NAIROBI, KOMPAS — Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan yang ke-4 di Nairobi, Kenya diwarnai suasana duka. Para delegasi dari berbagai negara memulai pertemuan pada Senin (11/3/2019) dengan menghormati para korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines sehari sebelumnya.
Penghormatan kepada para korban jatuhnya pesawat itu dipimpin Siim Kiisler, Menteri Lingkungan Estonia yang juga Presiden Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan (UN Environment Assembly/UNEA) yang ke-4. “Mari kita berdiri untuk menghormati para korban yang tengah dalam perjalanan menuju ke sini (Nairobi),” kata Kiisler.
Setelah penghormatan yang berlangsung sekitar dua menit itu, sidang kembali dilanjutkan dengan mendengarkan pendapat perwakilan menteri lingkungan hidup berbagai negara dan pimpinan PBB. Semua delegasi memulai pidatonya dengan menyatakan belasungkawa terhadap para korban.
Maimunah Sharif, Kepala Kantor PBB di Nairobi (UN Office in Nairobi/UNON) yang juga Direktur Eksekutif UN Habitat mengatakan, sedikitnya 22 staf PBB turut menjadi korban dalam kecelakan pesawat yang menewaskan 157 korban jiwa tersebut.
“Saya berdiri di sini di hari pertama UNEA, yang secara resmi hari ini juga menandai tragedi,” kata dia memulai pidatonya.
“Kami tidak akan melupakan tragedi ini, tidak juga para korban. Mari kita menghormati sejenak terhadap para koleg kita yang telah melakukan perjalanan dan bekerja jauh dari rumah mereka dan orang-orang tercinta untuk mewujudkan dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.”
Pesawat Ethiopian Airlines ET 302 berangkat dari Addis Ababa pada Minggu (10/3) pukul 08.44 waktu setempat dan dijadwalkan mendarat di Nairobi pada hari yang sama pukul 10.25 waktu setempat. Namun pesawat ini jatuh enam menit setelah lepas landas.
Staf PBB
Menurut data Departemen PBB untuk Keamanan dan Keselamatan (UN Department of Safety and Security) di Kenya, 19 staf PBB yang menjadi korban itu terdiri dari 7 orang staf World Food Programme (WFP), 2 orang dari Office of the High Commissioner on Refugees (UNHCR), dan 2 orang dari International Telecommunications Union (ITU).
The Food and Agriculture Organization (FAO), International Organization for Migration (IOM), World Bank and UN Assistance Mission in Somalia (UNDOM) masing-masing kehilangan satu stafnya. Sedangkan UNON kehilangan 6 stafnya.
Salah satu korban tewas ini diketahui berasal dari Indonesia, Harina Hafitz, merupakan staf WFP yang berkantor di Roma.
Melalui pernyataan tertulis, Direktur Eksekutif WFP David Beasley menyampaikan bela sungkawa dan kesedihan mendalam atas meninggalnya beberapa staf WFP dalam kecelakaan pesawat tersebut. "Saat kita berkabung, mari kita kenang bahwa kolega-kolega kita berencana bepergian dan bekerja meninggalkan rumah dan orang-orang terdekat mereka untuk membantu menciptakan dunia yang lebih baik," kata Beasley.
Ia menyebutkan, ada tujuh staf WFP yang menjadi korban dalam kecelakaan Ethiopian Airlines. Selain Harina Hafitz dari Indonesia, keenam staf WFP itu berasal dari Nepal, Italia (dua orang), China, Irlandia, dan Serbia. (*/SAM)