JAKARTA, KOMPAS Anjloknya kereta komuter relasi Jatinegara-Bogor KA 1722 di Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat, didorong menjadi momentum bagi penataan kawasan lokasi kecelakaan. Selain itu, pihak berwenang juga diminta terbuka mengungkap kepada publik pemicu anjloknya kereta. Dua hal tersebut jika terwujud diyakini dapat meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan serupa pada masa mendatang di Kebon Pedes ataupun lokasi lain.
Perbaikan prasarana perkeretaapian yang rusak akibat tergelincirnya KA 1722 akhirnya selesai pada Senin (11/3/2019) siang. Setelah evakuasi kereta yang tergelincir, PT KAI Daop I Jakarta mengerahkan setidaknya 200 orang untuk memperbaiki jaringan kabel listrik aliran atas (LAA), jalur rel, dan tiang LAA yang rusak.
Senior Manager Humas PT KAI Daop I Edy Kuswoyo, Senin, menyampaikan, pada pukul 14.22 kedua jalur di Kebon Pedes, Bogor, sudah bisa dilewati. Setelah perbaikan jaringan sinyal telekomunikasi, kabel LAA, dan rel, kereta rel listrik (KRL) mulai diuji coba dengan kecepatan 20 kilometer per jam. Jalur kemudian dinyatakan aman untuk digunakan pada Senin sore.
Edy mengklaim, kejadian kereta tergelincir di Kebon Pedes merupakan insiden pertama kali setidaknya dalam lima tahun terakhir. Terkait penyebab kereta tergelincir dan menabrak tiang LAA, PT KAI Daop I selaku pemilik prasarana perkeretaapian menyerahkan investigasi kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Guna mengantisipasi kejadian serupa, PT KAI mengintensifkan pengecekan prasarana di daerah rawan ambles, banjir, dan longsor. Menurut data PT KAI Daop I, daerah rawan ambles di Rangkasbitung, Citeras, hingga Tigaraksa.
Daerah rawan banjir berada di Merak, Ancol, Jatinegara, dan Cikampek. Sementara daerah rawan longsor terletak di Cikeusal, Jambu Baru, Cilejet-Rawabuntu, Citayam, Cilebut-Bogor, dan Bogor-Sukabumi. ”Perawatan prasarana dan pengecekan jalur setelah ini lebih diintensifkan,” kata Edy.
Vice President Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia Eva Chairunisa menambahkan, PT KCI memberikan fasilitas kesehatan untuk memastikan membaiknya kondisi masinis KA 1722, Yakub Agung (31) dan Danang, petugas pelayanan kereta yang turut terluka saat kecelakaan. Keduanya diperbolehkan pulang dari RS Salak, Bogor, kemarin. Diharapkan dari Yakub ada keterangan terkait pemicu kecelakaan. Publik menunggu kesaksian Yakub.
Butuh penataan
Kebon Pedes, lokasi anjloknya KA 1722, adalah kawasan padat di antara Stasiun Cilebut dan Stasiun Bogor. Di kawasan yang masuk wilayah Tanah Sareal, Kota Bogor, ini terdapat pelintasan sebidang yang ramai oleh lalu lalang warga serta kendaraan bermotor.
”Jalan Kebon Pedes ini vital. Sekarang makin macet karena badan jalan sempit, terhalang perjalanan KRL yang melintas lima menit sekali dan perilaku pengguna jalan yang tidak disiplin. Kalau pagi dan sore, ujung antrean kendaraan bisa mencapai 1 sampai 1,5 kilometer dari pelintasan,” kata Sekretaris Kecamatan Tanah Sareal Abdul Hakim.
Terkait kecelakaan akibat KRL, menurut Abdul Hakim, seingatnya pada 2018 ada lima kecelakaan warga tersambar KRL yang melintas. ”Kalau kendaraan yang tertabrak, ada satu kali,” ujarnya.
Pembangunan jalan layang atau terowongan untuk menghindari pelintasan sebidang di Kebon Pedes adalah kebutuhan masyarakat yang diharapkan cepat dipenuhi pemerintah. Tuntutan penataan serupa sebenarnya juga banyak ditemui di banyak pelintasan sebidang lain di Jabodetabek yang dilewati relasi kereta komuter. (RTS/DEA/E18/E22)