Ponsel Pintar Produksi Indonesia Diekspor
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian menyebut ponsel pintar Asus produksi Indonesia telah diekspor ke India sejak awal 2018. Merek ponsel lain yang juga dirakit di dalam negeri masih memenuhi pasar domestik.
Hal itu dikatakan oleh Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) R Janu Suryanto, Selasa (12/3/2019), di Jakarta. Dia enggan menyebut secara detail volume dan spesifikasi ponsel pintar yang diekspor Asus itu.
Dia mengemukakan, sejak 2014, pemerintah gencar menyerukan kepada perusahaan ponsel pintar agar mengikuti arahan Indonesia wajib memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Sejak itu, volume produksi ponsel pintar di dalam negeri bergairah.
Sesuai data Kemenperin, volume produksi ponsel, komputer genggam, dan sabak mencapai 5,72 juta unit pada 2014. Pada tahun 2015, volume produksi ketiga kategori barang itu melonjak naik menjadi 49,65 juta unit. Lalu, tahun 2016, volume produknya kembali meningkat menjadi 68,74 juta unit.
Akan tetapi, pada 2017, volume produksi ponsel, komputer genggam, dan sabak dalam negeri turun menjadi 60,58 juta unit. Selama Januari-Juni 2018, volume produksi tiga jenis gawai itu sebanyak 33,81 juta unit.
Sementara pada periode waktu bersamaan, data Kemenperin menunjukkan adanya tren penurunan volume impor ponsel, komputer genggam, dan sabak setiap tahun. Pada tahun 2014, jumlah impor ketiga kategori gawai itu mencapai 60,52 juta unit. Tiga tahun kemudian, yakni tahun 2017, jumlah impor ketiganya sebanyak 11,43 juta unit. Selama Januari-Juni 2018, total impor sebesar 3,89 juta unit.
”Tujuan kebijakan TKDN adalah agar proses manufaktur gawai ada di dalam Indonesia. Memang kebijakan TKDN yang sekarang berjalan belum menyertakan rencana pengembangan semikonduktor. Hasil produksi gawai dalam negeri sekarang bertujuan memenuhi pasar domestik,” kata Janu.
Ada tiga skema pemenuhan kewajiban TKDN yang diatur oleh Menteri Perindustrian, yaitu 100 persen perangkat keras, skema 100 persen perangkat lunak, dan skema nilai investasi. Di luar Apple, perusahaan ponsel lain memilih skema 100 persen perangkat keras untuk menunaikan kewajiban TKDN mereka, termasuk Asus. Pelaksanaan skema ini ditandai dengan maraknya pendirian pabrik manufaktur perakitan ponsel. Komponen ataupun semikonduktor untuk ponsel masih impor dari luar negeri.
Asus bekerja sama dengan perusahaan manufaktur PT Sat Nusapersada untuk perakitan produksi ponsel pintar merek Asus.
Salah satu produk ponsel pintar Asus, yaitu Asus Zenfone Max, diproduksi di dalam negeri menggunakan metode produksi complete knocked down (CKD). Cara kerja CKD adalah perakitan komponen-komponen terkecil terlebih dulu ke motherboard sebelum menjadi blok mesin ponsel pintar siap pakai.
CKD berbeda dengan metode produksi semi-knock-down (SKD). Untuk SKD, perusahaan mengimpor komponen yang sudah dirakit sebagian besar dari negara asalnya. Sebagai contoh, blok mesin ponsel pintar siap pakai. Setelah tiba di pabrik Indonesia, bagian yang sebagian besar sudah dirakit itu, yakni blok mesin, tinggal dirakit ke tubuh ponsel pintar.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang ditemui seusai menghadiri perayaan kelulusan siswa angkatan pertama Apple Developer Academy, mengatakan, TKDN berfungsi membangun ekosistem gawai. Dia berharap, pada jangka panjang, ekosistem gawai di Indonesia sempurna mulai dari manufaktur perangkat keras, perangkat lunak, sampai riset dan pengembangan.
”Pemerintah menginginkan, pekerja di ekosistem gawai Indonesia bukan lagi berkerah biru pada masa depan. Kan, bawa nama Indonesia di mata dunia,” ujarnya.
Dia membenarkan, Apple menjadi satu-satunya produsen gawai yang memilih memenuhi kewajiban TKDN-nya dengan skema nilai investasi. Salah satu perwujudan nilai investasi Apple ada di bidang edukasi. Apple mengembangkan Developer Academy di Green Office Park 9 BSD City, Tangerang, sejak 2017.
Developer Academy tersebut dijalankan Apple bekerja sama dengan Universitas Bina Nusantara. Total terdapat 200 siswa berpartisipasi.
Rudiantara menilai, upaya yang dilakukan Apple itu positif. Apalagi, upaya itu dilakukan di tengah transformasi menuju era Industri 4.0. Pada masa transformasi ini, Indonesia memerlukan banyak tenaga kerja bidang teknologi digital, termasuk pengembang aplikasi.
Wakil Presiden Apple untuk Lingkungan Hidup, Kebijakan Publik, dan Sosial Lisa Jackson mengungkapkan, Indonesia adalah negara ketiga tempat terselenggaranya Developer Academy. Sebelumnya, Apple mengembangkan Developer Academy di Brasil dan Italia. Di dua negara itu, para lulusannya menciptakan aneka ragam aplikasi untuk sistem operasi iOS sesuai masalah lokal.
”Kami telah berbincang dengan Pemerintah Indonesia bahwa investasi yang bagus adalah berkaitan dengan sumber daya manusia. Dengan adanya pendidikan atau pelatihan pengembangan kode pemrograman, angkatan kerja bisa menciptakan aplikasi yang berkontribusi untuk masyarakat Indonesia,” kata Lisa.