Dari Transformasi Perilaku hingga Antrean Panjang Kendaraan
Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta Utara, telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Rabu 13 Maret 2019. Pasar baru ini menjadi pasar ikan modern berstandar internasional pertama di Indonesia. Jokowi mengharapkan pasar ini tidak hanya modern dari segi bangunan, tapi juga dari perilaku penggunanya.
Kamis (14/3/2019) pukul 21.34 WIB, Irawan (36), salah satu pedagang ikan di pasar ikan modern (PIM), memindahkan ikan-ikan dari baskom besar ke ember. Ia menjaga agar ikan tidak ada yang berhamburan di lantai. Semuanya disimpan di baskom atau ember sesuai dengan jenisnya. Cara ini membuat PIM terlihat lebih rapi dan menarik.
Tidak hanya menjaga kerapian, Irawan juga menjaga kebersihan. Tak ada sampah di sekitar lapaknya. Terpenting, tak ada lagi lumpur seperti yang akrab dilihat di pasar ikan Indonesia pada umumnya. Ia juga langsung menyiram lantai lapaknya setelah selesai memotong ikan.
Tidak hanya menjaga kerapian, Irawan juga menjaga kebersihan. Tak ada sampah di sekitar lapaknya. Tak ada lagi lumpur seperti yang akrab dilihat di pasar ikan Indonesia pada umumnya.
Sesekali air tergenang di depan lapaknya. Sebab, selokan yang mengelilingi kios-kios tidak cukup besar menampung air buangan para pedagang. Jika sudah begitu, Irawan akan berusaha mengurangi air yang tertumpah di lantai.
Walau butuh tenaga lebih untuk menjaga area lapaknya tetap bersih dan rapi, Irawan dengan sukarela melakukannya. Hal itu membuatnya nyaman dan lebih leluasa memanfaatkan lapak. Perilaku menjaga higienitas menjadi pengalaman baru bagi Irawan yang berdagang sejak enam tahun terakhir.
Dengan kebiasaan baru itu, Irawan berharap semakin banyak pengunjung yang tertarik datang membeli. Saat ini, pendapatannya masih sama saat ia berdagang di tempat yang lama. Ia mendapatkan omzet sekitar Rp 8 juta per malam.
Perilaku pemangku kepentingan terkait hal itu dapat menjadi daya tarik PIM, juga menjadi harapan Presiden Joko Widodo. Asa ini ia tuangkan di status media sosial Instagram-nya.
”Pasar sudah modern, tentu harus diikuti pola kerja dan kebiasaan baru yang lebih baik pula. Agar PIM Muara Baru ini, seperti kata Bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti), selain sebagai one stop shopping aneka produk ikan bermutu dan aman dikonsumsi, juga bisa menjadi salah satu tempat tujuan wisata”, tulis Jokowi.
Baca juga : Presiden Resmikan Pasar Ikan Modern Muara Baru
Pola yang diharapkan Presiden ini juga mulai tampak dari perilaku buruh pikul. Mereka tertib menggunakan rompi seragam birunya. Setiap seragam terdapat nomor di punggung sehingga para pelanggan lebih mudah mengetahui pemikul mana yang mengangkat barangnya. Cara ini membuat pelanggan lebih aman.
Salah satu buruh pemikul itu adalah Sapardi (25). Selama menjadi buruh di PIM, ia selalu menggunakan rompi seragam. Pasalnya, dengan seragam tersebut, ia dengan mudah dikenali pembeli yang akan menggunakan jasanya.
Selain itu, Sapardi juga dimudahkan dengan kondisi kios yang terbebas dari lumpur. ”Saya tidak perlu lagi berhenti membersihkan sepatu bot yang semakin berat akibat dipenuhi lumpur. Paling cuma basah doang,” kata Sapardi yang menjadi pemikul sejak dua tahun terakhir.
Tarif yang diberlakukan Sapardi untuk memikul ikan sebesar Rp 2.000 per ember berukuran sedang. Berbeda lagi jika yang diangkat menggunakan wadah yang berbeda. Dalam semalam, penghasilan Sapardi sebesar Rp 50.000 hingga Rp 200.000.
