“Artificial Intelligence” Makin Menjadi Andalan Dalam Berbisnis
JAKARTA, KOMPAS – Kecerdasan buatan semakin lumrah digunakan dalam beragam lini bisnis di Indonesia, termasuk pemasaran dengan orang berpengaruh atau influencer. Investasi untuk usaha rintisan pun terus mengalir.
AnyMind Group, misalnya, telah menerapkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam industri periklanan serta pemasaran melalui influencer di media sosial. Di Indonesia, kehadiran AnyMind dalam industri ini diwakili dua perusahaan, yaitu AdAsia dan CastingAsia
“Sekarang, hampir semua perusahaan mengalokasikan budget untuk memasarkan produknya dengan bantuan influencer. Ini jadi peluang besar buat para youtuber dan selebgram (artis Instagram),” kata Country Manager AnyMind Group Indonesia Lidyawati Aurelia, Kamis (14/3/2019), dalam temu media di Jakarta.
Melalui AdAsia, perusahaan bisa memasarkan produknya ke laman atau platform yang tepat sesuai dengan profil pengguna suatu laman atau platform. Sementara itu, melalui CastingAsia, perusahaan mendapatkan bantuan untuk menemukan influencer media sosial yang tepat untuk pemasaran produknya.
Chief Executive Officer (CEO) AnyMind Group Kosuke Sogo mengatakan, AI menjadi penopang utama bisnis AdAsia dan CastingAsia. “Dengan analisis computer vision dan image recognition pada sistem AI kami, kami bisa menemukan influencer mana yang tepat untuk pemasaran produk mereka. Analisis ini dilakukan pada konten-konten yang telah dibuat influencer,” katanya.
Analisis AI juga dilakukan pada tipe pengikut (followers) atau pelanggan (subscriber) akun media sosial para influencer, misalnya Instagram dan YouTube. Sogo mencontohkan, perusahaan kosmetik dapat memilih influencer yang tepat, kemudian memasarkannya pada akun-akun followers yang memang tertraik pada produk kosmetik berdasarkan jejak digitalnya.
Sementara itu, ruang berkembang untuk influencer juga terus terbuka. Sogo mencontohkan, seorang YouTuber bisa mendahului tren dengan mengikuti hasil analisis CastingAsia.
“Kami bisa membuat analisis historis dari konten-konten yang telah mereka buat, kemudian melihat rasio keterlibatan (engagement ratio) penonton pada tiap konten. Dengan begitu, kami bisa memberi rekomendasi konten apa yang harus mereka buat selanjutnya,” papar Sogo.
Di samping periklanan dan influencer, AnyMind Group, melalui perusahaan TalentMind, juga menggunakan AI untuk membantu perusahaan menyerap sumber daya manusia. Dengan teknik yang serupa, kata Sogo, perusahaan bisa menemukan pelamar pekerjaan yang tepat dari analisis terhadap kualifikasi calon pekerja.
Pendanaan
Seperti usaha rintisan lainnya, AnyMind Group juga terus mendapatkan pendanaan. Hingga kini, AnyMind Group telah mengumpulkan pendanaan sebesar 21,4 juta dollar AS atau sekitar Rp 300,3 miliar dari berbagai perusahaan.
Pada 20 Maret mendatang, AnyMind Group juga akan mengumumkan pendanaan lainnya sebesar 8 juta dollar AS. Dua perusahaan yang menjadi investor baru adalah perusahaan media periklanan Thailand VGI Global Media Plc dan Tokyo Century Corporation, perusahaan jasa keuangan Jepang.
Lidyawati menambahkan, bisnis influencer akan terus tumbuh karena pekerjaan tersebut semakin dianggap lumrah. “Kami melihat Indonesia adalah pasar yang besar dengan kesempatan yang juga besar, apalagi di Indoensia. Sekarang, makin banyak juga anak-anak muda yang ingin jadi influencer,” katanya
Menurut sebuah studi di Inggris terhadap 2.000 anak usia 11 hingga 16 tahun, sebanyak 18 persen ingin menjadi dokter. Pilihan influencer media sosial menyusul di posisi kedua dengan selisih tipis (17 persen). Sementara itu, 14 sebanyak 14 persen ingin menjadi YouTuber (Kompas.id, 21 Februari 2019).
Menurut laporan Captiv8, perusahaan pemasaran di Amerika Serikat, yang dipublikasikan The New York Times beberapa waktu lalu, nilai bisnis influencer bisa mencapai 1,5 miliar dollar AS hingga 2,1 milliar dollar AS (Kompas.id, 10 Januari 2019). Di Indonesia, influencer bisa memperoleh Rp 7 juta-Rp 15 juta per minggu dari mengiklankan suatu produk.
Saat ini, CastingAsia baru merekrut sekitar 10 microinfluencer. Lidyawati mengatakan, ia menarget 15.000 influencer dari berbagai platform media sosial seperti Instagram, YouTube, Facebook, Line, hingga Twitter. Secara global, CastingAsia telah memiliki total 35.500 influencer di 17 negara dan menarget pertumbuhan sampai 50.000 selama 2019.
Berbagi data AI
Sementara itu, Grab mengumumkan penggunaan AI untuk memerangi kecurangan dalam bisnis angkutan dalam jaringan (daring). Head of Trust, Identity, and Safety Grab Wui Ngiap Foo, Rabu (13/3/2019), mengatakan, penerapkan AI bisa menyelamatkan perusahaan dari kerugian jutaan dollar AS.
Dari sistem AI yang dikembangkan, Grab meluncurkan Grab Defence, yaitu basis data hasil analisis AI tentang pengguna akun mana saja yang curang dan jujur. Dalam bentuk application programming interface (API) terbuka, perusahaan mitra Grab bisa mengintegrasikan sistemnya untuk analisis keamanan.
Dua mitra Grab, yaitu uang elektronik OVO dan toko daring ke luring (online-to-offline) Kudo, adalah yang pertama untuk menggunakannya. “Setiap hari, kami memproses jutaan transaksi. Karena keamanan adalah tanggung jawab sosial, kami membagikannya kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi mitra kami secara gratis,” kata Wui Ngiap.
Sebelumnya, Grab Holdings Inc yang beroperasi di delapan negara Asia Tenggara menerima penyertaan investasi senilai 4,5 miliar dollar AS dari berbagai perusahaan seperti SoftBank, Vision Fund, Toyota Motor Corporation, dan Microsoft Corporation. CEO Grab Anthony Tan mengatakan, penyertaan investasi tersebut menunjukkan kepercayaan investor global dan regional terhadap bisnis Grab (Kompas, 8 Maret 2019).
(KRISTIAN OKA PRASETYADI)