Nikmat Jalanan Bersama Keluarga
Mobil estate atau station wagon sering diidentikkan sebagai mobil keluarga. Ruang bagasinya yang menjadi satu dengan kabin penumpang memberi kelegaan sekaligus kepraktisan saat harus bepergian bersama keluarga.
Lalu, pada gilirannya mobil-mobil seperti ini juga dinilai ”tak berdaya”. Citra telanjur melekat bahwa mobil estate sekadar mobil yang hanya digunakan untuk berbelanja atau antar-jemput anak ke sekolah. Konotasinya, mobilnya tak menyenangkan untuk dikendarai dan performanya begitu-begitu saja.
Citra ini jelas salah. Asal tahu saja, di daratan Eropa atau Amerika, mobil estate ini punya kalangan penggemarnya tersendiri dan tak jarang banyak versi estate performa tinggi yang diproduksi. Mercedes-AMG, misalnya, rutin memproduksi versi performa tinggi dari mobil-mobil estate maupun wagon dari sedan-sedan seri C dan E Mercedes-Benz.
Demikian juga BMW rutin memproduksi BMW Touring dengan kategori M Performance alias mendapat sentuhan performa BMW M pada ”mobil keluarga” ini.
Di Indonesia bisa dihitung dengan jari pabrikan mobil dunia yang memasukkan model estate-nya ke sini.
Di Indonesia bisa dihitung dengan jari pabrikan mobil dunia yang memasukkan model estate-nya ke sini. Salah satu yang punya keberanian ini adalah Mazda dengan Mazda 6 Estate. Mobil ini membuktikan, segala stigma dan citra miring yang telanjur menempel pada mobil estate hanyalah salah belaka.
Sudah cukup lama Mazda 6 Estate mewarnai pasar otomotif Tanah Air. Tahun lalu, tepatnya pada Gaikindo Indonesia International Auto Show 2018, PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) selaku distributor dan agen pemegang merek Mazda di Indonesia meluncurkan versi facelift mobil ini dengan nama Mazda 6 Elite dalam dua varian, sedan dan estate.
Baca juga: GIIAS 2018: Tetap Bergairah di Papan Atas
Kompas menjajal langsung Mazda 6 Elite Estate di seputaran Ibu Kota, Januari 2019. Kesan pertama, Mazda6 dengan perwujudan terbaru bahasa desain Kodo ini makin cantik saja.
Lihat saja gril heksagonal yang kini ”menipis” dengan bentuk jaring dengan aksen ”payet-payet” krom. Lampu depan yang sudah mengusung teknologi LED pun turut menyipit. Memberikan wajah yang lebih seksi dan progresif.
Desain bumper depan juga berubah dengan berpindahnya lampu kabut yang kini menyatu dengan lampu utama. Desain velg ukuran 19 incinya juga baru. Unit yang Kompas uji juga dilabur warna merah terbaru, yakni Soul Red Crystal yang lebih dalam dan bersinar.
Di interior terlihat perubahan desain dasbor yang kini lebih sederhana. Bagian dasbor dan panel pintu dibungkus lapisan empuk menyerupai kulit suede yang terlihat rawan tergores.
Lebih dari kosmetik
Namun, perubahan pada facelift Mazda 6 ini lebih dari sekadar kosmetik dan tampilan belaka. Dengan perilaku khasnya, Mazda menjejalkan berbagai teknologi terbaru yang umumnya baru ada di mobil-mobil berkelas di atasnya.
Mesin Skyactiv-G 2.5, misalnya, mendapat berbagai pembaruan, seperti blok silinder berbahan alloy aluminium yang lebih ringan, dan perubahan desain para intake port, bentuk piston, hingga nozzle dan multi-hole injector.
Akan tetapi, yang paling membuat penasaran adalah teknologi deaktivasi silinder yang diklaim mampu memangkas konsumsi BBM. Saat mobil meluncur pada kecepatan konstan 40-80 km per jam, dua dari empat silinder mesin dinonaktifkan sehingga mengurangi kucuran bahan bakar.
