Industri furnitur di Indonesia diharapkan bisa berkontribusi lebih besar dalam mendorong perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong peningkatan ekspor produk furnitur ke berbagai negara. Tahun ini, nilai ekspor produk furnitur ditargetkan mencapai 5 miliar dolar AS atau meningkat hampir tiga kali lipat dibanding tahun lalu.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Industri furnitur di Indonesia diharapkan bisa berkontribusi lebih besar dalam mendorong perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong peningkatan ekspor produk furnitur ke sejumlah negara. Tahun ini, nilai ekspor produk furnitur ditargetkan mencapai 5 miliar dollar AS atau meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.
”Pemerintah sungguh mengharapkan industri furnitur dapat berperan lebih besar lagi dalam perekonomian nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih dalam pembukaan pameran Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2019, Rabu (13/3/2019), di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Gati menyatakan, pada 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional mencapai 1,69 miliar dollar AS. Nilai ekspor furnitur tersebut mengalami peningkatan sekitar 4 persen dari tahun 2017 yang sebesar 1,62 miliar dollar AS. ”Namun, kinerja ekspor itu masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi bahan baku yang ada,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah berharap ekspor produk furnitur di Tanah Air bisa terus digenjot. Gati menuturkan, tahun ini, pemerintah menargetkan nilai ekspor produk furnitur bisa meningkat menjadi 5 miliar dollar AS. ”Kami berharap target ini bisa dicapai, tetapi ini juga tergantung kepada teman-teman pengusaha,” katanya.
Gati menambahkan, untuk mencapai target ekspor furnitur senilai 5 miliar dollar AS, pemerintah siap mendukung industri furnitur, termasuk yang tergolong sebagai industri kecil dan menengah (IKM). Dukungan pemerintah itu sangat dibutuhkan karena jumlah IKM bidang furnitur di Indonesia cukup banyak. Berdasarkan data Kemenperin, pada 2016, jumlah IKM furnitur di Indonesia mencapai 21.643 unit, terdiri dari 20.699 industri kecil dan 944 industri menengah.
Menurut Gati, selama ini, pemerintah telah memberi banyak dukungan kepada IKM furnitur. Salah satu dukungan itu berupa bantuan untuk memasarkan produk furnitur, baik secara langsung maupun secara daring. ”Selama ini, kami memberikan fasilitas pameran yang sifatnya offline dan online,” katanya.
Selain itu, Kemenperin juga menyelenggarakan pelatihan E-Smart IKM yang bertujuan meningkatkan kemampuan pelaku IKM untuk menjual produknya melalui internet. Pada 2017, ada 1.730 IKM yang mengikuti pelatihan tersebut. Sementara itu, tahun lalu, total ada 4.215 IKM yang mengikuti pelatihan E-Smart IKM. Untuk mendukung pemasaran produk IKM, Kemenperin juga bekerja sama dengan sejumlah perusahaan e-dagang, antara lain Tokopedia, Bukalapak, Blibli.com, Belanja.com, dan Shopee.
Gati mengatakan, Kemenperin juga terus melakukan pembinaan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di IKM furnitur. Upaya meningkatkan kompetensi itu, antara lain, dilakukan dengan mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. ”Yang paling penting ini adalah SDM. Oleh karena itu, kami bikin politeknik di Kendal khusus untuk furnitur,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Committee JIFFINA 2019 Endro Waluyo mengatakan, pameran itu diikuti 300 usaha furnitur dan kerajinan dari wilayah Jawa dan Bali. Dia menambahkan, ada 910 pembeli dari sejumlah negara yang telah mendaftar secara online untuk menghadiri JIFFINA yang berlangsung pada 13-16 Maret 2019. Selama pameran berlangsung, panitia menargetkan transaksi 80 juta dollar AS.
Endro menuturkan, salah satu keistimewaan JIFFINA adalah adanya kegiatan kunjungan ke pabrik milik para peserta pameran. Kunjungan yang bisa diikuti secara gratis oleh para pembeli itu, antara lain, akan dilakukan ke dua lokasi di Bantul, yakni sentra kerajinan kulit di Manding dan sentra kerajinan gerabah di Kasongan. ”Yang diunggulkan pada pameran JIFFINA dan tidak ditemui pada pameran-pameran yang lain adalah visit factory (kunjungan pabrik),” katanya.