Perbankan Perlu Terus Berinovasi agar Tetap Kompetitif
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan perlu terus berinovasi agar tetap kompetitif pada era revolusi industri 4.0. Inovasi diperlukan karena struktur dan perilaku konsumen dari industri jasa keuangan mulai berubah.
Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Sukarela Batunanggar mengatakan, lanskap industri keuangan berubah dengan adanya revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 memicu fenomena baru di mana penawaran jasa keuangan tidak lagi hanya dilakukan oleh perbankan.
”Perusahaan teknologi finansial (tekfin) hadir menjadi saingan baru industri perbankan. Perusahaan tekfin hadir dengan model bisnis baru yang kompetitif,” kata Sukarela dalam Digital Economic Forum: Reimagining The Workforce in The Financial Services Industry in Digital Era di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Mengutip data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), saat ini terdapat 99 perusahaan tekfin penyedia jasa pembiayaan. Total dana yang telah disalurkan hingga Januari 2019 sebanyak Rp 25,59 triliun.
Sebagai perbandingan, data OJK pada Desember 2018 mencatat terdapat 115 bank di Indonesia. Penyaluran dana kredit sebesar Rp 5.358 triliun.
Dampak dari keberadaan teknologi digital dan perusahaan tekfin adalah perubahan perilaku, pengalaman, dan ekspektasi konsumen.
Dampak dari keberadaan teknologi digital dan perusahaan tekfin adalah perubahan perilaku, pengalaman, dan ekspektasi konsumen. Konsumen mulai menginginkan layanan jasa keuangan yang lebih nyaman dan cepat. Industri perbankan harus cepat menanggapi reaksi ini dengan tanggap agar tetap bisa bersaing.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia Zulkifli Zaini mengatakan, industri perbankan harus mengubah konsep berpikir bahwa bank adalah lembaga keuangan yang berbudaya pasif dan kaku dalam menjaring konsumen. Bank perlu menjadi lebih proaktif dan fleksibel.
Bank perlu menjadi lebih proaktif dan fleksibel.
Untuk itu, lanjutnya, bank harus menyadari empat tren digitalisasi dalam industri keuangan. Mengutip Forum Ekonomi Dunia, keempat tren ini adalah penggunaan uang digital, pertumbuhan ponsel pintar, analisis data, serta pembauran batasan industri dan produk.
Hadi Wijaya, Kepala Industri Jasa Keuangan Kawasan Asia Tenggara SAP SE, perusahaan perangkat lunak, menambahkan, bank harus mampu memanfaatkan keberadaan teknologi digital sebagai bagian dari tenaga kerja perusahaan. Tujuannya untuk menciptakan sistem manajemen yang memberikan pelayanan maksimal bagi konsumen.
Kebutuhan pelanggan
Menurut Sukarela, industri perbankan dapat melakukan inovasi strategi bisnis dengan menciptakan produk-produk dengan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan (customer-centered).
Dengan kata lain, produk-produk perbankan perlu mulai mengedepankan aspek sosial yang berorientasi pada kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat. ”Di sisi lain, bank juga harus berkolaborasi dengan perantara layanan jasa keuangan,” katanya.