JAKARTA, KOMPAS — Penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi PT Investree Radhika Jaya siap merealisasikan rencana ekspansi ke Filipina pada semester II-2019. Sebelumnya, Investree sudah masuk ke pasar regional ASEAN, yakni Vietnam dan Thailand.
Sementara untuk memperkuat pasar domestik, salah satu strategi Investree adalah menambah portofolio pinjaman syariah.
Co-Founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi, Selasa (12/3/2019), di Jakarta mengatakan, karakteristik pasar layanan pinjam-meminjam uang di Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara berbeda. Masyarakat Indonesia dinilai lebih siap menyikapi kehadiran teknologi finansial.
Untuk beroperasi di luar negeri, Investree menggandeng perusahaan lokal negara tersebut. Mitra lokal yang dipilih adalah perusahaan yang memahami kebijakan, potensi, dan risiko. Investree tinggal membawa teknologi dan platform pinjam-meminjam uang.
”Kami tetap ’bermain’ pada pembiayaan modal kerja bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Fokus ini bisa direalisasikan dengan berbagai produk, seperti invoice financing, buyer financing, dan online seller financing,” kata Adrian saat ditanya fokus bisnis Investree di pasar regional.
Di Thailand dan Filipina, Investree tetap memakai nama Investree. Namun, di Vietnam menggunakan merek eLoan karena Investree hanya memiliki 20 persen saham.
Perihal pasar domestik, Adrian menceritakan, Investree menghadirkan fitur Online Seller Financing (OSF) Syariah. Fitur ini menyediakan akses permodalan sesuai dengan prinsip syariah bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di platform dalam jaringan. OSF Syariah diuji coba Investree bersama Lazada Indonesia, Bukalapak, dan Tokopedia pada triwulan IV-2018.
Kami berharap sampai akhir 2019 dapat mendistribusikan pinjaman syariah Rp 100 miliar. OSF Syariah menjadi salah satu cara agar target itu terpenuhi.
OSF Syariah menawarkan beberapa keunggulan, misalnya persetujuan kilat dan tanpa agunan, pengajuan cepat, marjin pembiayaan 0,9-2 persen per bulan, jangka waktu 3 bulan hingga 24 bulan, dan pinjaman sebesar Rp 2 juta-Rp 2 miliar. Dari setiap persetujuan kredit melalui OSF Syariah, Investree memungut 0,44 persen untuk disumbangkan sebagai dana sosial.
Pada periode Januari 2018-Januari 2019, pembiayaan yang disalurkan Rp 55 miliar dengan total penerima 262 orang. Dari nilai pinjaman sebanyak itu, Adrian menyebut mayoritas bersumber dari invoice financing.
”Pangsa pasar layanan jasa keuangan syariah di Indonesia masih berkisar 6 persen selama 1992-2018. Dengan memanfaatkan teknologi, jangkauan layanannya bisa bertambah luas,” ujar Adrian.
Investree meluncurkan OSF Syariah dengan pertimbangan pertumbuhan industri perdagangan elektronik atau e-dagang yang pesat. UMKM yang terlibat dalam transaksi e-dagang perlu modal untuk meningkatkan bisnis.
”Kami berharap sampai akhir 2019 dapat mendistribusikan pinjaman syariah Rp 100 miliar. OSF Syariah menjadi salah satu cara agar target itu terpenuhi,” ucapnya.
Head of Financing Solution Bukalapak Sigit Suryawan menceritakan, fasilitas akses permodalan bagi mitra pelapak menggunakan fitur BukaModal. Bukalapak bekerja sama dengan Bank Mandiri dan beberapa penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi, antara lain KoinWorks, Modalku, Akseleran, Taralite, dan Investree.
Menurut dia, fitur BukaModal bisa diakses melalui laman dan aplikasi. Segala persyaratan dan pengajuan pinjaman dilakukan secara daring. Selama ini, permintaan terhadap pinjaman syariah telah berkembang. Oleh karena itu, Sigit optimistis kerja sama OSF Syariah dan Investree akan diburu pelapak. (MED)