Kendala baru
Sayangnya, tidak semua dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru. Beberapa pengais rezeki di PIM mendapatkan kesulitan baru. Misalnya saja Mujib Arrahman (39), penyedia jasa pengepakan ikan.
Pukul 23.50 WIB, Mujib mengepak ikan. Ia memasukkan ikan bersama es batu yang telah diserut ke dalam kotak gabus. Setelah itu, ia menyusun ikan juga ke dalam ember-ember pelanggannya.
Ia melakukannya di jalan bersemen yang posisinya lebih rendah dari kios pedagang ikan. Pembeli dengan jumlah banyak melewatkan mobilnya di jalan itu.
”Capeknya itu, kami turunkan ikan dari pedagang terus dikemas di bawah. Setelah itu, masih harus mengangkat kemasan ikan tersebut ke truk atau mobil,” ujar Mujib yang menjalankan bisnis pengepakan ikan sejak tujuh tahun terakhir.
Di tempat lama, Mujib tak perlu menurunkan ikan. Ia mengepak ikan di tempat yang sejajar dengan lantai pedagang. Tinggi lantai itu sekitar 1 meter sehingga jika mobil atau truk mendekat, ikan tak sulit dipindahkan ke mobil.
”Tapi, mungkin, karena saya belum terbiasa saja. Semoga nanti kalau sudah lama tidak jadi beban lagi,” ucap Mujib yang bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp 200.000 hingga Rp 350.000 per malam.
Selain itu, kesulitan juga dihadapi para pengangkut ikan menggunakan mobil atau truk. Hanya satu jalur yang disediakan untuk mengangkut ikan. Jika satu kendaraan sedang mengangkut, kendaraan di belakang harus menunggu hingga pengangkutan mobil sebelumnya selesai. Kondisi itu kerap membuat antrean panjang bahkan kemacetan.
Hanya satu jalur yang disediakan untuk mengangkut ikan. Jika satu kendaraan sedang mengangkut, kendaraan di belakang harus menunggu hingga pengangkutan mobil sebelumnya selesai.
Salah satu yang mengalami kemacetan adalah Abdul Halim (32). Ia membeli ikan di PIM untuk dijual kembali di Pasar Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Semalam, Abdul bisa membeli ikan sebanyak 200 kilogram sehingga harus menggunakan mobil bak terbuka.
Saat mobilnya masuk ke PIM untuk mengangkut ikan, ia harus menunggu dua truk di depannya yang sedang diisi muatan. Mulai dari masuk hingga menuju kios pengepakan ikan, Abdul mengantre sekitar 1 jam.
Ketika mobil bak terbuka Abdul sampai di lokasi pengepakan ikan, ia segera menaikkan belanjaannya dibantu beberapa kuli yang sesekali menguap karena kantuk.
Selama ia menaikkan ikan, ada dua mobil bak terbuka dan satu truk yang mengantre di belakangnya. Kondisi itu membuat Abdul bergegas mengangkat ikan yang berada dalam ember.
”Harus cepat angkatnya, jangan sampai yang di belakang marah karena kita lama,” kata Abdul yang telah berdagang ikan selama 14 tahun.
Baca juga : Indonesia Punya Model Pasar Ikan Modern Berstandar Internasional
Abdul kemudian berburu waktu lagi ke Pasar Cikarang untuk menjual ikannya. Umumnya, ia mendapatkan omzet penjualan Rp 6 juta. Keuntungan bersihnya 2-30 persen dari omzet.
PIM Muara Baru memiliki luas bangunan 22.444 meter persegi di atas lahan seluas 4,15 hektar. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berencana menambah luas areal pasar ikan 2 hektar lagi. Terdapat 896 lapak ikan besar yang bersifat basah, 155 kios maritim yang bersifat kering, dan 8 pujasera.
Saat peresmian, Susi berharap PIM Muara Baru dapat menghasilkan omzet berkisar Rp 10 miliar-Rp 12 miliar per hari dengan rata-rata penjualan 500 ton per hari. Saat ini, omzetnya masih berkisar Rp 8 miliar-Rp 10 miliar per hari dengan penjualan sekitar 400 ton per hari. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)