Enam Jam, Korban Kapal Tenggelam Terombang-ambing dalam ”Life Craft”
Sebanyak 14 orang awak kapal dan turis asing terombang ambing dalam life craft selama enam jam di Laut Banda, Maluku Kamis (14/3/019). Kapal yang mereka tumpangi tenggelam. Mereka terombang-ambing di tengah gelombang setinggi 3 meter.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sebanyak 14 awak kapal dan turis asing terombang-ambing dalam life craft selama enam jam di Laut Banda, Maluku, Kamis (14/3/2019). Kapal yang mereka tumpangi, KM Mersia, tenggelam. Mereka terombang-ambing di tengah gelombang setinggi 3 meter. Semua korban akhirnya diselamatkan tim SAR Ambon menggunakan Kapal Negara SAR 235 Abimanyu.
Para korban—lima di antaranya turis asing—dievakuasi dan dibawa ke Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon. Pelabuhan ini berjarak lebih kurang 48 mil laut atau sekitar 88,8 kilometer dari koordinat tenggelamnya kapal, yakni 4 derajat, 21 menit, 23 detik Lintang Selatan dan 128 derajat, 9 menit, 66 detik Bujur Timur. Waktu tempuh ke lokasi kecelakaan itu sekitar 2 jam.
Kapal tersebut merupakan jenis pinisi milik perusahaan yang melayani perjalanan wisata. Kapal dengan tonase 111 gros ton itu berlayar dari Pulau Ambon, tepatnya Pelabuhan Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, pada Rabu (13/3/2019) sekitar pukul 23.00 WIT, dengan pelabuhan tujuan Maumere, Kabupaten Sika, di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
”Saat kami tiba, mereka terombang-ambing dihantam gelombang. Proses evakuasi sempat terkendala gelombang tinggi sekitar 3 meter dengan jarak pandang kurang dari 500 meter. Kami butuh waktu lebih dari 1 jam untuk menyelesaikan proses evakuasi tersebut,” tutur Komandan Kapal Negara SAR 235 Abimanyu Ismanto Laturua kepada Kompas.
Proses evakuasi terkendala gelombang tinggi sekitar 3 meter dengan jarak pandang kurang dari 500 meter. Kami butuh waktu lebih dari 1 jam untuk menyelesaikan proses evakuasi tersebut.
Tim SAR baru tiba di titik kecelakaan sekitar pukul 10.30 WIT setelah mendapat kabar dari Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Tulehu. Dilaporkan bahwa KM Mersea mengalami kerusakan mesin. Kapal yang dihantam gelombang tinggi itu hilang kendali, hingga akhirnya tenggelam. Para korban lalu menyelamatkan diri menggunakan dua life craft.
Anak buah kapal lalu melaporkan kondisi itu kepada pemilik kapal menggunakan telepon satelit. Pemilik kapal kemudian menghubungi pihak Pelabuhan Tulehu, titik pemberangkatan, yang diteruskan kepada SAR untuk dilakukan penyelamatan. ”Mereka terbantu dengan alat komunikasi. Tidak ada yang terluka. Semua selamat,” kata Ismanto.
Mereka terbantu dengan alat komunikasi. Tidak ada yang terluka. Semua selamat.
Berdasarkan pantauan Kompas, saat tiba di Pelabuhan Yos Sudarso, para korban dalam keadaan sehat. Mereka awalnya menolak untuk dibawa ke rumah sakit, tetapi pihak SAR memberikan pengertian bahwa pemeriksaan di rumah sakit merupakan prosedur tetap yang harus dilewati. Seorang pemandu wisata tidak mau berkomentar. ”Kami no comment,” ujarnya saat ditanya awak media.
Wisatawan dan awak kapal yang lain juga memilih bungkam kendati ada beberapa dari mereka terlihat sehat dan menebar senyum saat turun dari kapal. Adapun lima wisatawan asing itu terdiri dari 2 orang dari Qatar, 1 orang dari Filipina, 1 orang dari Belanda, dan sisanya dari Seychelles. Mereka tengah melakoni tur wisata bawah air di sejumlah lokasi di Indonesia.
Cuaca buruk
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, sejak pekan lalu, cuaca buruk melanda sejumlah wilayah di Maluku. Hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi melanda hampir semua perairan di Maluku seperti yang terasa hingga Kamis petang.
Sejumlah pelayaran dari Ambon dihentikan sejak beberapa hari terakhir, termasuk kapal yang akan mengangkut logistik pemilu dari Kota Ambon ke bagian tenggara dan barat daya Maluku. Kapal-kapal yang dilarang itu berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan KM Mersea.
Pelaksana Tugas Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Tulehu Arthur Piris yang ditemui di kantornya mengatakan, pihaknya tidak menerima informasi peringatan cuaca buruk dari BMKG. Ia juga merasa kondisi perairan tidak terlalu mengkhawatirkan.
Pelabuhan Tulehu berjarak sekitar 25 kilometer dari Pelabuhan Yos Sudarso dan Pelabuhan Slamet Riyadi yang berada di pusat Kota Ambon. Pelayaran di Kota Ambon dilarang, sedangkan di Tulehu masih diizinkan.