang memiliki tingkat pengangguran terendah dalam 50 tahun, yang memiliki inflasi tepat pada sasaran 2 persen kami, yang telah kembali secara signifikan ke kesehatan (ekonomi) yang baik,” ucap Powell.
Powell mengatakan dalam tiga bulan terakhir, The Fed telah melihat semakin banyak bukti tentang perlambatan pertumbuhan global dengan aktivitas yang lebih lambat di China dan Eropa. Disebutkan juga potensi ancaman dari peristiwa seperti Brexit, rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
”Kami telah mengatakan bahwa kami akan menunggu dan melihat bagaimana kondisi itu berkembang sebelum kami melakukan perubahan pada kebijakan suku bunga kami dan itu berarti sabar,” kata Powell.
Kami tidak akan pernah mempertimbangkan politik.
Powell menambahkan, meskipun ada kritik dari luar, The Fed akan selalu membuat keputusan berdasarkan apa yang dianggap benar untuk ekonomi rakyat Amerika. Itu artinya, pertimbangan politik tidak masuk dalam pertimbangan. ”Kami tidak akan pernah mempertimbangkan politik,” katanya.
Bursa Asia menguat
Sementara itu, dari pasar keuangan awal pekan ini, Senin (11/3/2019), bursa saham Tokyo dibuka lebih tinggi. Para pelaku pasar menyisir saham-saham yang harganya turun pada pekan lalu di tengah meluapnya kekhawatiran tentang ekonomi global. Kekhawatiran itu muncul setelah lemahnya data angka pekerjaan AS dan buruknya proyeksi ekonomi global yang mendorong penurunan bursa saham AS pekan lalu.
Indeks acuan Nikkei 225 naik 0,18 persen (37,87 poin) menjadi 21.063,43 pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks Topix naik 0,10 persen (1,59 poin) menjadi 1.574,03. Dollar AS berada pada level 111,06 per yen di awal perdagangan Asia.
Data AS menunjukkan, penciptaan lapangan kerja terhenti pada Februari. Ini menjadi sentimen negatif setelah Bank Sentral Uni Eropa memangkas perkiraan pertumbuhan dan inflasi, serta China memasang target pertumbuhan paling lambat dalam tiga dekade.
”Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global, perdagangan dinilai mengalami kegugupan di pasar Jepang karena para pelaku pasar akan mengawasi indeks Shanghai, sementara beberapa dari mereka memburu harga murah setelah penurunan tajam pada hari Jumat,” kata Yoshihiro Ito, kepala strategi di Okasan Online Sekuritas.
Di Tokyo, saham-saham produsen mobil lebih tinggi, seperti terlihat pada Toyota yang naik 0,75 persen, Nissan naik 0,44 persen, dan Honda naik 0,45 persen. (AP/AFP)