Perjalanan menyusuri Bosnia-Herzegovina, Eropa, rasanya tak perlu dilengkapi kacamata hitam. Simpan baik-baik kacamata hitam itu di dalam ransel! Manjakan indera penglihatan dengan asupan warna-warna alami yang melekat pada panorama di berbagai belahan negara Balkan itu. Salah satunya warna hijau zamrud pada sungai atau air terjun di sana.
Pada hari ke-2, Rabu (27/2/2019), rombongan wartawan dan penulis yang diundang Kedutaan Besar Bosnia-Herzegovina di Indonesia dan Qatar Airways bertolak dari Travnik menuju Jajce, kota yang terletak sekitar 66 kilometer barat laut dari Travnik.
Jauh sebelum menginjakkan kaki di Bosnia-Herzegovina, jaminan keelokan destinasi wisata negara tersebut keluar dari mulut Duta Besar Bosnia-Herzegovina untuk Indonesia Mehmed Halilović saat bertemu di Jakarta, pertengahan Februari lalu. Air terjun, menurut dia, menjadi salah satu andalan destinasi wisata Bosnia-Herzegovina.
Saat mobil melaju ke arah Jajce, Sungai Vrbas yang aliran airnya memancarkan warna biru kehijauan setia menemani kami hingga akhirnya tiba di obyek wisata pertama setelah perjalanan sekitar 1 jam 20 menit.
PUKUL 09.00
Air Terjun Pliva
Setibanya di destinasi pertama, pendamping kami memarkir mobil di area SPBU. Samar-samar, suara air terjun mulai terdengar. Perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang dari 100 meter menuju salah satu spot yang pas untuk mengabadikan Air Terjun Pliva dari atas.
Jajce adalah kota yang dilalui dua sungai, yakni Sungai Vrbas dan Sungai Pliva. Air terjun setinggi sekitar 17 meter ini mengalirkan air dari Sungai Pliva ke Sungai Vrbas.
Uniknya, air terjun ini berada di pusat kota Jajce sehingga pemandangan air terjun dipermanis dengan latar gedung-gedung kuno yang menganut gaya arsitek pada masa pendudukan Ottoman dari Turki.
Jika ingin mendekat ke bagian bawah untuk melihat air terjun dari dekat, pengunjung bisa turun ke bagian bawah melalui jalur yang telah disediakan. Sayang, pagi itu suhu sedang rendah, yakni 3 derajat celsius. Terlalu dingin jika harus berhadapan dengan percikan air terjun!
Air Terjun Pliva berada di pusat kota Jajce sehingga pemandangan air terjun dipermanis dengan latar gedung-gedung kuno yang menganut gaya arsitek pada masa pendudukan Ottoman dari Turki.
PUKUL 09.30
Mlinčići
Kota Jajce tak hanya soal sungai dan air terjun. Melanjutkan perjalanan sekitar 5 kilometer ke arah barat dari Air Terjun Pliva, terdapat obyek wisata Mlinčići, yang menampilkan gugusan pondok kayu tak berjendela yang ukurannya relatif seragam.
Dahulu, 19 pondok kayu yang dibangun di atas Sungai Pliva itu difungsikan petani lokal sebagai tempat penggilingan gandum menjadi tepung di masa pendudukan Austria-Hongaria sekitar abad ke-19. Saat ini, gugusan tempat penggilingan itu tak lagi berfungsi.
Pendamping kami, Amir, mengatakan, meski usang dan berlumut, keberadaan kincir air dan semua pondok kayu itu tetap dilestarikan. Hasilnya, tempat ini menjadi destinasi yang banyak dicari wisatawan untuk berfoto ria.
Seusai rehat sejenak, kami bergeser sekitar 110 kilometer ke arah barat menuju destinasi berikutnya yang terletak tak jauh dari kota Bosanski Petrovac.
PUKUL 12.15
Desa Etno Čardaklije
Selamat datang di Desa Etno Čardaklije, tempat penginapan yang menawarkan atmosfer alami. Terletak dekat dengan jalur utama dari kota Bihać menuju Sarajevo membuat Čardaklije kerap menjadi pilihan untuk singgah.
Kami disambut dan dijamu masakan tradisional oleh Zoran Radosevic, pemilik Desa Etno Čardaklije. ”Semua bahan makanan dan minuman yang kami sajikan di sini buatan sendiri,” ujarnya di sela-sela makan siang.
Čardaklije memiliki pondok-pondok seperti di perdesaan tradisional untuk mengakomodasi pengunjung yang hendak istirahat dari kesibukan sehari-hari. Terdapat pula bangunan tinggi yang dalam bahasa Bosnia disebut čardak, difungsikan sebagai tempat pengolahan daging dan susu secara tradisional.
Kebun luas di kawasan itu juga turut dihuni sejumlah hewan, seperti bebek, domba, dan kuda. Bagi mereka yang suka beraktivitas, mereka bisa menunggang kuda. Singgah di Čardaklije menenun dan memintal wol.
”Tujuan kami adalah menghadirkan pengalaman hidup tradisional yang unik,” kata Zoran.
Tujuan berikutnya adalah Taman Nasional Una, Bihać, sekitar 12 kilometer dari Čardaklije. Taman nasional seluas 19.800 hektar itu berada di barat laut Bosnia-Herzegovina dan berbatasan dengan Kroasia.
Berbelok dari jalan utama menuju gerbang Taman Nasional Una, kami masih harus menempuh jalan berbatu sejauh 8 kilometer.
Perjalanan menggunakan mobil harus ditempuh dengan hati-hati karena jalannya berbatu. Di kiri jalan, Sungai Una yang berwarna hijau zamrud memperlihatkan keanggunannya.
Tiba di salah satu gerbang Taman Nasional Una, kami masih harus jalan kaki setidaknya 200 meter melalui jalur terbuat dari kayu untuk menyaksikan Štrbački Buk, air terjun setinggi 24 meter, yakni yang tertinggi di Sungai Una.
Rasakan sensasi terkena percikan air terjun selama menyusuri jalur itu ataupun saat berswafoto!
Taman Nasional Una beserta seluruh atraksinya dibuka untuk umum pada 2011 dan telah menarik hingga 100.000 pengunjung pada tahun 2018.
”Ada juga aktivitas rafting dan memancing,” kata Asisten Direktur Taman Nasional Una Haris Hadzihajdarevic berpromosi.
PUKUL 17.20
Hotel Opal
Kami mengakhiri perjalanan hari ke-2 di Bosnia-Herzegovina dengan menginap di Hotel Opal, Bihać. Lokasi hotel berbintang empat itu terbilang cukup menarik karena dikelilingi alam dan berada di tepi Sungai Una.
Dari balkon atau restoran hotel, saya bisa menyaksikan air terjun kecil sambil menikmati kehadiran senja. Di seberang sungai, pemandangan kota tua Bihać juga dapat turut dinikmati. Ah, penginapan yang pas untuk beristirahat setelah hari yang panjang!