Sayang, saat Kompas menguji langsung Mazda 6 Elite Estate ini di seputaran Jakarta, tak terasakan perbedaan nyata saat fitur deaktivasi silinder ini aktif. Tak ada lampu indikator yang menunjukkan dua silinder nonaktif atau perubahan pada rasa dan suara mesin.
Hanya saja, konsumsi BBM berdasarkan catatan layar multi information display (MID) mobil memang bisa dikatakan hemat untuk mobil bermesin 2.500 cc. Selama empat hari mengendarai mobil ini di medan dalam kota tercatat konsumsi BBM rata-rata 10 kilometer per liter.
Selebihnya adalah karakter pengendaraan khas Mazda dengan setir ringan dan presisi, yang memunculkan perasaan menyatu dengan tunggangan (filosofi jinba ittai) sekaligus kesenangan berkendara walau bodi mobil estate ini tak bisa dibilang kompak, yakni dengan panjang 4,8 meter; lebar 1,84 meter; dan tinggi 1,48 meter.
Baca lagi: ”Jinba Ittai” dalam Perwujudan Terbesar
Sebagai sedan flagship alias tertinggi dalam jajaran produk-produk Mazda, tak heran juga jika seluruh fitur dan teknologi terbaru pabrikan asal Hiroshima, Jepang, itu disematkan di Mazda 6 terbaru ini.
Dalam fitur keselamatan aktif yang tergabung dalam cluster fitur i-Activsense, misalnya, Mazda 6 Elite sudah dilengkapi sedikitnya enam fitur berbasis sensor. Mulai dari lampu LED adaptif, sistem pemantau titik buta, sistem rem otomatis, baik untuk maju maupun mundur, hingga sistem pencegah mobil keluar dari lajurnya.
Dua sekaligus
Yang terakhir ini bahkan dijaga dua fitur sekaligus, yakni lane-departure warning system (LDWS) yang akan memberikan peringatan suara dan getaran pada setir saat pengemudi melanggar marka jalan tanpa menyalakan lampu sein. Sistem membaca pengemudi lengah atau mengantuk sehingga keluar dari lajur.
Fitur kedua adalah lane-keep assist aystem (LAS), yang secara halus akan ”memaksa” mobil berjalan tetap di lajurnya. Saat fitur ini aktif, ada gaya yang menahan roda kemudi untuk tidak keluar dari lajur.
Sangat terasa bagaimana roda setir ’melawan’ saat diajak berpindah lajur dengan melanggar marka tanpa mengaktifkan lampu sein.
Pada saat awal mengendarai Mazda 6 baru ini, Kompas sempat kaget dengan fitur ini karena sangat terasa bagaimana roda setir ”melawan” saat diajak berpindah lajur dengan melanggar marka tanpa mengaktifkan lampu sein.
Menariknya, sistem yang dipandu kamera sensor pendeteksi garis marka jalan ini bisa berfungsi layaknya sebuah sistem semi-swakemudi di tikungan. Karena sistem ini mencegah roda menginjak marka, dia akan terus menggerakkan setir mengikuti bentuk lajur jalan sehingga bagaikan mengemudikan mobil swakemudi.
Perlu dicatat bahwa fitur semacam ini bahkan belum lazim dipasang di mobil-mobil yang jauh lebih mewah dibandingkan dengan Mazda 6 yang dipasarkan di Indonesia.
Jika harus mencari kelemahan pada Mazda 6 Elite Estate ini adalah ruang penumpang belakang yang terasa sempit dan sandaran kursi yang terasa terlalu tegak. Saat melihat lembar spesifikasi, ternyata hal ini disebabkan jarak antarporos roda yang lebih pendek pada model estate (2.750 milimeter) dibandingkan pada model sedan (2.830 mm).
Jadi, untuk ruang ekstra di bagasi yang lebih lapang dan tinggi, penumpang belakang Mazda 6 Estate harus sedikit mengorbankan kenyamanannya. Jangan lupa, ini adalah sebuah Mazda, di mana kenikmatan sesungguhnya ada di bangku baris depan, terutama saat Anda mengemudikan sendiri mobil ini!