BUDAPEST, KAMIS – Pecatur harapan Indonesia Internasional Master (IM) Novendra Priasmoro (2.479) berupaya mendulang banyak poin rating di Kejuaraan Third Saturday, Djenovici, Montenegro, 16-24 Maret. Setidaknya, Novendra bertekad merebut 21,5 poin rating di kejuaraan pemungkasnya dalam tur Eropa awal 2019 ini. Dengan tambahan 21,5 poin rating, Novendra bisa memakai predikat Grand Master (GM).
Pada tiga kejuaraan sebelumnya, Novendra tidak pernah meraih poin rating lebih dari 20 poin rating. Pada First Saturday edisi Februari di Budaptest, Hongaria, 2-12 Februari, Novendra menjadi juara tetapi hanya meraup 18,5 poin rating. Di Third Saturday edisi Februari di Djenovici, 16-24 Februari, pecatur berusia 20 tahun itu hanya berada di peringkat kedua dan merebut 1,5 poin rating. Di First Saturday edisi Maret di Budapest, 2-10 Maret, ia hanya berada di peringkat kedua dan merebut 6,5 poin rating.
Secara kualitas, First Saturday dan Third Saturday tidak jauh berbeda. Semua pecatur yang berpartisipasi di kategori Novendra, yakni kategori GM adalah para pecatur berpengalaman yang sebagian berpredikat IM dan sebagian lagi GM. Untuk itu, upaya Novendra merebut 21,5 poin rating merupakan misi yang berat.
Novendra dihubungi dari Jakarta, Kamis (14/3/2019), mengatakan, walaupun tak mudah, dirinya akan tetap berusaha keras. Sekarang, ia berusaha menyiapkan diri dengan melakukan relaksasi dengan menenangkan diri sejenak. Tujuannya, agar pikirannya bisa kembali tenang, fokus, dan konsentrasi penuh dalam pertandingan nanti.
”Kata pelatih, pada Third Saturday kali ini, kemungkinan lawan-lawan yang saya hadapi ratingnya ada di bawah saya. Jadi, ada potensi saya untuk merebut banyak poin rating di kejuaraan kali ini. Sekarang, pelatih minta saya untuk bisa bermain lebih fokus agar tidak menyia-nyiakan peluang menang. Saya bertekad meraih 21,5 poin rating supaya poin rating saya genap 2.500 dan bisa menjadi GM baru sekembali ke Indonesia nanti,” ujar Novendra.
Manajer Catur United Tractors Inspiring Youth yang sekaligus Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem menuturkan, dari evaluasi pelatih GM Andrei Kovalev, Novendra harus perbanyak variasi jenis pembukaan dan pertahanan agar permainannya tidak mudah dibaca lawan. Itu kelemahan Novendra hingga saat ini.
”Karena minim variasi pembukaan, saat di tengah babak, Novendra setengah mati menggembangkan permainannya. Sebab, pembukaannya sudah dipersiapkan lawan. Kalau itu tidak dibenahi, Novendra akan berat untuk melangkah lebih jauh. Apalagi Third Saturday ini jadwal pertandingannya cukup padat, antara lain bisa ada dua pertandingan dalam sehari,” ujar Kristianus.
Aditya terus ditempa
Sementara itu, pecatur belia Indonesia Candidate Master (CM) Aditya Bagus Arfan (2.202) mengalami kemerosotan prestasi setelah berpindah kategori dari kejuaraan rating ke IM. Setidaknya, saat ikut kejuaraan rating di First Saturday edisi Februari, pecatur berusia 13 tahun itu dengan mulus jadi juara dan merebut 184,8 poin rating.
Pada kejuaraan rating di Third Saturday edisi Februari, Aditya kembali digdaya dengan menjadi juara dan merebut 95,2 poin rating. Namun, saat ikut kejuaraan IM di First Saturday edisi Maret, prestasi Aditya merosot menjadi hanya meraih peringkat ketujuh dan kehilangan 55,6 poin rating.
Kendati demikian, Kristianus mengutarakan, pihaknya akan tetap menempah Aditya di kejuaraan IM pada Third Saturday edisi Maret. Hal itu menjadi keharusan agar Aditya sadar dengan kelemahannya dan berusaha untuk melakukan evaluasi.
Hingga sekarang, cara main Aditya belum benar. Contohnya, sering kali, ia menarik mundur para perwiranya yang sudah aktif di sentrum medan pertempuran. Cara ini masih bisa menang melawan pecatur kategori rating dengan rating poin di bawah 2.000. Tapi, melawan pecatur dengan rating poin di atas 2.300, ia pasti dikalahkan.
”Kalau cara mainnya salah tapi masih bisa menang, otomatis dia merasa cara mainnya sudah benar. Jadi, Aditya sangat butuh lebih sering bertanding melawan pecatur kelas IM agar menyadari bahwa manuver memundurkan pewira yang sudah aktif di medan pertempuran bukanlah cara main yang benar,” tegas Kristianus.