JAKARTA, KOMPAS – Keberadaan kereta layang ringan atau Light Rail Transit rute Kelapa Gading-Rawamangun, Jakarta, disambut antusias oleh masyarakat karena dinilai akan mengurangi kemacetan lalu lintas. Setelah beroperasi, kereta layang ringan (Light Rail Transit/LRT) akan terintegrasi dengan bus Transjakarta Koridor IV, angkutan kota berstiker Jak Lingko, dan Moda Raya Terpadu (MRT).
Salah satu bagian dari integrasi moda transportasi yang sedang dalam penyelesaian adalah pembangunan jembatan penghubung Halte Pemuda Rawamangun Transjakarta Koridor IV ke Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur. Beberapa pekerja, Rabu (13/3/2019) sore, terlihat sedang mengecor pondasi jembatan. Selain itu, beberapa pekerja sedang menyusun kerangka baja ringan dan melakukan pengelasan.
Jembatan yang ditargetkan rampung pada April 2019 tersebut akan mempermudah akses penumpang karena langsung terhubung dari Stasiun Velodrome ke Halte Pemuda Rawamangun. Dari halte tersebut, penumpang bisa menuju pusat kota Jakarta di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin tanpa perlu membayar lagi jika menggunakan kartu Jak Lingko .
Kartu Jak Lingko tidak hanya berlaku pada bus Transjakarta, angkot berstiker Jak Lingko juga tersedia untuk memudah penumpang terintegrasi dengan LRT rute Kelapa Gading-Rawamangun. Saat ini, angkot yang sudah terintegrasi adalah Jak 61 rute Pulogadung- Cempaka Mas, Jak 59 rute Rawamangun-Rawa Sengon, dan Jak 24 Rute Pulo Gadung-Terminal Senen via Kelapa Gading.
Pengalaman integrasi antarmoda yang mudah diakses dirasakan Eko Nugroho (58), warga Rawamangun, saat mengikuti uji coba LRT dari Kelapa Gading ke Velodrome Rawamangun. Ia mengatakan, keberadaan LRT dan integrasi antarmoda sangat membantu.
“Dari rumah naik Transjakarta lalu sambung angkot Jak Lingko dan langsung turun di Stasiun LRT Kelapa gading. Saya sangat berharap LRT cepat beroperasi sehingga saya tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi menuju kantor,” kata Edi, yang bekerja tidak jauh dari kawasan Kelapa Gading.
Ia menilai, keberadaan LRT dengan integrasi antarmoda akan mengurangi kemacetan. Berdasarkan pengalaman Edi, saat berangkat dari rumah menuju tempatnya bekerja butuh waktu 1 jam. Namun, saat uji coba LRT rute Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun, perjalanan hanya memakan waktu sekitar 10 menit.
“Tapi sayang rute Velodrome Rawamangun belum beroperasi. Jadi tadi saya juga mencoba integrasi antarmoda untuk menghitung waktu tempuh. Ternyata hanya 25 menit dari Rawamangun ke Kelapa Gading,” kata Edi.
Kemudahan integrasi
Antusiasme warga juga dirasakan oleh Yuni (60) dan Lili (60), warga Kelapa Gading. Mereka tidak hanya melakukan uji coba LRT, namun juga berkeliling mengunakan angkot berstriker Jak Lingko untuk merasakan kemudahan integrasi antarmoda.
Yuni merasa lelah dengan kondisi lalu lintas Jakarta yang selalu macet. Yuni, yang rutin menggunakan bus Transjakarta, mengatakan, selalu terjebak macet dan membuatnya kesal.
“Jika semua rute LRT sudah beroperasi dan pembangunan LRT semuanya selesai, saya yakin macet akan berkurang. Apalagi jika sudah terintegrasi dengan moda transportasi seperti angkot dan Transjakarta,” kata Yuni.
Begitu pula dengan Lili yang menilai, transportasi masal menjawab kebutuhan warga Jakarta dan sekitarnya. “Selain pembangunan transportasi masal, yang harus diperhatikan adalah integrasi antarmoda sehingga memudahkan perpindahan penumpang,” kata Lili, sembari menunjukan kartu Jak Lingko yang barusan ia beli.
Melalui kartu Jak Lingko, masyarakat akan terintegrasi secara moda transportasi dan tarif. Harga kartu Jak Lingko sebesar Rp 30.000 dengan saldo Rp 10.000. Seperti dikatakan Lili, saat menggunakan Transjakarta dan angkot berstiker Jak Lingko, ia tak perlu membayar lagi. “Jadi tinggal kasih tunjuk kartu ini saja, tidak usah bayar,” lanjutnya.
Pemerintah DKI Jakarta sebelumnya mengusulkan tarif MRT Rp 10.000 dan LRT Rp 6.000. Dari tarif tersebut pemerintah DKI Jakarta harus memberikan subsidi tarif MRT sebesar Rp 21.659 per penumpang. Total subsidi diperkirakan sekitar Rp 572 miliar dengan estimasi ada 65.000 penumpang per hari.
Adapun untuk subsidi tarif LRT sebesar Rp 35.655 per penumpang, dengan total subsidi 372 miliar. Estimasi penumpang 14.255 per hari. Namun, sampai saat ini nilai subsidi MRT dan LRT belum disetujui Komisi C Bidang Keuangan DPRD DKI Jakarta. (AGUIDO ADRI)