10 Wilayah Ekspansi Politik Terbesar Milenial
Pada Pemilu 2019, tidak semua daerah pemilihan memberikan ruang lebar bagi para calon anggota legislatif yang tergolong kaum milenial. Dari 80 daerah pemilihan, hanya 10 wilayah saja jumlah calon anggota legislatif milenialnya dominan. Bagian terbesar wilayah masih dikuasai calon anggota legislatif kelompok usia tua, di atas 50 tahun.
Secara keselurahan, dari total sekitar 4.981 calon anggota legislatif beridentitas lengkap yang akan bertarung di 80 daerah pemilihan (Dapil) seluruh Indonesia, teridentifikasi hanya sebanyak 1.415 calon anggota legislatif (28,4 persen) masuk dalam kelompok milenial.
Artinya, dalam porsi mayoritas (71,6 persen) merupakan kalangan selain milenial, mereka berusia 40 tahun ke atas. Rinciannya, sebanyak 34,5 persen merupakan calon anggota legislatif berusia antara 40-50 tahun, dan sisanya (37,1 persen) merupakan calon anggota legislatif berusia di atas 50 tahun.
Konfigurasi semacam itu semakin menguatkan kesan bahwa Pemilu 2019 masih bukan menjadi milik kaum milenial. Apabila tidak terjadi suatu perubahan radikal, peluang kaum muda milenial mewujudkan suksesi kepemimpinan politik melalui pemilu kali ini tampaknya kecil terjadi. Tampak jelas, bahawa arena politik di negeri ini masih menjadi ruang penguasaan politisi kalangan berusia tua, khususnya mereka yang berusia di atas 50 tahun.
Apabila dielaborasi lebih jauh, distribusi kehadiran para calon anggota legislatif memang tampak timpang di sebagian besar wilayah pemilihan. Sebagai gambaran, sebanyak 69 dari 80 daerah pemilihan yang dikaji (86,3 persen) menunjukkan proporsi kaum milenial masih di bawah kelompok usia lainnya.
Bahkan, pada sebagian wilayah tergolong sangat minim, kaum milenial menjadi minoritas. Terendah, ada pada daerah pemilihan Jawa Barat 7. Dapil dengan jumlah pemilih terbesar, meliputi Kabupaten Karawang, Bekasi, dan Purwakarta tersebut hanya terdapat 5 dari 82 calon anggota legislatif (6,1 persen) yang tergolong kaum milenial.
Selain Dapil Jawa Barat 7, terdapat tujuh daerah lain dengan jumlah calon anggota legislatif yang minim, jauh di bawah rata-rata keseluruhan dapil. Pada wilayah tersebut, proporsi kalangan tua sangat mendominasi, beberapa wilayah bahkan di atas 50 persen (Grafik 1).
Akan tetapi, hasil kajian ini juga menunjukkan tidak seluruhnya kaum milenial tersingkirkan. Pada 10 daerah pemilihan, terbukti calon anggota legislatif milenial tampak dominan, terbanyak di antara kelompok usia lainnya.
Provinsi Kalimantan Utara menjadi daerah pemilihan dengan jumlah dan proporsi calon anggota legislatif terbanyak. Pada Dapil ini, 48,1 persen caleg didominasi kalangan muda milenial. Proporsi tersebut jauh di atas kalangan usia lainnya. Kaum politisi tua berusia di atas 50 tahun pun tidak mampu mendekati banyaknya jumlah calon anggota legislatif milenial. Apabila kondisi persaingan di antara para peserta pemilu berjalan normal, peluang kaum muda menguasai ruang politik legislatif di Kalimantan Utara sangat besar.
Selain Kalimantan Utara, proporsi calon anggota legislatif milenial terbesar terjadi di Dapil Kalimantan Barat 2. Pada wilayah yang meliputi Kabupaten Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Sekadau, dan Melawi tersebut sekitar 42,4 persen calon anggota legislatifnya tergolong milenial.
Besaran peluang kiprah politik kaum milenial di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat 2 menarik dicermati, terutama dikaitkan dengan dominasi kalangan tua yang umumnya terjadi pada bagian terbesar dari daerah pemilihan di negeri ini. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, kondisi demikian menjadi suatu pemakluman. Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat 2 merupakan wilayah pertarungan politik yang baru terbentuk. Sebagai daerah pemilihan pemilu yang baru terbentuk, arena persaingan masih terbuka bagi siapa pun yang siap berkompetisi.
Pada arena politik baru semacam ini, oligarki politik kaum politisi tua belum terbangun kokoh yang sekaligus memperbesar peluang kaum muda milenial. Terbukti, di Kalimantan Utara hanya 7 persen saja calon anggota legislatif “wajah lama” yang kembali bersaing memperebutkan kursi DPR. Bahkan, di Kalimantan Barat 2 hanya 3,7 persen wajah lama sekaligus menempatkan wilayah ini sebagai dapil yang paling sedikit menampilkan calon anggota legislatif wajah lama.
Selain Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat 2, Dapil Jawa Timur 11 juga menjadi wilayah politik dengan jumlah milenial terbanyak. Pada wilayah yang meliputi seluruh kabupaten di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) tersebut juga tidak kalah menarik untuk dicermati. Pasalnya, sebanyak 43,2 persen calon anggota legislatif dari Madura berusia muda, di bawah 40 tahun. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih banyak dari jumlah politisi tua, berusia di atas 50 tahun.
Wajah-wajah muda milenial di Madura menjadi suatu fenomena yang tidak kalah menarik dicermati. Pada wilayah politik yang selama ini dikenal cenderung konservatif ini justru mulai menampilkan sisi baru melalui kemunculan para calon anggota legislatif muda. Salah satu penyebab yang memperkuat temuan semacam ini tampaknya tidak lepas dari kondisi perubahan yang terjadi pada partai politik, khususnya PPP dan PKB, dua partai yang menjadi penguasa di Madura.
Dalam kajian terdahulu, terpaparkan bagaimana pada kedua partai tersebut memberikan ruang politik yang besar terhadap kiprah kalangan muda milenial yang ditunjukkan dengan besarnya proporsi calon anggota legislatif milenial pada kedua partai tersebut. Orientasi politik kedua partai yang berubah tersebut tampaknya selaras dengan perubahan di tingkat lokal, dapil yang menjadi basis kekuatan kedua partai.
Apalagi, jika diperluas perubahan orientasi tidak hanya terjadi di Madura saja. Wilayah Jawa Timur sebelah utara hingga tapal kuda, yang menjadi basis kekuatan politik PKB dan PPP juga memberikan ruang politik yang luas bagi kalangan muda milenial. Selain Madura (Dapil Jatim 11), terbanyak di Bojonegoro, Tuban (Jatim 9), Lamongan, Gresik (Jatim 10), Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo (Jatim 3), dan wilayah Jatim 4 yang meliputi Lumajang, Jember. (Grafik 2).
Dengan dukungan partai politik semacam ini, dapat dikatakan bahwa dari seluruh daerah pemilihan di negeri ini hanya pada 10 daerah pemilihan yang besar jumlah milenialnya saja sirkulasi dan kaderisasi kepemimpinan politik paling berprospek cerah. (BESTIAN NAINGGOLAN/LITBANG KOMPAS)