Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menginstruksikan semua aparatur sipil negara menjadi pionir dalam mengurangi sampah plastik. Hal itu dilakukan dengan menggalakkan penggunaan botol minum (tumbler) sebagai pengganti air minum kemasan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menginstruksikan semua aparatur sipil negara menjadi pionir dalam mengurangi sampah plastik. Hal itu dilakukan dengan menggalakkan penggunaan botol minum (tumbler) sebagai pengganti air minum kemasan.
Tingginya produksi sampah per hari masih menjadi masalah di Banyuwangi. Tempat pembuangan akhir (TPA) yang ada bahkan sudah dalam kondisi kritis karena hampir melebihi daya tampung.
Ditemui di Banyuwangi, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, semua pegawai negeri sipil di Banyuwangi diimbau untuk tidak lagi menggunakan air minum kemasan saat ke kantor dan juga dalam setiap rapat. ”Kami akan mulai dahulu dari pegawai negeri di lingkungan Kabupaten Banyuwangi. Selanjutnya, gerakan serupa akan dilakukan juga di sekolah dan instansi-instansi lain,” kata Anas.
Dalam Festival Posyandu Kreatif yang digelar pada Senin (4/3/2019), panitia penyelenggara dari Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi sudah memulai kampanye pengurangan sampah plastik. Hal itu dilakukan dengan tidak menyediakan air minum kemasan dalam kotak makanan yang dibagikan.
Panitia justru meminta peserta yang hadir untuk membawa botol minum pribadi dan menuliskan imbauan tersebut dalam undangan yang dibagikan. Sebagai gantinya, panitia menyediakan sejumlah tempat pengisian air minum di lokasi acara.
Selain menggalakkan penggunaan botol minum pribadi, Anas juga mengajak segenap warga untuk melakukan aksi diet kantong plastik. Ajakan tersebut disampaikan melalui surat edaran tentang pengurangan penggunaan kantong plastik yang telah dikeluarkan pada pertengahan Februari lalu.
”Kami menyadari, kalau harus meninggalkan penggunaan kantong plastik sepenuhnya mungkin masih sulit. Dan tidak mungkin juga semua sampah plastik didaur ulang. Pengurangan adalah kuncinya. Semua pihak harus berperan aktif dalam mewujudkan hal ini,” kata Anas.
Kami menyadari, kalau harus meninggalkan penggunaan kantong plastik sepenuhnya mungkin masih sulit. Dan tidak mungkin juga semua sampah plastik didaur ulang. Pengurangan adalah kuncinya. Semua pihak harus berperan aktif dalam mewujudkan hal ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sampah plastik Indonesia mencapai 64 ton per tahun. Indonesia juga menduduki peringkat kedua di dunia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di laut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah menyebutkan, produksi sampah di Banyuwangi mencapai 1.100 ton per hari. Dari total sampah tersebut, hanya 295 ton yang tertangani dan dapat diangkut ke tempat pembuangan akhir.
”Dari total 1.100 ton produksi sampah per hari, 40 persennya merupakan sampah anorganik, termasuk sampah plastik. Imbauan Bupati tentang penggunaan botol minum pribadi dan surat edaran pengurangan penggunaan kantong plastik merupakan upaya untuk menekan banyaknya sampah plastik,” tuturnya.
Husnul mengatakan, upaya tersebut diharapkan juga dapat menekan laju produksi sampah di Banyuwangi. Saat ini, TPA milik Kabupaten Banyuwangi di Bulusan sudah melebihi kapasitas.
Banyuwangi memiliki TPA sementara di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari. Namun, TPA tersebut diperkirakan hanya mampu menampung sampah hingga satu tahun ke depan.
”Saat ini, Banyuwangi sedang merancang pembangunan TPA di lahan milik Pemkab Banyuwangi seluas 10 hektar di Desa Sidowangi, Kecamatan Wongsorejo. Nantinya TPA baru akan menggunakan sistem sanitary landfill sehingga sampah yang ditumpuk dalam cekungan akan ditimbun dan dipadatkan dengan tanah setiap hari,” katanya.