Masa Tanam Terganggu, Produksi Beras pada 2019 Berpotensi Turun
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peralihan musim kemarau yang diprediksi terjadi pada Maret 2019 dinilai bisa mengganggu masa tanam padi. Dampaknya, produksi beras nasional pada 2019 berpotensi menurun.
Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), peralihan ke musim kemarau di Indonesia terjadi pada Maret 2019 secara umum. Sementara panen raya padi diprediksi jatuh pada April 2019.
”Hal ini mengakibatkan petani tidak memiliki kesempatan untuk menanam padi pada masa tanam Maret-April karena kurangnya curah hujan,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa saat dihubungi, Kamis (14/3/2019).
Berkurangnya curah hujan mengakibatkan pasokan air untuk lahan turut menurun. Menurut Dwi, penurunan tersebut rentan terjadi di lahan-lahan sawah yang tidak beririgasi teknis.
Petani-petani yang menggarap lahan sawah yang tidak beririgasi teknis, menurut Dwi, akan beralih ke tanaman palawija, seperti jagung dan kedelai. Dia berpendapat, praktik ini akan meningkatkan ketahanan pangan dari produksi palawija dalam negeri.
Namun, kondisi ini juga berpotensi pada berkurangnya produksi padi nasional. Dwi memprediksi, jumlah produksi beras nasional pada 2019 dapat lebih rendah dibandingkan tahun 2018.
Pada 2018, Badan Pusat Statistik memperkirakan, produksi gabah kering giling nasional berkisar 56,54 juta ton. Angka ini menghasilkan beras sebanyak 32,42 juta ton. Adapun konsumsi beras nasional sekitar 29,57 juta ton.
Sebagai solusi, Dwi menyarankan, pemanfaatan sawah beririgasi dioptimalkan untuk menopang produksi nasional. Pengoptimalan lahan sebaiknya mencapai tiga kali frekuensi penanaman.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto optimistis, masa tanam tetap berlangsung pada Maret dan April.
”Harapannya, luas tanam pada Maret ini mencapai 2 juta hektar dan April 1,8 juta hektar. Panennya akan berlangsung pada Agustus-September mendatang,” ujarnya.
Untuk menggenjot produksi padi tersebut, Gatot mengatakan, pihaknya mengandalkan lahan rawa yang memiliki suplai air cukup. Lahan rawa tersebut tersebar di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Sawah kebanjiran
Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian per 11 Maret 2019, seluas 5.168,24 hektar sawah di Jawa Timur berstatus terkena banjir. Sebanyak 11,25 hektar di antaranya berstatus puso.
Jawa Timur merupakan salah satu sentra andalan dalam produksi beras. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memperkirakan, sebanyak 36,2 persen dari total target produksi gabah kering giling sebesar 12,74 juta ton dihasilkan dari Jawa Timur.
Hujan yang masih terjadi di Jawa Timur ini, menurut Gatot, dapat dimanfaatkan untuk penanaman padi. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendorong penanaman tersebut.