Perlambatan Ekonomi Global Berlanjut, Risiko Dapat Meningkat
Oleh
Karina Isna Irawan
·2 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Perlambatan ekonomi global ini diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini dengan risiko yang dapat meningkat. Pemerintah Indonesia terus mewaspadai dampak tekanan global terhadap perekonomian domestik.
“Risiko momentum penurunan masih akan berlanjut,” ujar ekonom Bloomberg Dan Hanson dan Tom Orlik.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pekan lalu, kembali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen tahun 2019. Perubahan proyeksi ini menyusul langkah serupa yang dilakukan pemerintah China, India, dan beberapa negara di Eropa.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Global 2019, Bank Dunia menyebutkan situasi ekonomi global ”semakin suram” karena aktivitas manufaktur dan perdagangan internasional melambat, ketegangan perang dagang meningkat, dan mayoritas negara berkembang mengalami tekanan signifikan di pasar keuangan. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 2,9 persen.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pekan lalu mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen tahun 2019
Hanson mengatakan, perbaikan ekonomi global tahun 2019 dimungkinkan apabila Bank Sentral AS, The Federal Reserve, memutuskan tidak ada kenaikan suku bunga acuan, perang dagang AS-China mencapai kesepakatan, serta persoalan geopolitik yang berdampak ke ekonomi negara-negara Eropa bisa diredam.
Faktor lain yang bisa mendorong perbaikan ekonomi global adalah pemulihan ekonomi China. Sebelumnya, Biro Statistik Nasional (BNS) China merilis pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 6,6 persen, lebih rendah daripada tahun 2017 sebesar 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2018 merupakan yang terendah sejak 1990.
Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2018 yang sebesar 6,4 persen dinilai sebagai terendah sejak krisis keuangan global 10 tahun lalu.
Jaga momentum
Menanggapi risiko pelemahan ekonomi global, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa, mengatakan, dampak tekanan global terhadap perekonomian domestik terus diwaspadai. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diupayakan tetap berada di atas 5 persen PDB kendati tidak mencapai target dalam APBN 2019 sebesar 5,3 persen.
“Sumber-sumber pertumbuhan dijaga agar tetap menjadi engine of growth yang kuat baik dari investasi, konsumsi, dan belanja pemerintah,” kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, faktor penghambat pertumbuhan bersumber dari faktor pengurang ekspor-impor. Namun, ekspor diproyeksikan tetap tumbuh kendati terjadi perlambatan ekonomi di China dan India. Ekspor diarahkan ke negara-negara berkembang yang populasi dan pertumbuhan ekonominya tinggi, seperti Filipina dan Bangladesh.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, laju pertumbuhan impor akan terus dikendalikan salah satunya melalui kebijakan penggunaan biodiesel 20 persen (B20) dan realisasi industri substitusi impor. “Berbagai kebijakan ini diharapkan memperkecil faktor negatif dalam neraca pembayaran sehingga momentum pertumbuhan terjaga,” katanya. (BLOOMBERG/APF)