Manchester City menjadi tim Inggris paling konsisten di Liga Champions dalam sewindu terakhir. Kemenangan telak atas Schalke 04 membuka harapan mereka untuk meraih gelar.
MANCHESTER, SELASA — Klub asal Inggris mengalami kemarau prestasi di Liga Champions sewindu terakhir. Di tengah kekeringan itu, Manchester City mampu menjadi pereda dengan konsisten menunjukkan eksistensi Inggris di fase gugur.
”The Citizens” menunjukkan dominasinya pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions, Rabu (13/3/2018) dini hari WIB, di Stadion Etihad. Mereka meremukkan wakil Jerman, Schalke 04, dengan skor 7-0 dan lolos ke perempat final dengan agregat 10-2.
Kemenangan telak itu memperlihatkan kualitas City. Hasil ini menjadi skor terbesar dalam satu laga di fase gugur, menyamai pencapaian Bayern Muenchen saat mengalahkan Shakhtar Donetsk (13/3/2012) dan FC Basel (11/3/2015).
Lolosnya tim asuhan Josep ”Pep” Guardiola ke delapan besar Liga Champions menunjukkan konsistensi. City sudah dua musim beruntun maju ke perempat final. Mereka juga selalu menembus fase gugur enam tahun terakhir.
”Dalam dekade terakhir, tim Spanyol menguasai segalanya. Capaian ini bagus untuk kami. Juga bagi sepak bola Inggris. Ini luar biasa,” kata Guardiola yang memuji konsistensi timnya.
Keberadaan City di fase gugur cukup membantu mengobati kekecewaan akibat paceklik gelar klub Inggris. Klub Inggris yang terakhir menjuarai Liga Champions adalah Chelsea pada musim 2011/2012.
Setelah itu, klub Inggris bahkan sulit menembus semifinal. Dalam enam musim, hanya tiga klub maju ke semifinal. Dua di antaranya terhenti di semifinal, Chelsea (2014) dan City (2016), serta kalah di final, Liverpool (2018).
Saat bersamaan, klub Spanyol, Barcelona dan Real Madrid, berhasil menjuarai lima edisi tersebut. Dalam setiap musim, minimal ada satu wakil Spanyol di semifinal. Bahkan, final pada 2014 dan 2016 berlangsung antara sesama tim sekota, yakni Real dengan Atletico Madrid.
City pun paling konsisten mewakili wajah Liga Primer. Liverpool masuk final musim lalu, tetapi prestasi itu adalah yang pertama sejak menapaki fase gugur musim 2008-2009. Chelsea bahkan tidak lolos ke Liga Champions dua musim terakhir. Namun, tahun ini, City menjadi klub Inggris ketiga yang lolos ke perempat final setelah Tottenham Hotspur dan Manchester United.
Sebagai tim Inggris paling konsisten, target berikut Sergio Aguero dan rekan-rekan adalah juara Liga Champions. Target itu cukup realistis mengingat performa mereka musim ini. Mereka sudah mencetak 26 gol dalam 8 laga, atau rata-rata 3,25 gol per laga. Dengan agresivitas itu, mereka menang enam kali, sekali imbang, dan sekali kalah. City juga baru satu kali kalah dari 18 pertandingan di seluruh kompetisi sejak awal 2019.
Pengamat sepak bola Inggris, Rio Ferdinand, meyakini, tidak ada klub yang bisa menghalangi City juara musim ini. Mereka hampir pasti juara asalkan gelandang bertahan asal Brasil, Fernandinho, tetap fit hingga akhir musim. ”Dia sangat penting dan belum ada pelapisnya di tim,” ucapnya.
Pep tidak mau sesumbar. Menurut dia, masih banyak klub yang berpotensi juara. Salah satunya adalah Juventus yang musim ini memiliki Cristiano Ronaldo. Tim asal kota Turin itu baru saja menumbangkan raksasa Spanyol, Atletico, 3-0, lewat hattrick Ronaldo untuk lolos ke perempat final.
”Saya menang dua kali Liga Champions, tetapi kalah tujuh kali. Jadi, lebih banyak kalah. Saya bukan Real Madrid yang memenangi tiga gelar beruntun. Kami akan mencoba mendapatkannya, tetapi tekanan juara akan ada pada Juventus bersama Ronaldo,” kata peraih dua trofi Liga Champions bersama FC Barcelona tersebut.
Leroy Sane, yang mencetak satu gol atas Schalke, mengatakan, timnya sangat agresif dan kuat pada musim ini. Namun, itu tidak menjamin mereka mudah melenggang ke final di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid.
”Kompetisi ini semakin lama akan semakin sulit. Anda hanya bisa berjuang keras. Akan tetapi, kami sangat antusias,” kata mantan penyerang sayap Schalke itu. (AFP/REUTERS)