Pegrafis Dalam Negeri Perlu Banyak Belajar dari Pegrafis Luar Negeri
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjurian tahap satu atau babak penyisihan Triennial Seni Grafis Indonesia VI yang digelar Bentara Budaya berhasil menjaring 50 karya dari total 307 karya seni grafis yang masuk. Dari 50 karya pilihan tersebut, sebanyak 40 karya berasal dari luar negeri dan sisanya sebanyak 10 karya dari Indonesia.
Sejak kompetisi tiga tahunan ini dibuka awal Oktober 2018, tim dewan juri sudah mengidentifikasi fenomena di mana karya-karya seni grafis yang masuk justru sebagian besar adalah karya-karya para pegrafis luar negeri.
”Bentara Budaya telah berupaya keras untuk mendorong minat dan semangat para pegrafis Indonesia untuk berkarya lebih maju sejak 2003. Namun, karya-karya pegrafis kita memang masih kurang baik dari sisi teknis maupun ide,” kata Dewan Juri Triennial Seni Grafis Indonesia VI sekaligus kurator Bentara Budaya, Ipong Purnama Sidhi, Senin (11/3/2019), di Jakarta.
Karya-karya pegrafis kita memang masih kurang baik dari sisi teknis maupun ide.
Menurut Ipong, saat ini pembelajaran seni grafis di perguruan-perguruan tinggi seni cenderung kurang berkembang. Padahal, beberapa perguruan tinggi seni sebenarnya memiliki perangkat mesin cetak seni grafis, seperti Institut Teknologi Bandung, Institut Kesenian Jakarta, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
”Faktor yang paling pokok terletak pada dosen atau pengajar yang kurang memberi ruang kepada mahasiswa-mahasiswanya untuk bereksperimen dengan teknik-teknik seni grafis yang bermacam-macam, seperti etsa, litho, dan alugrafi (cetak dasar menggunakan aluminium), dan sebagainya. Teknologi-teknologi seni grafis kita ketinggalan jauh dari Thailand, India, China, Jepang, dan sebagainya. Di Yogyakarta, para pegrafis paling banter hanya membuat cukilan kayu dengan teknik-teknik yang masih primitif,” paparnya.
Belajar dari realitas bahwa seni grafis nasional masih sangat jauh ketinggalan dibandingkan dengan karya-karya seni grafis luar negeri, Bentara Budaya berharap perhelatan TriennialSeni Grafis Indonesia dapat menjadi ajang pembelajaran para pegrafis nasional kepada para pegrafis profesional mancanegara.
Bentara Budaya berharap perhelatan Triennial Seni Grafis Indonesia dapat menjadi ajang pembelajaran para pegrafis nasional kepada para pegrafis profesional mancanegara.
”Keikutsertaan pegrafis-pegrafis internasional tersebut bertujuan membangkitkan daya saing dan kualitas para pegrafis Indonesia,” kata Direktur Program Bentara Budaya Frans Sartono.
Pengumuman April
Pada Senin (11/3/2019), Dewan Juri Triennial Seni Grafis VI telah menilai 50 karya yang terpilih pada babak semifinal. Adapun pengumuman karya terbaik 1, 2, dan 3 akan disampaikan pada 11 April 2019. Para pegrafis yang tiga karyanya terpilih sebagai karya terbaik berkesempatan mengikuti pameran di empat lokasi Bentara Budaya (Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Denpasar).
Sekitar 150 pegrafis yang turut serta dalam kompetisi internasional ini berasal dari 22 negara, antara lain China, Jepang, Thailand, India, dan Polandia. Tiga tahun lalu, kompetisi internasional Triennial Seni Grafis Indonesia V diikuti 198 pegrafis dari 20 negara dengan jumlah karya mencapai 355 buah.
Sejak Triennial Seni Grafis Indonesia V, Bentara Budaya memperluas jangkauan dengan menjadikan perhelatan tersebut berskala internasional. Mulai tiga tahun lalu, para pegrafis dari sejumlah negara bergabung, mulai dari Argentina, Australia, Belgia, Brasil, Bulgaria, China, Italia, India, Jepang, Jerman, Kanada, Kroasia, Kolombia, Mesir, Peru, hingga Serbia.
Bentara Budaya rutin menggelar Triennial Seni Grafis Indonesia sejak 2003. Inilah komitmen Bentara Budaya dalam mendukung perkembangan seni grafis dan seni cetak grafis di Indonesia.