Menggapai Mimpi Ke Broadway
Pentas drama musikal di Indonesia sepertinya tak segemerlap konser musik, penikmat dan pelakunya terbatas. Walau begitu, masih ada yang begitu mencintai pertunjukan yang menggabungkan nyanyian, tarian, dan akting ini. Mereka penasaran mencicipi kiblat drama musikal di Broadway, New York sana.
Dea Panendra Larasati (28) terlihat bengong ketika juri menyebut namanya usai tampil di Balai Resital Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (24/2/2019) lalu. Nama-nama yang disebutkan itu, ada 16 nama, berhak mendapat kesempatan mengunjungi panggung bergengsi di Broadway, New York, Juli nanti.
“Aku melihat teman-temanku itu berbakat semua. Awal ikut audisi aku percaya diri. Tapi begitu pelatihan berjalan, aku jadi pasrah saja; nggak menang nggak apa-apa. Aku nggak pernah berpikir bisa masuk sepuluh besar,” kata aktris pendukung di film Marlina: Pembunuh dalam Empat Babak ini.
Panendra mengikuti ajang audisi untuk mendapat pelatihan intensif dari pengajar drama musikal Broadway. Mantan kontestan ajang Indonesian Idol 2010 ini bersaing dengan 672 pendaftar untuk bisa menimba ilmu dari para pakar drama musikal itu.
Aku melihat teman-temanku itu berbakat semua. Awal ikut audisi aku percaya diri. Tapi begitu pelatihan berjalan, aku jadi pasrah saja; enggak menang enggak apa-apa. Aku enggak pernah berpikir bisa masuk sepuluh besar.
Para pengajarnya adalah Amy Weinstein, yang berpengalaman menjadi direktur artistik sejumlah judul drama musikal di Broadway. Divisi musik diampu oleh Seth Weinstein yangpernah terlibat dalam pementasan The Phantom of the Opera. Sementara koreografi ditangani oleh Stephen Brotebeck, yang pernah jadi direktur koreografi untuk Ghost, The Musical on Braodway.
Di kalangan penikmat drama musikal, nama-nama itu tergolong jempolan. Mereka bertiga datang ke Indonesia untuk menggembleng aktor dan aktris drama musikal, menularkan nilai-nilai yang selama ini dipegang teguh dunia pentas Broadway. Kunjungan mereka terujud atas kerjasama antara program Passport to Bradway dan Galeri Indonesia Kaya.
Ratusan pendaftar itu disaring lagi menjadi 70 orang untuk dapat pelatihan itu. Dalam perjalanannya, dua di antaranya mengundurkan diri. Sehingga, dalam pentas akhir dari empat hari pelatihan, hanya 68 orang yang tampil di panggung. Penampilan mereka di panggung itu menentukan apakah mereka masuk dalam daftar sepuluh orang yang berhak berangkat ke Broadway.
“Karena melihat kerja keras teman-teman di sini, dan antusiasmenya, jumlah yang berangkat ke New York ditambah jadi 16 orang,” kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang mengelola pelatihan itu di Indonesia.
Rupanya, nasib baik berpihak pada Panendra. Dia merasa beruntung bisa masuk terpilih mengingat persiapannya mengikuti audisi itu harus melalui banyak sandungan.
“Persiapanku cuma bisa tiga hari. Aku sebenarnya orang yang perfeksionis untuk urusan audisi. Sebelum audisi aku masih ada jadwal suting. Terus aku sempat masuk rumah sakit karena serangan jantung. Jadi sebenarnya aku nekat saja ikut audisi ini,” ujar dia.
Panendra mulai terjun di pentas drama musikal sejak 2010, selepas ajang Indonesian Idol. Panggung musikal pertamanya adalah Musikal Laskar Pelangi. Dia diajak oleh Erwin Gutawa yang menata musik pementasan itu. Setelah itu, dia seperti menemukan tantangan baru dalam drama musikal.
“Aku ingin jadi aktor yang baik. Jadi ketika dapat kesempatan ke Broadway, aku mau menimba ilmu sebanyak mungkin. Hal-hal seperti ini: audisi, karantina, workshop adalah kesempatan yang tak banyak orang mau ambil. Karena capek banget. Ini tantangan baru buatku,” lanjutnya.
Ikut audisi
Di New York nanti, penyelenggara menjanjikan, mereka bakal melihat langsung pertunjukan musikal Broadway, mengikuti tur belakang panggung, melihat proses produksinya, juga mendapat akses bertemu langsung dengan seniman Broadway. Sepertinya bakal seru banget, ya.
Galabby Thahira (28), rekan Panindra yang juga lolos ke New York, berharap bisa dapat satu kesempatan lainnya. Penyanyi lagu “Indah Pada Waktunya” ini ingin mencicipi pengalaman ikut audisi di Broadway.
Aku ingin jadi aktor yang baik. Jadi ketika dapat kesempatan ke Broadway, aku mau menimba ilmu sebanyak mungkin. Hal-hal seperti ini: audisi, karantina, workshop adalah kesempatan yang tak banyak orang mau ambil. Karena capek banget. Ini tantangan baru buatku.
“Kalau bisa ingin bergabung dengan pemain musikal Broadway, pentas bareng. Saya mau nyoba ikut audisi di sana,” kata dia. Galabby mengaku menyukai drama musikal sejak kecil. Dia bercita-cita ingin menyentuh panggung Broadway.
Andai kata tidak memungkinkan ikut audisi langsung di sana, dia ingin menambah wawasan sebanyak-banyak perihal akting, bernyanyi, dan juga produksi pementasan musikal. Wawasan yang bakal ia dapat kelak, hendak ia bagikan kepada penyuka drama musikal yang lebih muda. Selain itu, Galabby juga berkeinginan memperluas horizonnya terhadap musik jazz dan swing, yang jadi corak musik kegemarannya.
Cita-cita serupa juga digantungkan Putri Indam Kamila (22). Dia sangat menyukai tari sejak kecil. Lima tahun lalu, Putri memutuskan kuliah di LaSalle College of the Arts, Singapura. Jurusannya adalah Musical Theater. Betul, dia sarjana drama musikal.
Bekal ilmu musikal yang ia dapat selama kuliah seolah tak cukup dalam mengembangkan jiwa berkeseniannya. Berada di “mekahnya” dunia musikal dipercaya memberinya energi baru untuk memoles kemampuan akting, bernyanyi, dan menari.
“Saya sebenarnya ingin bekerja sebagai profesional di Broadway. Sementara saya juga ingin mengembangkan seni pertunjukan musikal di Indonesia. Sekarang ini baru mulai bermunculan komunitas-komunitas yang bergerak di drama musikal. Semoga sepulang dari sana, kami bisa lebih sering bertemu membuat program bareng,” kata pegiat komunitas Teater Musikal Nusantara ini.
Keteguhan tekad para aktor dan aktris Indonesia itu memukai Amy Weinstein. Berkali-kali dia memuji kerja keras para peserta didiknya itu. “Puluhan orang ini mampu melahap modul yang tebal dalam waktu singkat,” kata Amy.
Potensi lainnya yang dimiliki aktor dan aktris Indonesia adalah etos kerja sama yang tinggi. Kerja sama adalah dasar penting dalam drama musikal, yang umumnya memanggungkan banyak sekali orang. “Karakter orang Indonesia adalah saling peduli dan saling menyayangi. Tak heran mereka bisa cepat kompak dalam waktu sesingkat ini,” kata Amy.
Semoga saja etos itu tetap terjaga, dan jadi identitas Indonesia di hadapan kultur Broadway yang sudah mapan itu.