Arsitek memiliki peran dalam menampilkan identitas suatu daerah ataupun bangsa. Di Banyuwangi, Jawa Timur, arsitektur menjadi bagian dari pertumbuhan kota dan masyarakatnya.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Arsitek memiliki peran dalam menampilkan identitas suatu daerah ataupun bangsa. Di Banyuwangi, Jawa Timur, arsitektur menjadi bagian dari pertumbuhan kota dan masyarakatnya. Karena itu, dibutuhkan arsitek yang tidak hanya sekadar merancang bangunan sesuai fungsinya, tetapi juga sesuai dengan budaya masyarakat setempat.
Hal itu terungkap dalam Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi, Kamis (14/3/2019). Festival yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi itu diharapkan menjadi ajang untuk kembali membangkitkan kejayaan arsitektur Nusantara.
”Banyuwangi ingin menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral dalam pembangunan daerah. Saya ingin semua bangunan publik di Banyuwangi tak sekadar sukses secara fungsional, tetapi juga estetis dan berkelanjutan,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Tak hanya itu, bangunan-bangunan berarsitektur tradisional tersebut juga dapat menjadi ikon dan destinasi wisata. Festival Arsitektur Nusantara merupakan upaya Pemkab Banyuwangi menyediakan ruang bagi para arsitek yang ingin turut membangun Banyuwangi melalui desain-desain arsitektur Nusantara.
Demi menyukseskan Festival Arsitektur Nusantara, Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan PT Propan Raya, Kementerian Pariwisata, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Timur, dan Arsitek Muda Banyuwangi. Sebanyak 175 arsitek Tanah Air turut berpartisipasi menyemarakkan festival itu.
”Festival Arsitektur Nusantara adalah komitmen Banyuwangi mendukung pengembangan kekayaan arsitektur lokal yang sangat beragam di Tanah Air. Di Banyuwangi, arsitektur adalah bagian penting dari pembangunan. Kami menitipkan arsitektur sebagai produk kebudayaan pada kemajuan ekonomi yang sedang berlangsung,” ucap Anas.
Presiden Direktur PT Propan Raya Hendra Adidarma mengungkapkan kebanggaannya bisa bergabung menjadi penyelenggara acara ini. Menurut dia, upaya Pemkab Banyuwangi tersebut sejalan dengan upaya pihaknya yang selama ini giat dalam pembangunan arsitektur Nusantara. PT Propan Raya adalah perusahaan produsen cat nasional.
”Apa yang dilakukan Pemkab Banyuwangi ini sangat sejalan dengan apa yang telah dibuat Propan Raya, seperti menyelenggarakan sayembara desain arsitektur Nusantara, road show arsitektur Nusantara, hingga mengembangkan cat untuk mendukung arsitektur Nusantara,” ujar Hendra.
Direktur PT Propan Raya Yuwono Imanto menambahkan, perusahaan tersebut sudah berencana membuat buku berjudul Collaborative Innovation. Dalam buku tersebut disampaikan bahwa ekosistem inovasi dan arsitektur menjadi bagian dari infrastruktur untuk membangun kota kreatif.
”Banyuwangi merupakan role model yang tepat karena sudah mampu menyandingkan arsitektur dalam pembangunan daerah,” ucap Yuwono, yang juga menjabat Dewan Pengarah Indonesia Creative Cities Network ini.
Festival Arsitektur Nusantara dihadiri sejumlah arsitek ternama Tanah Air, seperti Andra Matin, Yori Antar, dan Budi Pradono. Selain itu, ada Josef Prijotomo, Jeffrey Budiman, Adi Purnomo, Denny Gondo, dan Achmad Noerzaman. Beberapa arsitek tersebut telah terlibat mengembangkan proyek-proyek prestisius di Banyuwangi.
Para arsitek akan mengikuti lokakarya dan mengunjungi sejumlah ruang publik di Banyuwangi yang telah mendapat sentuhan arsitek.
Pada penyelenggaraan kali ini, Festival Arsitektur Nusantara menyajikan beragam kegiatan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Banyuwangi Mujiono menuturkan, para arsitek akan mengikuti lokakarya dan mengunjungi sejumlah ruang publik di Banyuwangi yang telah mendapat sentuhan arsitek.
”Lokakarya akan mengangkat berbagai tema seputar peran arsitektur dalam pariwisata dan industri kreatif untuk pengembangan daerah,” ujarnya.
Hadir sebagai pembicara dalam lokakarya tersebut antara lain Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas; guru besar arsitektur dan peneliti arsitektur Nusantara, Prof Josef Prijotomo; serta arsitek dari IAI, yakni Andra Matin dan Yori Antar.