Indonesia Semarakkan Seminar Warisan Budaya di Mesir
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS -- Budaya Indonesia menyemarakkan acara seminar internasional bertema "Antara Sastra dan Seni Arab-Islam: Sebuah Inter-Korelasi", yang digelar selama dua hari, Selasa dan Rabu (12-13/3/2019). Seminar diselenggarakan berkat kerja sama Fakultas Sastra dan Humaniora Suez Canal University, Pusat Kajian Warisan Intelektual dan Peradaban, dan Pusat Studi Indonesia (PSI).
Seminar ini diikuti oleh para ahli dari berbagai negara, seperti Mesir, Indonesia, Bahrain, Uni Emirat Arab, Nigeria, Aljazair, dan Tunis. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Usman Syihab, menyampaikan makalahnya seputar pengaruh bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Terdapat lebih dari 3.000 kata Arab diserap ke dalam bahasa Indonesia, lengkap dengan nilai semantik-filosofis yang membentuk pandangan dunia masyarakat Indonesia.
Seremoni pembukaan seminar tersebut dimeriahkan penampilan tari dan seni bela diri Indonesia oleh tim penari Pusat Kebudayaan Indonesia (PUSKIN) serta tim silat Tapak Suci Mesir yang juga diasuh oleh PUSKIN. Adapun tarian Indonesia yang dipentaskan adalah Tari Lenggang Nyai, Tari Zapin Riau, dan Tari Asmaradana.
Para hadirin tampak antusias menyaksikan penampilan tari yang sangat energik tersebut. Sebagain besar mereka mengabadikan penampilan tersebut dengan kamera ponsel. Acara semakin meriah ketika tim Tapak Suci Mesir menampilkan gerakan-gerakan lincah beladiri khas Nusantara tersebut.
Duta Besar RI untuk Mesir, Helmy Fauzy, menyampaikan apresiasi kepada pimpinan Universitas Suez Canal (SCU) yang senantiasa mengundang KBRI Kairo dan Pusat Studi Indonesia untuk berpartisipasi pada seminar tersebut. Helmy juga menegaskan, Suez Canal University merupakan salah satu partner penting bagi perguruan tinggi Indonesia.
Disebutkan, sejak tahun 2005, telah terjalin kerja sama dengan baik antara perguruan tinggi di Indonesia dan Universitas Suez Canal (SCU), terutama dalam bidang pertukaran kunjungan ahli dan dosen, kerja sama seminar internasional, pertukaran mahasiswa, kerja sama riset, kerja sama promotor, dan program post doctor.
Helmy juga menyampaikan selamat atas diresmikannya Institut Studi Afro-Asia di Universitas Suez Canal. "Saya berharap, Institut Afro-Asia ini dapat bekerja sama dengan pergurun tinggi di Indonesia yang secara khusus mengkaji Asia-Afrika, untuk menghidupkan kembali semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung," kata Helmy.
"Jika KAA Bandung telah berhasil melahirkan semangat perjuangan untuk mengusir penjajahan, semoga Institut Afro-Asia ini melahirkan para pemikir besar yang buah fikirannya dapat membangkitkan peradaban negara-negara Asia-Afrika, terutama Indonesia-Mesir," lanjut Helmy.
Indonesia memiliki pengalaman unik, sebab telah terjadi akulturasi yang sangat cantik antara sastra dan seni Islam dengan seni lokal.
Fauzy juga mengatakan bahwa tema seminar kali ini sangat menarik, yaitu membahas tentang inter-korelasi antara sastra dan seni Islam. "Dalam hal ini, Indonesia memiliki pengalaman unik, sebab telah terjadi akulturasi yang sangat cantik antara sastra dan seni Islam dengan seni lokal, dan masyarakat setempat dapat menerimanya tanpa ketegangan kultur. Inilah yang menjadi rahasia keberhasilan tersebarnya Islam secara cepat di kawasan Nusantara" imbuh Helmy.
Ia menambahkan, Islam merupakan faktor yang telah memberikan pengaruh positif terhadap pandangan hidup dan budaya Indonesia, sehingga datangnya Islam tidak menghapuskan budaya lokal, tetapi mengisinya dengan nuansa Islami.
Rektor Universita Suez Canal, Athef Abu el Nur, menegaskan bahwa seminar ini adalah jalan untuk menggali jembatan peradaban Arab-Islam dan pengaruhnya. Pada pembukaan seminar ini, hadir pula tamu dari Indonesia, yaitu Shafwan Manaf, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, dan M Tata Taufik, Direktur Pesantren Modern Al-Ikhlas Kuningan, Jawa Barat.