JAKARTA, KOMPAS – Setelah kehilangan lifter Sri Wahyuni Agustiani dan Acchedya Jagaddhita dari tim proyeksi Olimpiade Tokyo 2020, PB PABBSI memutar otak untuk memperkuat tim putri. Salah satu opsinya adalah memainkan lifter berusia 16 tahun, Windy Cantika Aisah di kelas 49 kg.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, Cantika akan dimainkan di Kejuaraan Asia yang akan bergulir di Ningbo, China, 18-28 April 2019. Ajang ini termasuk dalam kualifikasi Olimpiade dengan level emas, atau mempunyai poin peringkat dunia tertinggi sama dengan Kejuaraan Dunia dan Kejuaraan Dunia Yunior.
“Kami menilai, Cantika punya peluang untuk lolos kualifikasi di kelas 49 kg. Apalagi, Kejuaraan Asia termasuk dalam kualifikasi Olimpiade dengan level emas, artinya mempunyai poin peringkat dunia terbanyak,” ujar Alamsyah di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Dunia, kualifikasi Olimpiade memakai sistem individu. Kualifikasi terbagi menjadi tiga periode, yaitu 1 November 2018 – 30 April 2019, 1 Mei 2019 – 31 Oktober 2019, dan 1 November 2019 – 30 April 2020. Atlet harus mengikuti minimal satu kejuaraan dalam setiap periode kualifikasi dan minimal enam kejuaraan selama masa kualifikasi 18 bulan. Untuk mengantongi tiket Olimpiade, atlet harus menempati peringkat delapan dunia atau lima Asia.
Cantika merupakan lifter remaja hasil seleksi nasional PB PABBSI. Di Kejuaraan Asia, Cantika akan menjalani debutnya di kejuaraan angkat besi internasional. Ini sekaligus menjadi ajang kualifikasi Olimpiade pertamanya. Cantika masih punya kesempatan mengikuti kualifikasi pada periode selanjutnya untuk mengejar peringkat dunia.
Perubahan lainnya adalah lifter putri Syarah Anggraini, yang semula mengisi kelas 49 kg, akan dimainkan di kelas 55 kg. Penampilan yang kurang maksimal di Piala Dunia IWF 2019, akhir Februari lalu, membuat Syarah akan dimainkan di kelas berbeda. Di Piala Dunia, Syarah didiskualifikasi dari perlombaan karena melakukan tiga kali angkatan gagal untuk snatch.
Selain itu, menurut Alamsyah, hal ini dilakukan sebagai strategi untuk meloloskan atlet ke Olimpiade. “Percuma mempunyai dua atlet di satu kelas lomba karena berdasarkan aturan, setiap negara hanya boleh mengirimkan satu atlet per kategori lomba ke Olimpiade,” ujarnya.
Tim putri Indonesia juga diperkuat oleh lifter Nurul Akmal (+87 kg). Saat ini, Nurul menempati peringkat ke delapan dunia dengan poin 1.020,6520. Meski peringkatnya cukup bagus, menurut Alamsyah, posisi Nurul belum aman. “Di kelas itu ada dua juara dunia dari China dan satu orang dari Rusia. Poin peringkat dunia masih bisa berubah-ubah dan posisi Nurul belum aman,” katanya.
Pelatih putri Indonesia Supeni mengatakan, absennya lifter Sri Wahyuni Agustiani (kelas 49 kg) dan Acchedya Jagaddhita (kelas 59 kg) dari tim proyeksi Olimpiade Tokyo 2020 menjadi pukulan keras bagi tim angkat besi Indonesia. Sri Wahyuni Agustiani absen dari kualifikasi Olimpiade karena cuti hamil, sementara Acchedya mendapatkan larangan berlomba setelah tersangkut kasus doping.
Supeni mengatakan, tim angkat besi Indonesia dituntut tidak hanya lolos Olimpiade, tetapi juga merebut medali emas untuk pertama kali. “Mudah-mudahan dengan absennya Sri Wahyuni dan Acchedya, lahir juara-juara baru,” katanya.
Di tim putra, Indonesia masih mengandalkan Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg), Deni (67 kg), dan Triyatno (73 kg). Saat ini, Eko menempati peringkat pertama dunia. Deni berada di peringkat ketujuh, dan Triyatno duduk di peringkat kelima.