Fokus Pasar Menarik Gerbong Industri Kreatif Indonesia
Oleh
Luki Aulia dari London
·4 menit baca
LONDON, KOMPAS — Indonesia menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan London Book Fair 2019, bursa pemasaran global untuk hak cipta konten kreatif, karena tahun ini Indonesia memperoleh posisi atau status sebagai Fokus Pasar atau Market Focus. Status sebagai Fokus Pasar ini merupakan peluang menguntungkan tidak hanya bagi industri penerbitan tetapi juga satu gerbong industri kreatif termasuk kuliner, fashion, film, seni pertunjukan, komik, arsitektur dan desain grafis, ilustrasi, boardgames, dan animasi digital.
Peluang ini terbukti menguntungkan karena pada hari pertama penyelenggaraan saja, Selasa (12/3/2019), di Olympia, London, Inggris, sudah ada dua nota kesepahaman yang ditandatangani, yakni film animasi “November 10th” (Battle of Surabaya) produksi MSV Pictures yang akan didistribusikan oleh perusahaan Amazon Inggris dan nota kesepahaman buku teks pembelajaran Bahasa Mandarin antara Penerbit Asta Ilmu dari Grup Mentari dan Singapore Asia Publishers.
Pendiri dan CEO Mentari Anna Rimba Phoa yang didampingi Direktur Hak Cipta dan Lisensi Internasional Penerbit Asta Ilmu Natalina Rimba mengatakan setelah proses cukup lama akhirnya terjual hak cipta 12 buku teks pembelajaran Bahasa Mandarin ke penerbit Singapore Asia Publishers dengan nilai sekitar 297.000 dollar Singapura dan akan didistribusikan ke Australia, India, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan.
Setelah proses cukup lama akhirnya terjual hak cipta 12 buku teks pembelajaran Bahasa Mandarin ke penerbit Singapore Asia Publishers dengan nilai sekitar 297.000 dollar Singapura.
Chief Executive Officer dan Direktur Eksekutif Grup Singapore Asia Publishers Kelvin Yoo memutuskan memilih Asta Ilmu karena kualitas konten buku teks yang sangat baik dan dilengkapi dengan metode pembelajaran yang memudahkan bagi orang yang mau belajar Bahasa Mandarin dari nol. Sebelum menjatuhkan pilihan ke Indonesia, tim Kelvin sudah menjajaki ke penerbit di China, Singapura, dan Malaysia tetapi tidak sesuai karena tidak ada pedagogi pembelajarannya.
“Padahal itu penting bagi anak-anak terutama pembelajar yang non China. Kalau cara belajarnya mudah, pasti mudah penguasaannya. Kita bisa bantu dorong seri buku ini ke tingkat global karena kita punya jaringan hingga ke 60 negara. Seri buku ini akan dipasarkan ke negara-negara yang penduduknya tidak berbahasa Mandarin,” kata Kelvin.
Peluang membuka pintu ke tingkat global seperti ini yang diharapkan bisa diperoleh Indonesia di London Book Fair (LBF) yang berlangsung pada 12-14 Maret 2019. Dengan mengusung tema “17.000 Islands of Imagination: Indonesian Literature Today”, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Panitia Kegiatan Indonesia sebagai Fokus Pasar yang terdiri dari Komite Buku Nasional dan Ikatan Penerbit Indonesia membawa 450 judul buku dari 22 penerbit yang mengisi 2 stan total seluas 600 meter.
Kepala Bekraf Triawan Munaf optimistis posisi Fokus Pasar memperluas kesempatan penulis dan penerbit Indonesia masuk ke pasar internasional. Indonesia juga mendapatkan kesempatan luas menampilkan industri penerbitan sekaligus menjalin kerja sama dengan mitra di seluruh dunia. Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan keberadaan Inggris sebagai sentra penerbit dunia selama lebih dari 300 tahun. Inggris telah mencapai lebih dari 92 miliar pounds di pendapatan sektor industri kreatif.
Posisi Fokus Pasar memperluas kesempatan penulis dan penerbit Indonesia masuk ke pasar internasional.
“Semakin banyak pembaca dunia mengenal karya kreatif penulis Indonesia, sumbangan sub sektor penerbitan semakin besar,” ujarnya.
Menteri Muda Bidang Digital, Budaya, Media, dan Olahraga Michael Tyrone Ellis menekankan pentingnya hubungan kuat antara Inggris dan Indonesia yang sudah terjalin selama 70 tahun terakhir. Ikatan budaya dan kerja sama industri kreatif menjadi dasar hubungan kedua negara.
“LBF bisa membuka peluang bisnis baru industri penerbitan yang menguntungkan kedua pihak. Ini baik untuk perspektif bisnis dan budaya,” ujarnya.
Penerbit asing
Ketua Harian Panitia Pelaksana Kegiatan Indonesia Market Focus untuk LBF 2019 Laura Bangun Prinsloo mengatakan selama lima tahun terakhir lebih dari 1.200 judul buku penulis Indonesia yang dijual di berbagai pameran buku internasional. Beberapa buku sudah diterbitkan dan dijadwalkan akan dirilis di Inggris diantaranya oleh Harvill Secker, Emma Press, Monsoon Press, AmazonCrossing, dan Tilted Axis Press.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik mengingatkan situasi dunia saat ini yang mulai berubah sehingga harus bisa juga melihat peluang-peluang baru. Untuk itu penting juga mendorong sektor industri kreatif yang lain karena menduniakan Indonesia bukan hanya tantangan yang dihadapi dunia literatur. “Kita kaya akan sumber daya imajinasi sehingga harus berpikir beyond books,” ujarnya.
Bagi Duta Besar Indonesia untuk Inggris Rizal Sukma, Indonesia mempunyai kesempatan luar biasa untuk memperkenalkan karya sastra dan karya literatur lainnya. Ada tiga makna strategis bagi Indonesia sebagai Fokus Pasar, yakni pengakuan atas semakin banyaknya hasil karya dan profil kesusasteraan Indonesia yang bisa masuk ke pentas global. LBF memberi kesempatan untuk memperkenalkan Indonesia ke masyarakat Inggris.
“KBRI bisa menjembatani penulis dan penerbit Indonesia untuk masuk pasar dunia. Misalnya dengan menjalin kerja sama dengan toko buku terkemuka di Inggris untuk memajang buku-buku hasil karya Indonesia,” ujarnya.